Ting tong. Ting tong. Ting tong.
Ting tong. Ting tong.
Ting tong.Kriieettt
Seorang lelaki tampan tersenyum ketika melihat pintu terbuka. Namun senyum itu pudar ketika yang membuka pintu ternyata bukan orang yang ditunggunya. Tapi ketika ia ingat bahwa seseorang yang berdiri di depannya saat ini adalah sosok yang penting bagi gadis incarannya, dengan sangat terpaksa dia tersenyum lagi.
"Mimi mana?," tanyanya ramah.
"Lo siapa?"
"Lo pasti Aira! Gue Irfan. Mimi sering banget cerita soal lo," ucapnya masih dengan senyum yang dipaksakan.
"Oh" Aira menjawab ketus dengan pandangan super tidak suka.
"Tunggu diluar." BRAK
Pintu bercat putih itu tertutup rapat kembali. Irfan mengepalkan tangannya, menahan emosi di dada.
Apanya yang cewek cantik, baik hati, dan menyenangkan? Itu mah nenek lampir! Serem!
Aira berlari dengan langkah kaki seribu menuju sebuah kamar. Dia membuka pintu yang tidak dikunci itu, menemukan Mimi yang sudah cantik dan wangi sedang menyisir rambutnya yang panjangnya sampai pinggang. Sedangkan Aira sendiri masih baru bangun dan belum mandi.
"Kok lo ngga bilang kalo dijemput sama cowok lo? Terus ngga bangunin gue lagi!," protes Aira yang masih berdiri diambang pintu.
Mimi menoleh dengan kedua tangannya ditangkupkan didepan mukanya yang menunduk seakan mengatakan 'Saking asyiknya dandan gue lupa!'
Bahkan saking dekatnya hubungan Aira dan Mimi membuat mereka sesekali dapat berbicara menggunakan bahasa isyarat."Irfan udah sampai? Bukan cowok sih tapi gebetan."
Mimi kembali fokus pada dirinya dicermin, mengoleskan lip balm sebagai sentuhan terakhir.
"Terus gue gimana dong? Gue kan ngga tahu nyetir mobil. Lo jahat banget sih Mi, harusnya kasih tahu gue kan. Jadi gue bisa bangun pagi dan-"
"Udah sana mandi!!"
Mimi berdiri, membenarkan seragamnya agar lebih rapi.
Aira lalu menghilang sedetik setelah Mimi menyuruhnya mandi.
Mimi masih berdiri di depan deretan tas sekolah miliknya. Dia nampak bingung akan memakai yang mana hari ini. Tapi akhirnya dia memilih sebuah tas gendong kecil berwarna peach.
Mimi keluar rumah dan disambut oleh wajah Irfan yang sumringah.
"Pagi, Mi."
"Pagi, Fan."
"Hari ini gue bawa mobil."
"Yang penting jangan bawa gerobak."
Irfan tertawa renyah mendengar lelucon Mimi.
"Fan, gimana Aira? Lo udah ketemu dia kan?"
"Aira? Baik... Dia baik... Dia ramah" Irfan menyuguhkan senyum palsu.
Mimi tersenyum manis. Dan Irfan tidak tahu bahwa saat itupun Mimi juga sedang menyunggingkan senyum palsu.
'Kayaknya gue cuma bakal main bentar sama lo deh. Gue ngga betah sama orang fake, Fan"
***
SMAN 5 Surabaya, 07.30 WIB
Seorang cowok berseragam SMA berdiri didepan gerbang hitam tinggi yang sudah tertutup rapat.
"Eh kamu, ngapain dari tadi berdiri disitu?," tanya Satpam dari dalam. Pak Eko.
Cowok itu mendekati gerbang agar lebih nyaman berbincang dengan Satpam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pink Diary
Teen Fiction(HIATUS) || Aku tidak mau lagi jatuh cinta. Semua cowok yang kusuka pada akhirnya jadi menyukai Mimi. Teman cowok deketku, tetanggaku, adik kelas, kakak kelas yang aku sukai, jika mereka bertemu dengan Mimi, mereka akan menyukainya dan jatuh cinta p...