Perangkap 2: Terjebak Terlalu Dalam

4.1K 389 110
                                    

I am on the mood of angst. I am sorry

****

Aku yang menginginkan dia menjadi milikku sendiri. Menguasainya dalam genggamanku. Dan ketika dia masuk ke perangkapku entah kenapa kepuasan itu tidak juga datang. Dia berada disisiku tapi apa hatinya juga?

Apa dia terpaksa bersamaku?

Apa aku baginya?

Teman?

Seks Friend?

Tidak pernah ada satu kata cintapun darinya. Dia selalu mengatakan kalau kami adalah teman kepada teman-temannya. Tapi apa yang setiap malam kami lakukan selama beberapa tahun ini lebih dari sekedar teman. Teman tidak tidur bersama. Dia juga selalu mengikuti kemanapun aku pergi dan apapun kemauanku. Tapi tetap saja....

Apa aku baginya?

Plak!

Aku tersadar ketika Lam memukul kepalaku. Kami sedang merokok di atap gedung kantor.

"Berhenti menghela nafas. Aku muak mendengarnya" protesnya "Apa kamu bertengkar dengan Beam?" tanya Lam.

Aku menatap Lam sekilas lalu kembali menatap kosong langit biru yang terbentang luas di atap gedung kantor ini. Semilir angin menghembuskan rambut dan asap rokok kami.

Akan lebih baik jika kami bertengkar sehingga aku dan dia bisa menyelesaikan sesuatu. Aku begitu takut untuk memulai segalanya.

"Aku...." tidak ingin dia berubah

"Tapi aku... " tidak juga ingin kehilangannya.

Lam menatapku bingung "Mungkin aku harus berhenti merokok. Terlalu banyak merokok bisa membuatku bodoh sepertimu. Tolong bicara seperti makhluk normal" protesnya.

Aku mematikan rokokku dan kembali menghela nafas panjang.

"Entahlah Lam....." jawabku

Lam menggeleng. Dia menepuk bahuku

"Bicaralah padanya dumb ass"

Aku menunduk dan mengangguk. Walau pada prakteknya, aku sudah mencoba bicara padanya berkali-kali. Tapi kata-kata itu tidak bisa keluar dari mulutku

"Jika kamu tidak mencintaiku maka pergilah. Aku ingin melihatmu bahagia. Bukan terperangkap disini bersamaku"

****

"Dokter Beam.....teman anda sudah disini untuk menjemput" teriak salah seorang perawat.

Aku tersenyum padanya dan berterima kasih. Dia memerah dan terkekeh di tempatnya. Beam muncul dengan jas dokternya. Dia terlihat menakjubkan. Dia membuatku jatuh cinta padanya setiap hari. Sejak dia membuka matanya disampingku hingga dia kembali menutup matanya.

"Kalau begitu sampai nanti" ujar seorang wanita cantik sambil mengusap jemari putih lembut lentiknya ke lengan Beam. Tidak bisa kupungkiri aku merasa cemburu. Terbakar didalam. Tapi siapa aku? Aku bukan siapa-siapa. Jadi, kepada siapapun yang mencoba mendekati Beam aku hanya bisa diam-diam mencari tahu tentang mereka. Menggunakan segala koneksiku untuk menyingkirkan mereka tapi akhir-akhir ini aku berpikir, dengan begini apakah aku membuatnya tidak bahagia?

"Kenapa?" Beam menatapku bingung

Aku tersadar dan tersenyum. Aku mengambil tas yang disandang Beam "Tidak ada" jawabku sambil berjalan ke parkiran. Beam mengikutiku. Aku menyerahkan helm padanya dan dia duduk di belakangku. Dia melingkarkan tangannya di pinggangku dan berbisik.

"Mau makan apa?"

Aku merasakan jantungku berdebar hebat. Jika ada yang ingin kulakukan saat ini, itu adalah mendorongnya ke tempat tidur dan merasakan kehangatan tubuhnya. Tapi tidak. Beam bukan hanya sekedar pelampiasan nafsu semata bagiku.

Forth Beam Oneshot (Cerita Pendek)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang