45. The Last Dance

261K 41.8K 25.7K
                                    

Malam semakin larut dan udara semakin dingin. Namun semangat di atas rooftop itu belum juga padam.

Setelah sesi akustik, acara masih dilanjutkan dengan game dan beberapa agenda kecil lainnya. Acara itu akan terus berjalan hingga larut malam.

Kalimat Doyoung masih berputar di kepala Naya, selain tentang bagaimana ini akan menjadi salah satu momen terakhir mereka, ada satu hal lagi yang berputar di kepalanya.

Tentang sebuah usaha yang dia katakan modus untuk mengajak orang yang mereka sukai datang sebagai pasangan.




Mata Naya yang masih sembab karena menangis bergerak melihat ke sekitar, mencari siapa orang-orang yang Doyoung maksud. Tentu saja, salah satunya adalah sahabatnya sendiri, Johnny.

Naya memperhatikan Johnny yang sedang duduk bersama mahasiswa baru yang bahkan belum Naya kenal. Mereka terlihat seru berbicara dan tertawa. Memang, Johnny memiliki kemampuan untuk membuat siapapun yang berada didekatnya merasa nyaman.

Naya hampir berjalan untuk menghampirinya, namun urung. Ada sedikit rasa cemburu dan takut merasa tergantikan yang terlintas di dadanya. Namun Naya sadar, ia tidak boleh egois. Sahabatnya berhak untuk dekat bahkan menjalin hubungan apapun dengan siapapun.




Naya kembali mengedarkan pandangannya. Kali ini apa yang ia lihat sangat berbeda dari pemandangannya akan Johnny dan seorang maba.

Ia melihat Haechan dan Yeri yang tengah terlibat pertikaian, entah apa yang mereka ributkan. Haechan terlihat tertawa terpingkal-pingkal, sementara Yeri terus memukulnya dengan kasar. Mungkin sekedar keributan anak remaja.




Masih terus melihat sekeliling, satu pemandangan membuat Naya melipat tangan di depan dada. Naya memperhatikannya sebentar, kemudian memutuskan untuk menghampiri namun masih menjaga jarak.

Jungwoo, terlihat canggung dengan dikelilingi oleh perempuan-perempuan yang sepertinya adalah junior-juniornya. Anak-anak itu terdengar melempar bercandaan pada Jungwoo, sementara Jungwoo hanya tertawa kaku, menjadi satu-satunya laki-laki diantara mereka.


"Jungwoo!" panggil Naya.

Bukan hanya Jungwoo, tapi junior-junior itu juga menoleh dan menyapa Naya ramah.

"Naya!" Jungwoo berteriak dengan nada yang terdengar lega, seperti menemukan penyelamat hidupnya.

"Ngapain? Kok Jungwoo kaya lagi di bully?" tanya Naya.

"Ngga kok kak." seru salah satu diantara mereka. "Kak Jungwoo lucu banget gemes, kita cuma pengen ngobrol tapi dia malah takut-takut."

Naya melihat Jungwoo dan dia masih tersenyum kaku.


"Wah bener-bener lu." Naya mendekat ke arah Jungwoo. "Kalo lo lagi sama cewe gue bukan takut elu yang ngapa-ngapain. Gue malah takut elu yang diapa-apain sama cewenya." ujar Naya.

"Mereka pada centil-centil banget daritadi gue dipegang-pegang." adu Jungwoo sambil berlari kecil, bersembunyi di belakang Naya.

"Heh!" tegur Naya.

"Ngga megang-megang kak!" salah satu dari gerombolan itu membela diri. "Cuma megang lengan doang abis kak Jungwoo mukanya lucu tapi lengannya berotot terus jadi penasaran."

Naya tergelak mendengar pendapat yang polos itu. Sementara Jungwoo langsung menarik lengan baju Naya. "Ayo pergi." ajaknya.




Naya berjalan bersama Jungwoo mengitari area kolam, "kenapa takut sih?" tanya Naya penasaran.

"Mereka agresif." jawab Jungwoo enteng, membuat Naya lagi-lagi tertawa.

"Kocak lu bisa-bisanya terpojokan."

HIMPUNANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang