Tujuh Hari

4.7K 385 56
                                    

I changed my mine, Ini cerita lama re-edit it while lunch and listen to Greyson Chance - Shut up

****

Hari Pertama

Namaku Baramee Vongviphan. Orang memanggilku Beam. Jika ditanya apa yang paling aku sukai di dunia ini, maka jawabannya adalah minum, pesta, dan wanita. Well, urutannya setara. Aku tidur dengan wanita manapun yang menarik hatiku. Tapi bukan berarti aku hidup sembarangan. Aku calon dokter. Aku tahu bahayanya berganti pasangan. So aku selalu bermain aman. Aturan lain dalam hidupku, aku tidak pernah tidur dengan wanita yang sama. Aku tidak percaya soal cinta. Lagi pula kenapa harus menetap jika aku bisa tidur dengan setiap wanita yang mendekatiku. Lagi pula, Aku tidak pernah memaksa mereka.

Aku merasa hidupku sempurna sampai suatu saat aku bangun dari tidurku dan mendapati aku tidur bersama seseorang, tanpa pengaman, dan hal yang paling aku tidak suka adalah aku tidur dengan seorang pria.

Aku BEAM BARAME VONGVIPHAN telah menyerahkan tubuhku pada seorang PRIA!

Jika nenekku tahu, dia akan bangkit dari kuburnya dan membawaku serta bersamanya!!

"Apa kamu baik-baik saja?" tanya pria berkulit cokelat dengan otot dan tato memenuhi tubuhnya.

Aku mengerang kesal dan duduk. Aku mengusap wajahku dengan kedua tanganku. Tadi malam aku terlalu mabuk tapi bagaimana bisa aku tidur dengannya?

Aku mencoba mengingat kembali kejadian tadi malam.

Tadi malam aku minum dengan geng Forth karena si brengsek Phana memutuskan untuk menghabiskan waktunya dengan pacarnya wayo dan Ming menculik Kit. Jiwaku yang lemah dengan mudah mengiyakan ajakan pesta Lam. Di pesta, Semua orang mengatakan kalau Forth lebih hebat dariku di ranjang dan itu menyulut api di dadaku. Aku ingin pembuktian. Bukti bahwa aku bisa mengalahkannya dan mendominasi Forth.

"Kamu ingin painkiller?" tanya Forth lagi.

Aku bisa mendengar nada khawatir di suaranya. Aku mendesah dan memejamkan mataku. Mencoba mengatasi rasa sakit di bokong dan pinggangku.

"Handphone" ujarku.

Aku bisa merasakan Forth bangun dari tempat tidur dan bergerak. Aku membuka mataku dan menatap Forth yang menyodorkan handphoneku. Damn, kini aku dengan jelas melihat tubuh setengah telanjangnya. Dia hanya mengenakan celana jeansnya. Aku segera memalingkan wajahku.

"Baju" ujarku sambil menatap handphoneku. Pukul 6 pagi. Aku yakin Lam dan kawan-kawan belum bangun

Forth kembali bergerak menunguti pakaianku. Dia menyerahkannya ke tanganku secepat mungkin. Aku masuk ke selimut dan berpakaian. Aku mencoba menahan rasa sakit di bokongku setiap aku mencoba bergerak.

Aku berbaring sesaat setelah berpakaian. Lelah.

"Katakan apa yang kamu butuhkan" tanya Forth lagi.

"Senjata" ujarku

Forth terdiam

"Karena aku sangat ingin menembakkannya ke kepalamu" ujarku kesal

Forth mendesah dan mengambil rokok di samping meja. Dia menyalakannya dan menghisapnya dalam.

"Kamu tidak protes ketika aku melakukannya semalam" ujarnya

Dan perkataannya membuatku menerbangkan sebuah bantal ke wajahnya. Aku tidak peduli bahkan ketika aku hampir membakar bantal Lam dengan rokok Forth. Aku turun dari tempat tidur setelahnya.

"Beam!" Forth mengejarku hingga ke pintu.

"Maaf" ujarnya ketika dia berhasil menarik tanganku. Aku menatapnya kesal

Forth Beam Oneshot (Cerita Pendek)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang