TAK MEMILIKI ALASAN PART II

3.3K 192 4
                                    

Siang itu Tania datang ke tokonya, Irna menyambutnya dengan senyum dan menyapanya seolah kemarin tidak terjadi perselisihan antara mereka. Meski Irna sudah berusaha untuk tampak baik, tapi rupanya Tania masih terluka dengan perkataannya kemarin. Tania berusaha menjaga jarak sehingga hubungan mereka berdua menjadi canggung.

Tania duduk di depan meja kasir, beberapa hari ini pengunjung memang tidak terlihat. Jam sudah menujukkan pukul 3 sore tapi Panji belum juga muncul di toko, biasanya dia selalu kesana sebentar untuk menengok Tania tapi hari ini dia tidak datang. Didalam hatinya, Tania terus bertanya - tanya.

"tumben Mas Panji gak kelihatan? Kemana ya?"

"kenapa bengong Ta?", tanya Irna yang baru datang dari dapur.

"enggak", jawab Tania dengan tatapan yang dingin. Lalu pergi meninggalkan Irna.

Irna dan Tania masih saling diam dan canggung.

Tania mematikan semua lampu, lalu menutup Tokonya. Tania berjalan sendirian menuju halte bus, biasanya Panji selalu setia menjemputnya. Tapi malam ini entah kenapa dia tidak datang dan tidak memberi kabar.

"Mas Panji kenapa ya hari ini?" ,pikirnya dalam hati.

Tania menaikki bus yang sudah mulai sepi penumpang, dia terus memandang ke jalan dari jendela bus. Rintik hujan mulai turun dari langit, semakin lama menjadi semakin deras. Tania membuka tasnya dan mencari - cari sesuatu.

"ya ampun gak bawa payung lagi! Ck"

Hujannya sangat deras malam itu, bus sudah sampai di tempat pemberhentian. Tania turun dari bus lalu menunggu beberapa saat di halte.

Hari semakin larut tapi hujannya tak juga reda, Tania mengambil ponselnya dari dalam tas.

"udah hampir jam 1. Gimana ya?"

Tania membuka kontaknya dia terus memandangi nama panji yang ada di kontaknya. Jarinya ingin memencet tombol call tapi dia mengurungkannya lagi. Dia memasukkan kembali ponselnya.

Tania mulai keluar dari halte dan nekad menerabas hujan yang amat deras. Dia berjalan dengan terguyur hujan, tubuhnya pun sudah basah kuyup. Dia terus berjalan bersama hujan - hujan itu hingga sampai ke pelataran rumah. Rumah tampak gelap karena semua lampu sudah dimatikan oleh si mbak. Tania merogoh tasnya untuk mencari - cari kunci tapi dia tidak menemukannya.

"MBAK!!!!! ", Tania memanggil si mbak

Tapi mbak tidak mendengarnya karena sudah tertidur pulas di kamarnya. Tania masih berusaha mencari kunci di dalam tas dan di saku celananya tapi tak dia temukan juga.

Hujan turun semakin deras, malam sudah berganti menjadi pagi buta, tapi Tania masih terjebak di luar rumah dalam keadaan basah kuyup dan hujan yang terus mengguyurnya.

Di sisi lain Panji merasa gelisah di dalam kamarnya. Sudah pagi buta pukul 2 pagi tapi dia masih belum juga menutup matanya. Dia mengintip ke jendela melihat air hujan yang turun dengan sangat derasnya.

"Tania sudah pulang belum ya?"

Dia mengambil ponselnya, rupanya ia hendak menelpon Tania untuk menyembuhkan kegelisahannya, namun dia urungkan lagi. Dia melihat jam dinding yang terus berputar dia kembali ke tempat tidur dan mencoba memejamkan matanya, tapi tidak bisa!. Dia bersandar di ranjangnya dan terus melihat ke arah jam dinding dan gelisah melihat kearah jendela.

Kecemasannya semakin memuncak, Panji yang masih mengenakan piyama segera beranjak dari tempat tidurnya. Dia keluar dari rumah dan mengemudikan mobilnya menuju rumah Tania. Dia nampak sangat gelisah sambil memikirkan Tania.

Tania masih berusaha untuk berteriak memanggil mbak dan mengetuk gerbang besi di rumahnya.

"Mbak! Mbak", namun tetap saja tidak ada jawaban.

YAKIN (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang