HARI KEDUA (IV)

3K 156 2
                                    

TANIA,

Tok... Tok.. Tok

"ada tamu Ta"

"siapa ya malam - malam begini?"

"coba kita lihat dulu"

"duh tapi aku takut mas"

"kan ada aku"

Aku segera berjalan menuju pintu, aku membuka kunci dan memutar engsel, aku membuka sedikit dan mengintip dari celah pintu. Aku melihat seorang wanita hamil yang sedang kesakitan memegangi perutnya, ya ampun itu kan tentangga ku Mbak Maya. Aku segera membuka kan pintu untuknya.

"mbak maya kenapa mbak?"

"huh huh huh Ta, tolongin aku Ta"

Aku menuntunnya dan membawanya masuk kedalam.

"kenapa Ta?", lalu mas Panji muncul.

"ini mas Mbak Maya"

Aku mendudukkan mbak maya pelan - pelan di atas sofa. Mas Panji segera berlari ke dapur untuk mengambil segelas air.

"kenapa mbak? Duh mbak mau melahirkan ya?"

"huf huf iya Ta"

"ya ampun gimana ini? Mbak sendirian dirumah?"

"iya. Mas angga lagi tugas di luar kota"

"duh gimana ya?"

"ini mbak minum dulu", Mas Panji datang menyuguhkan segelas air.

Mbak Maya meminumnya sedikit, lalu dia menggenggam tanganku dengan erat.

"uhhh Ta sakit Ta"

"duh sabar ya mbak. Gimana nih Mas?"

"duh gimana ya?", Mas Panji pun menjadi panik.

"hufff bawa aku ke rumah sakit"

"nah itu dia"

"lalu gimana sama Mas Angga?"

"kamu punya nomernya Ta?", tanya Mas Panji.

"ada sih Mas"

"yaudah nanti kamu temenin mbak Maya, terus aku yang berusaha menghubungi Mas Angga"

"oke"

Aku menuntun mbak Maya dan jalan perlahan - lahan menuju ke mobil. Kami pun membawanya pergi ke rumah sakit. Di sepanjang perjalanan mbak Maya terus menggenggam erat tanganku, dia terlihat begitu kesakitan. Suatu saat pasti aku akan merasakan apa yang sedang ia rasakan saat ini.

"aduh Ta sakit banget Ta"

"ehm semangat ya mbak"

"aku butuh Mas Angga", lalu mbak Maya menangis mengharapkan suaminya.

Aku pun seketika ingin ikut menangis, mungkin aku juga nanti aku akan seperti ini. Jangankan kesakitan seperti ini, sendirian dirumah saja aku butuh seseorang untuk menemani.

"sabar ya mbak nanti aku hubungi Mas Angga", Mas Panji menyahut dari depan.

"aku gak mau melahirkan sendirian, aku butuh Mas Angga hiks hiks"

Aku jadi semakin tidak tega melihat mbak Maya. Dia begitu kesakitan dan membutuhkan seseorang yang berarti untuk memberinya semangat.
Akhirnya kami sampai dirumah sakit, para perawat segera membawa kursi roda untuk kami. Pelan - pelan Mbak Maya turun dari mobil dan naik ke atas kursi roda. Mas Panji segera mengurus administrasinya, lalu seorang perawat membawa kami ke sebuah ruang pemeriksaan. Lalu mas Panji datang bersama seorang dokter.

YAKIN (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang