Jaehyun menatap dalam diam pada benda yang tergeletak diatas mejanya. Ia membuang nafas berulang kali begitu berat, lalu matanya beralih pada gadis yang tengah duduk didepannya sambil menundukkan kepalanya. Menahan air mata yang sedari tadi menumpuk dipelupuk matanya.
"Kau yakin ingin mengundurkan diri?", Tanya Jaehyun setelah ia berdiam diri dalam waktu yang cukup lama. Ia bersidekap seakan ia biasa saja, namun semua itu hanya kedok.
"Ya,,tidak sebenarnya. Tapi aku harus melakukannya, kau benar", gadis itu menjawab dengan tidak yakin ,ia dengan ragu mendongak dan menatap mata Jaehyun.
"Dengan bertahannya aku pada pekerjaan ini, aku rasa aku hanya semakin mempersulit kalian", gadis itu kembali menundukkan kepalanya.
Jaehyun lagi-lagi membuang nafasnya kasar, ia tak dapat mengatakan apapun.
Padahal ia yang sering kali meminta agar gadis itu mengundurkan diri dari pekerjaannya agar tidak menganggu keadaan kantor. Namun, ternyata ia belum siap jika hari-hari nya dikantor yang begitu monoton dan membosankan semakin jadi tidak nyaman ketika gadis ini tidak ada."Aku menolaknya", Jaehyun mendorong benda tersebut kepada gadis itu, ia tak menerima keputusan gadis itu.
"Kau adalah karyawan terbaik yang aku miliki, aku tidak ingin kehilangan seseorang yang berpotensi seperti mu. Untuk masalah kantor, tidak usah kau pikirkan. Semuanya akan baik-baik saja dalam waktu dekat", ujar Jaehyun santai, membuat gadis itu kembali mendongakkan kepalanya tak percaya.
"Tapi, kau bilang aku akan merepotkan semua orang", Jaehyun mengambil surat pengunduran diri yang diajukan gadis tersebut, ia lalu dengan santainya menyobek benda tersebut hingga terbagi menjadi beberapa bagian. Gadis itu terkejut sambil melebarkan matanya.
"Sebelum adanya masalah inipun, kau sudah banyak merepotkan orang. Jangan pernah memberikan surat semacam ini padaku, aku akan dengan senang hati merobeknya menjadi bagian-bagian kecil", ujar Jaehyun final, lalu ia membuang bagian kecil kertas tersebut ke tempat sampah.
"Tapi, aku tak punya keberanian untuk terus bekerja disini dengan tenang. Semua orang menatap ku seolah aku penyebab kekacauan", ucap gadis itu sedih.
"Untuk apa kau bersedih ketika kenyataannya kau memang penyebab kekacauan? Kau abaikan saja apa yang mereka katakan, dimataku kau rekan kerja yang kompeten", Jaehyun berdiri dari duduknya, ia lalu mengambil coatnya yang ia sampirkan pada kursi kerjanya.
"Tapi--"
"Yoojung! Cukup untuk membuat ku merasa gila hari ini. Sampai kapanpun tidak akan aku izinkan dirimu untuk keluar dari sini tanpa alasan yang masuk akal", gadis itu -Yoojung- meragukan pendengaran nyam ia tak salah dengarkan Jaehyun memanggil nya dengan sebutan 'Yoojung' bukan 'nona choi' seperti biasanya.
Ia sebenarnya juga cukup bingung, kenapa pula Jaehyun marah saat ia akan mengundurkan diri. Padahal menurutnya, Jaehyun adalah orang yang paling sering menganjurkan padanya untuk segera resign. Tapi kenapa sekarang bos mudanya itu malah melarang. Bahkan menantang dengan keras.
"Ingin menemaniku? Hari ini ku izinkan dirimu untuk libur", Jaehyun mengulurkan tangannya pada Yoojung, menunggu gadis itu memegang tangannya.
Yoojung menatap aneh pada tangan Jaehyun yang terulur didepannya itu,. Ia berulang kali memandang tangan Jaehyun juga wajah Jaehyun bergantian.
"Aku rasa aku butuh sesuatu agar otakku kembali bekerja dengan baik, dan kau yang menyebabkan otakku malfungsi harus menemaniku", Jaehyun tanpa permisi mengambil tangan Yoojung dan menggandeng tangan tersebut. Ia membawa Yoojung keluar ruangannya tanpa banyak bicara.
"Kita akan kemana?", Tanya Yoojung saat mereka sampai di parkiran mobil Jaehyun.
Jaehyun membukakan pintu mobil untuk Yoojung, mengisyaratkan gadis itu agar segera masuk kedalam mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
So I Married My Anti-Fans [END] (✔)
أدب الهواة(Choi Yoojung x 97 lines) Seperti kebanyakan orang mengatakan "Jangan terlalu membenci seseorang, jika kau tidak ingin berakhir jatuh cinta padanya"