Till death do us part

6.1K 392 18
                                    

"Aaahhhh....shiii...." keringat dingin mengucur dari dahinya. Menyakitkan. Dia tidak menyangka kalau akan semenyakitkan ini jika mereka melakukannya dalam keadaan sadar.

"Easy...beam...easy..." ujar pria dibelakangnya sambil terus perlahan masuk ke tubuh sempit pria dibawahnya. Rasanya seperti terbakar. Beam merasa panas di sekujur tubuhnya.

Beam tertawa "mudah mengatakannya, karena bukan kamu yang...uhm..."

Pria tersebut mencium beam untuk mengusiknya dari rasa sakit sambil mencoba untuk terus masuk ke dalam tubuh Beam. Beam membalas ciuman pria tersebut dan membiarkan pria tersebut menyelipkan lidahnya ke mulutnya. Ketika pertama kali bersama pria ini, beam mengira kalau pria ini tipe yang kasar tapi ternyata tidak. Dia melakukannya perlahan. Beam bisa merasakan setiap sudut bibir pria tersebut menyentuh bibirnya lembut. Ia menarik leher pria tersebut untuk membuat ciuman mereka semakin dalam. Tapi ciuman mereka tidak cukup untuk mengusik perasaan yang diciptakan pria ini pada tubuh bagian bawahnya.

"hah....shhhh...." beam melepaskan ciuman mereka. Dia tidak bernafas. Merasa penuh karena kini pria tersebut telah masuk ke dalam tubuhnya seutuhnya.

"Aku tidak akan bergerak sampai kamu siap" bisik pria itu lembut sambil mengigit telinganya pelan. Beam bernafas perlahan dan menatap pria dibelakangnya. Pria ini begitu berkuasa dikampus. Semua orang takut padanya. Dia bahkan bisa menghajar banyak pria seorang diri. Tidak ada yang berani melanggar perintahnya. Tapi dia berubah menjadi pria lembut diatas ranjang.

"Aku baik-baik saja....kamu tidak perlu memperlakukanku seperti wanita" desis Beam. Pria tersebut tersenyum. Ia menatap beam lembut dan mengecup bibir beam perlahan sebelum memperdalam ciumannya. Beam bukan seorang gay. Dia Seorang casanova. Dia biasa dominan. Melakukan yang dia mau. Memanjakan bukan dimanja. Bisa memiliki beam adalah keajaiban tersendiri baginya. Apa lagi membuat beam menyerah dibawahnya. Jadi dia ingin melakukannya dengan benar dan perlahan. Tapi sepertinya beam punya pemikiran lain.

"kalau begitu aku akan melakukannya sesuai caraku" ujar pria tersebut sambil bergerak perlahan.

"Ah...fffff...." tubuh beam bergetar seiring pergerakan tubuh pria tersebut. Perlahan, pria tersebut mengaitkan jemari mereka erat dan bergerak lebih cepat. Beam menutup matanya dan bersandar pada bahu pria tersebut. Rasanya menyakitkan tapi sedikit demi sedikit dia bisa merasakan sensasi lain. Sensasi memabukkan. Beam mengigit bibirnya, mencoba menahan suaranya.

Awalnya mereka adalah teman biasa. Berkumpul karena memiliki lingkungan yang sama. Menghabiskan setiap weekend di bar dengan botol bir ditangan, ditambah rokok bagi forth. Menghabiskan malam di kamar berbeda, bersama partner yang berbeda-beda setiap minggu. Forth terkadang pulang dengan pria manis atau wanita seksi. Beam tidak tidur dengan pria, tapi dia bisa menghabiskan waktu dengan wanita berbeda dalam sehari.

Peristiwa Phana dan Wayo membuat mereka terpisah, memutuskan pertemanan mereka. Tapi bir kembali mempertemukan mereka. Menyapu kebingungan dan kebimbangan mereka. Mempersatukan mereka dan membuka mata mereka akan hal baru. Sejak saat itu, tidak peduli berapa banyak pria dan wanita yang forth tiduri tidak ada yang bisa menghapus beam dari pikirannya. Dia merindukan beam seperti pagi merindukan sinar matahari. Hidupnya terasa tidak lengkap tanpanya. Sedangkan bagi beam, tidak peduli berapa banyak wanita yang ditidurinya atau bahkan ketika dia merasa harga dirinya terluka karena forth tapi dia tetap akan memilih bersama Forth. Karena forth bisa memberikan apa yang dia tidak bisa rasakan pada partnernya yang lain: rasa nyaman, aman dan cinta.

Beam tertawa disela gerakan tubuh Forth didalam tubuhnya

"Kenapa?" tanya Forth khawatir. Dia berpikir apa dia melakukan kesalahan? Apa beam berubah pikiran?

Forth Beam Oneshot (Cerita Pendek)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang