Final Chapter: Dia Bilang, Kita Rumah

386K 42.1K 41K
                                    

Waktu terus bergulir hingga larut malam menjelang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Waktu terus bergulir hingga larut malam menjelang. Seluruh makanan sudah hampir habis, sebab menjadi teman sejak awal kedatangan, di tengah pembicaraan, hingga pada acaranya sendiri; makan malam. Beberapa diantara mereka masih mengunyah makanan-makanan yang tersisa, seolah mulut tidak cukup hanya untuk digunakan berbicara dan tertawa.

Di tengah obrolan ringan itu, Naya berdiri dan membawa satu kardus berisikan kado yang telah mereka rencanakan untuk bawa, dibungkus rapih dengan koran agar seragam dan ditempelkan nomor urut agar pembagiannya tidak harus berebut.


Percakapan tentang perasaan yang berpusat pada Doyoung dan Naya telah dihentikan, namun berbagai macam pertanyaan masih saja mereka terima secara personal. Semua pertanyaan itu tentu saja mereka jawab dengan tidak terlalu serius, sebab, untuk apa?

Mark sempat mendatangi Naya tepat ketika ia dan Doyoung berusaha menghentikan fokus forum yang terus tertuju pada mereka berdua. Ia bertanya dengan suara yang pelan dan sorot mata yang polos seperti anak-anak.

"Kak, kan lo udah jadian sama bang Doyoung, tapi gue masih boleh deket sama lo ngga?" tanya Mark, sama sekali tidak terdengar seperti gurauan.

Naya yang baru saja berdiri sebentar untuk mengambil segelas es buah menengok ke arah Mark, berusaha menerawang apakah Mark benar-benar serius dengan pertanyaan yang ia sampaikan?


"Gue serius kak," jawab Mark lagi ketika Naya masih memindainya. "Gue masih boleh ngajak lo cerita kan?"

Naya mengangguk dengan mata yang hanya sempat sekali mengerjap sejak Mark melemparkan pertanyaan itu. "Boleh lah, kenapa pake ngga boleh segala?"

"Lo ngga dilarang buat deket sama cowok?" tanyanya lagi, masih dengan nada yang polos.

Kali ini Naya menggeleng, "ngga tau. Tapi kalaupun dilarang, gue ngga mau, gue ngga bakal peduli, enak aja urusan lingkungan sosial gue dibatasin," jawabnya.

"Indeed, you're the coolest sist I ever knew," respon Mark atas jawaban Naya yang sangat membuat ia merasa puas.





Naya membawa dus yang cukup berat itu ke tengah. Dalam hati ia mengeluh dan mempertanyakan barang apa saja yang dibungkus oleh teman-temannya sehingga kardus itu cukup membuat pundaknya pegal.

Sejeong yang bertugas menuliskan nomor undian pada kertas memasukan kertas-kertas itu pada mangkuk bening untuk kemudian diambil secara acak oleh teman-temannya.


"Gue dapet nomor 7," ujar Naya, membacakan tulisan di dalam kertasnya.

"Gue 12," timpal Ten.

"Gue ngga nanya," delik Naya.

"Gue juga ngga ngomong sama lo," Ten mencibir balik.


Kado-kado itu dibagikan oleh Sejeong, dengan bantuan Jaemin sesuai dengan nomor urut. Mereka semua sibuk menimang dan menebak-nebak apa isi dari bungkus kado yang mereka terima.

HIMPUNANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang