Waktu

3.8K 320 66
                                    

Aku memencet tombol lift beberapa kali tapi lift tersebut tidak juga bergerak.

"shit!!!" teriakku kesal.

Aku memutuskan untuk berlari turun ke lantai satu. Sepertinya turun dari tangga akan lebih cepat dibandingkan menunggu lift. Pikiranku melayang ke peristiwa hari ini ketika aku menuruni tangga satu persatu.

"Aku akan menjemputmu. Kita akan makan malam bersama"

Tanpa terasa air mata mengalir dari pipiku.

"Tidak. Tidak akan terjadi apapun. Dia akan baik-baik saja" aku mencoba meyakinkan diriku sendiri.

Ketika aku sampai ke lantai satu. Aku terus berlari secepatnya ke ruang bedah. Aku berhenti ketika melihat Ibu Forth menangis di pelukan Ayahnya. Seketika aku berhenti berlari. Jantungku berdetak begitu hebat.

"Beam!" teriak Kit ketika dia melihatku. Membuat semua orang menoleh padaku. Aku tidak mempedulikan mereka. Aku berjalan ke arah Phana.

"Bagaimana?" tanyaku. Pandanganku mulai kabur oleh air mataku. Aku mencoba menghentikannya dengan tanganku tapi dia terus mengalir.

"Beam" phana memegang kedua pundakku dan menatapku dengan ekspresi khawatir. Ekspresinya membuat jantungku berdetak kencang. Aku berjalan mendekat padanya dan memegang erat tangannya.

"No....kamu dokter bedah terbaik di thailand. Jadi katakan kalau dia baik-baik saja" tuntutku. Aku bisa memdengar isak tangis ibu Forth semakin kuat.

Phana menarikku ke dalam pelukannya dan merengkuh tubuhku erat "Maaf. Aku sudah berusaha tapi....."

Perkataannya membuat seluruh tubuhku lemas. Forth. Belahan jiwaku. Pria yang senyumnya selalu aku nantikan setiap aku membuka mata. Pria yang dapat mengembalikan energiku dengan pelukannya setelah seharian lelah bekerja. Pria yang kucintai melebihi cintaku pada diriku sendiri. Pria yang....

"Katakan kalau kamu berbohong...." pintaku disela isak tangisku.

"Pha.....Hari ini ulang tahunku..... Di-dia tidak mungkin menyakitiku di hari ulang tahunku" ujarku. Phana tidak mengatakan apapun selain memelukku erat. Aku bisa merasakan pelukan lain. Aku memalingkan wajahku dan menatap Kit

"Kit. Katakan kalau Pha berbohong. Katakan kalau kalian mengerjaiku!!!!! Dia...... berjanji....dia berjanji akan makan malam bersamaku" ujarku pada Kit. Air mataku kembali mengalir tak terbendung dan rasa sakit tidak tertahankan menghampiri jantungku. Seakan ribuan jarum ditusukkan ke jantungku.

Aku bisa melihat air mata mengalir dari wajah Kit. Kit mengusap kepalaku.

"Aku tahu Beam....aku tahu....aku akan berada disampingmu menggantikannya. Phana juga" ujarnya.

Tidak. Aku tidak menginginkan yang lain. Aku hanya ingin Forth. Forthku.

Aku mendorong Phana dan Kit lalu menatap mereka dingin.

"Aku ingin melihat dia!" perintahku.

Phana terdiam "Mungkin lebih baik-"

"AKU.INGIN.MELIHAT.FORTH" desisku.

Phana memalingkan wajahnya dan menatap kedua orang tua Forth. Ibu Forth berjalan ke arahku dan mengenggam tanganku

"Mae akan menemanimu" ujarnya. Aku bisa merasakan tangannya yang dingin dan gemetar. Aku menatap wanita disampingku, yang biasanya terlihat lembut dan hangat, tapi matanya kini dipenuhi air mata dan dia terlihat lelah. Aku mengenggam tangannya erat.

Aku masih berharap kalau semua ini tidak nyata. Aku harus melihatnya. Ibu Forth menuntun kami ke kamar bedah. Aku mencoba berjalan dengan sisa kekuatanku. Ibu Forth berjalan sambil berpegangan padaku dan Ayah Forth. Aku berhenti ketika aku melihat seseorang berbaring di meja operasi.

Forth Beam Oneshot (Cerita Pendek)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang