Why Forth?

8.8K 516 22
                                    

Beam POV

Aku menghela nafas panjang ketika melihat bus yang kutunggu datang. Sejujurnya aku benci transportasi umum. Penuh sesak dengan orang, bau yang bermacam-macam, dan bus selalu membuat penampilanku berantakan. Tapi apa boleh buat, mobilku tiba-tiba mogok. Aku tidak ingin mengganggu kit dan phana yang sedang ditempat pacar mereka. Aku bisa saja naik taksi tapi naik bus akan lebih cepat. Aku tidak ingin menunggu taksi datang.

Aku hanya bisa menatap pasrah pada pintu bus yang terbuka dan berdoa semoga aku keluar dengan selamat.

"Hei nong! Kamu tidak naik?" tanya supir bus kesal.

Aku mengangguk cepat dan melompat masuk. Supir bus tidak menungguku menemukan spot untuk berdiri. Dia langsung menutup pintu bus dan melaju kencang. Aku hampir terjerembab. Untung aku dapat berpegangan pada tiang penyangga didalam bus. Supir bus menyuruhku untuk masuk ke dalam. Aku menatap enggan ketumpukan penumpang tapi lagi-lagi aku pasrah dan berjuang menemukan spot tempat berdiri

"Permisi" ujarku sambil mencoba berjalan ditengah lautan manusia. Aku bernafas lega ketika aku menemukan pegangan. Ketika bus berhenti di sebuah halte bus, seluruh penumpang terkejut karena supir bus mengerem mendadak. Seorang wanita tua hampir terjatuh tapi aku berhasil menahannya.

Dia menatapku dan tersenyum "terima kasih nak" ujarnya sambil mencoba untuk kembali berdiri tegak.

"Tidak masalah bi" ujarku. Aku menatap ke sekilingku. Ada begitu banyak anak muda yang duduk di kursi. Kenapa tidak ada satupun yang rela memberikan kursinya pada bibi tua ini. Aku menatap tajam pada pria didepanku yang dengan santai duduk sambil bermain game di handphonenya. Aku menendang kursinya. Dia berdecak kesal dan menatapku tajam.

"Hei....apa masalahmu!" ujarnya sebal.

"Hei Nong, apa kamu cacat? Sedang hamil? Tapi jelas kamu belum uzur" tanyaku kesal.

Dia menatapku bingung. Aku menunjuk ke pengumuman didalam bus.

"Apa kamu tidak bisa membaca juga?" dia menatap ke papan pengumuman yang menyatakan agar penumpang memberi tempat duduk pada kaum tuna netra, wanita hamil, dan manula.

"Sudah lah nak" bibi didepanku menatapku khawatir.

"Tidak apa bi. Jika dia pria sejati dia akan merelakan kursinya untuk bibi" sindirku. Kini semua orang mulai menatap pria didepanku. Pria didepanku menatap kesal ke arahku tapi dia berdiri. Aku tersenyum tipis.

"Puas!" ujarnya sambil berjalan mencari spot untuk berdiri. Dia mendorong bahuku dengan bahunya sebelum menghilang diantara lautan manusia.

"Duduklah bi" ujarku. Bibi tersebut tersenyum lebar dan duduk "terima kasih" ujarnya sambil mengenggam tanganku. Aku tersenyum tipis "bukan masalah bi"

Dan lagi-lagi bus berhenti mendadak dan beberapa orang masuk membuatku terdorong ke belakang dan pegangan bibi terlepas dariku. Aku mencoba menyesuaikan diri dan berjalan ke bagian belakang bus tapi aku tidak menemukan pegangan. Aku berdecak kesal. Hari ini benar-benar sial. Aku mencoba berdiri tegak tetapi ketika bus mulai berjalan aku kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh. Tapi sebuah tangan menarikku dan mendorong tubuhku sehingga punggungku menyentuh dinding bus. Aku ingin berteriak kesal tapi ketika aku menatap pria didepanku aku terkejut.

"Fo-forth!"

Forth tersenyum lebar dan menatapku "Hi beam....apa yang seorang pangeran lakukan disini? Mencoba berbaur dengan rakyat jelata?" sindirnya. Aku mendengus.

"Mobilku rusak jadi tidak punya pilihan lain" aku menaikkan kedua bahuku. Forth mengangguk mengerti.

"Lalu bagaimana denganmu? Tidak naik motor?" tanyaku.

Forth Beam Oneshot (Cerita Pendek)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang