55. Kalandra dan Amanda

257K 38.6K 17K
                                    

Hari kedua, Doyoung menghitungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Hari kedua, Doyoung menghitungnya.

Ia melihat jam di tangan, masih ada waktu dua jam sebelum janjinya yang ia buat dengan para demisioner himpunan. Dengan perasaan yang masih ringan dan menyenangkan, Doyoung menyetir sambil menyenandungkan lagu-lagu asal yang ia dengar di radio.

Suara penyiar yang biasanya tidak pernah ia dengarkan kini ia perhatikan dengan seksama. Radio sedang membahas tentang hal yang mungkin bisa Doyoung pahami; tentang perasaan yang melibatkan dua manusia. Penyiar terus membicarakan tentang bagaimana perasaan adalah hal yang luar biasa, bisa berubah dengan cepat dan mempengaruhi kehidupan manusia untuk menjadi lebih cerah dan lebih baik lagi.


Doyoung mengangguk setuju, ia mulai berbicara pada dirinya sendiri, "tapi gue bingung, sebenernya perasaan tuh datengnya darimana ya? Dari kondisi? Situasi? Kebiasaan?" tanyanya yang tentu saja tidak akan pernah ada jawaban yang datang kecuali dari dirinya sendiri.

"Gue lama-lama jadi kaya orang gila ngomong sendiri, emang nih Naya gara-garanya," ia menggeleng, tertawa kecil setelah sadar ia mengatai dirinya sendiri gila namun ia tetap berbicara pada dirinya sendiri.





Mobil putihnya ia hentikan di depan pagar berwarna abu milik keluarga Naya, ia keluar dan membunyikan bel di sebelah kanan pagar. Sebelah tangannya memegang ponsel, sementara tangan kirinya ia masukan ke saku.

Menunggu beberapa detik, ia melihat Naya berlari kecil menuju pagar. Dengan nafas yang tersengal, ia menyampaikan berita.

"Ada kakak aku di dalem, baru dateng banget tadi pagi," ujarnya.

"Hah??" Doyoung terlihat kaget mendengar berita itu. "Terus aku harus gimana?"

"Ya emang mau gimana? Masuk aja," jawab Naya.


"Ibu udah tau belum kita pacaran?" tanya Doyoung lagi.

"Belum, aku ngga berani ngomong."

"Kakak kamu belum tau juga dong?"

"Ya apalagi mas Andra."

"Terus ini aku pas masuk harus ngomong apa?" wajah Doyoung terlihat panik.

"Santai lah kenalan aja, bilang temen deket. Dulu juga Ibu nyebut mbak Manda temen deketnya mas Andra, sampe tunangan tuh dibilangnya temen deket."


"Mbak Manda siapa?"

Naya berdecak mendengar Doyoung yang clueless, ternyata Doyoung memang belum banyak tau tentang Naya dan keluarganya.

"Mbak Manda kakak ipar aku, istrinya mas Andra, awas loh ya kamu jangan sampe lupa namanya!"

"Oh.." Doyoung mengangguk, ia mencegat tangan Naya ketika Naya hampir membuka pintu untuk masuk rumah.

"Nanti dulu Nay," ujar Doyoung. "Nama keponakan kamu siapa? Kasih tau dulu."

"Alana, perempuan, 9 bulan," jelasnya cukup detail.

HIMPUNANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang