Hujan

7K 459 24
                                    

Beam POV

Aku memperhatikan dia yang sedang bermain basket ditengah lapangan. Saat ini hujan turun rintik-rintik tapi mereka tidak berhenti. Keringat dan hujan jatuh menetes pada kulit cokelat dan rambutnya hitamnya. Dia menatap lawannya tajam dan bergerak dengan lincah. Otot tubuhnya bergerak dengan dinamis. Begitu seksi.

Aku memegang erat pulpen ditanganku.

Seksi bukanlah kata yang akan aku utarakan pada pria manapun bahkan tidak pada sahabatku phana yang dinobatkan sebagai bulan kampus.

Tapi dia,

Dia adalah segala yang pria inginkan,

Tubuh atletis,

Otak pintar,

Kepribadian supel,

Karisma.

Aku mendesah pelan.

"Lupakan" Aku memukul kepalaku.

"Apapun yang coba kamu pikirkan lupakan" teriakku dalam hati. Aku membereskan bukuku dan memutuskan untuk pulang sebelum hujan semakin deras. Tapi ketika aku turun ke lantai satu perpustakaan, hujan turun tanpa henti.

Ck

Aku menatap kesal ke arah hujan. Aku benci hujan. Dia akan membuat bajuku basah dan sepatuku kotor. Belum lagi hujan membuatku semakin merasa kesepian.

"menunggu seseorang?"

Aku memalingkan wajahku dan menatap pria yang menjulang tinggi disampingku. Senyum lebar menyungging di bibirnya. Walau kami sudah lama tidak keluar bersama terutama semenjak wayo lebih memilih phana dari pria didepanku, tapi pria ini tidak pernah merubah sikapnya. Dia masih tetap ramah.

"Tidak...ehm....aku" aku menatap hujan.

"Mau ke parkiran bersamaku?" tanyanya sambil membuka payungnya. Aku menatap dia yang mengeluarkan payung hitam besar. Aku tertawa.

"Kenapa?" tanyanya bingung.

"Tidak. Aku tidak menyangka seorang Forth membawa payung kemana-mana" ujarku

"Well, yeah...seorang wanita memberikannya padaku" ujarnya. Dan itu cukup untuk membuatku berhenti tertawa.

Tentu saja,

Mana mungkin pria sepertinya membawa payung, dia bahkan tidak mau repot membawa mobil.

Dan tentu saja, pria sepertinya tidak akan lepas dari wanita.

Aku menatap dia dan payung hitam ditangannya.

"Tidak terima kasih...." ujarku sambil memakai jaketku "parkiran tidak...hei..."

Forth tidak menungguku untuk selesai bicara dan menarikku ke dalam pelukannya lalu mendorong tubuhku maju bersamanya.

"Kamu akan basah dan kotor jika berlari ke parkiran hanya dengan jaketmu" ujarnya.

Aku terdiam. Hangat tubuh forth menyelimuti tubuhku karena saat ini dia merangkulku erat. Aku bisa merasakan jantungku berdetak hebat ketika menyadari posisiku yang berada tepat di dadanya. Aku mencoba mendorong tubuhnya. Jika dia terus memelukku, dia akan bisa merasakan detak jantungku. Forth berhenti sejenak tapi dia tidak melepaskan pelukannya.

"Ai Beam. Payung ini terlalu kecil untuk kita berdua jadi bersabarlah" ujarnya. Aku memandang Forth yang menatapku dengan ekspresi lembut. Aku menelan ludah dan memalingkan wajahku. Jika aku menolak bantuannya, dia akan semakin curiga padaku jadi Aku memutuskan untuk mengikuti kemauannya dan berjalan cepat ke arah parkiran. Forth tidak mengatakan apapun dan mencoba berjalan seiring dengan langkahku.

Forth Beam Oneshot (Cerita Pendek)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang