TAK MEMILIKI ALASAN PART III

3.3K 180 3
                                    


"Mas, aku turun ya. Terimakasih"
Tania membuka pintu mobil dan ingin beranjak turun. Panji terus memandangi Tania yang masih tersenyum.

"Tania"

"Iya", seketika Tania menoleh kearahnya.

"gak ada!"

"hemp"

Tania menutup pintu lalu berjalan menuju ke toko. Tapi tiba - tiba dia berlari mengetuk kaca mobil, Tania membuka kembali pintu mobil itu lalu duduk di samping Panji.

"Mas. Nanti malam ehm bisa jemput aku kan?"

"bisa"

"yasudah. Aku ke toko dulu ya"

Tania turun lagi dari mobil, kali ini dia benar - benar telah pergi dan sudah masuk ke dalam tokonya. Panji tak berhenti tersenyum mendengar tawaran itu, baginya itu adalah sebuah angin segar.

Irna menyapa Tania dengan ramah, lalu Tania membalasnya dengan senyum. Sepertinya Tania telah sedikit melunak, Irna mengajaknya Tania berbincang sedikit sambil menghidangkannya secangkir teh.

"Ta, gue minta maaf ya masalah kemarin"

"loe gak salah kok Ir memang gue yang terlalu keras kepala"

"oya loe tadi di antar sama panji?"

"Iya"

"hemp"

"Irna"

"iya kenapa?"

"sepertinya gue mau coba buka hati untuk Panji"

"serius loe?", ucap Irna terkejut sambil memegang tangan Tania.

"semakin lama gue semakin merasa bersalah. Jadi gue ingin mencoba ini, lagipula benar kata loe RIO itu gak akan datang"

"loe pikirkan sekali lagi Ta, ini masalah hati! Gue takutnya kalau loe salah langkah bukan cuma Panji yang tersakiti, tapi loe juga"

"gue sudah putuskan Ir. Gue akan coba jalani ini"

"satu hal yang perlu loe tau! Susah untuk dapatkan laki - laki baik seperti Panji dan kalau loe dapat! Loe itu beruntung Tania! Gue berfirasat kalau apapun yang terjadi Panji itu akan setia sama loe"

"Daridulu gue yakin kalau Mas Panji adalah laki - laki yang baik, tapi sayangnya gue belum bukan hati"

***

Tania berdiri di depan toko, ia telah bersiap menunggu Panji untuk menjemputnya. Panji menghentikan mobilnya, lalu dia keluar untuk menjemput Tania yang hanya beberapa langkah darinya.

"gak usah di hampiri mas kan mobilnya ada di depan aku"

"aku itu saking semangatnya soalnya kamu udah nunggu di depan"

"iya. Aku udah siap supaya kamu gak repot masuk kedalam"

"lalu toko?"

"Irna yang tutup nanti"

"yasudah Mari"

Panji mempersilahkan Tania bak seorang prajurit yang sedang menemani tuang putrinya. Panji membukakan pintu mobil untuk Tania, lalu Tania tersenyum memandangi Panji yang takjub karena perlakuan Panji yang selalu mengistimewakannya di setiap waktu.

"Kita mau langsung kerumah?", tanya Panji yang sedang mengemudikan mobilnya.

"Mas, gimana kalau kita makan malam dulu?"

"boleh", ucap Panji dengan sangat antusias.

Mereka mampir ke tukang nasi goreng pinggir jalan. Sebuah makan malam yang sengat sederhana untuk mereka berdua.

"kamu gak keberatan kan kalau aku ajak makan ke tukang nasi goreng pinggir jalan kayak gini?", tanya Panji.

"gak! Aku juga lebih suka tempat kayak gini"

"gimana toko hari ini?"

"ehm seperti biasa. Kalau kerjaan mas hari ini gimana?"

"ehm seperti biasa"

"mas"

"iya. Kenapa?"

"ehm aku mau memberikan kesempatan untuk kita berdua"

"uhukkk", Panji tesedak karena terkejut mendengar hal itu.

"eh mas pelan - pelan makannya", ucap Tania sambil menyuguhkan segelas air.

Panji meneguk air tersebut, lalu menenangkan dirinya sebentar. Tania membantu mengusap - usap punggungnya dengan lembut.
"maaf mas! Mas jadi keselek gara - gara omongan aku"

"gapapa. Gimana tadi?"

"aku akan coba membuka kesempatan untuk kita berdua"

"Tania, aku gak memaksamu! Pikirkan lagi! Karena aku gak mau kalau ini hanya sekedar main - main saja"

"aku sudah pikirkan. Benar kata Irna, aku yang keras kepala menunggu Rio yang tidak akan datang"

"baiklah. Beri aku waktu 4 hari untuk buat kamu jatuh cinta sama aku. Lalu setelah itu kita menikah"

"menikah?", tanya Tania terkejut.

"aku ingin ibadah Tania, bukan berbuat dosa"

Tania terdiam mendengar kata - kata itu. Dia menunduk memikirkan kata menikah yang terus membayanginya.

Panji mengantar Tania sampai di rumahnnya. Tania segera masuk ke dalam kamar, duduk di kursi riasnya sambil melamun. Dia sudah ambil keputusan tapi dia baru berpikir ulang.

"4 hari setelah itu kita menikah! Apakah aku bisa melupakan Rio dalam waktu se singkat itu dan jatuh cinta pada mas Panji", pikir Tania.

"aarrggghhh Tania, kenapa kamu plin plan gini sih", ucap Tania sambil memukul pelipis kepalanya.

***

Panji masuk kedalam kamarnya, dia merebahkan diri di atas kasur empuknya. Dia menatap ke langit - langit sambil tersenyum. Ini seperti mimpi baginya, dia tidak pernah menduga akan dapat kesempatan ini dari gadis yang dia sukai. Dia beranjak dari tempat tidur, lalu mengambil sebuah foto yang ada di dalam laci. Panji memandangi foto kebersamaannya dengan ibu rossa, dia memandang sambil berbicara kepada ibu Rossa yang ada dalam foto itu.

"doakan Panji bu"

YAKIN (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang