Aira menyapu lantai dengan tatapan kosong. Dia melamun.
"Hei, tatap mata gue!!" Kedua tangan Ryan memegang pundak Aira, sedikit mendekatkan wajahnya untuk mendapatkan jawaban.
Kejadian beberapa saat yang lalu masih terngiang dikepala Aira.
"Aira, aku menyukaimu!!" Sepasang tangan pria memegang pundak Aira yang memakai seragam SMP.
"GYAAAA!!!" Aira membuang sapu di tangannya. Bagaimana dia jadi bisa mengingat momen menjijikkan dengan cowok brengsek itu? Cowok yang bahkan ia rela amnesia untuk melupakannya!
"Kenapa? Ada apa?" Ryan menghampiri Aira dengan tergesa-gesa. Dia ada disisi dalam gudang karena Aira memintanya untuk tidak dekat-dekat dengannya.
Aira melotot pada Ryan. Mengambil sapu yang dilemparnya dan menyapu dengan kasar.
Ryan mundur perlahan.
'Dasar cewek aneh'
'Cowok gila, ngga waras, sinting!'
Ryan kembali fokus membersihkan gudang bagian dalam.
Baru saja Ryan merapikan barang-barang, cewek itu kembali berteriak! Kali ini lebih histeris dari sebelumnya. Ryan mengacuhkan teriakan yang didengarnya dan masih fokus beres-beres. Toh cewek itu hanya akan mengacuhkannya.
"GILANG FEBRIAN RAMADHAN!"
Ryan segera berlari menghampiri Aira dan menemukan gadis itu sudah berdiri diatas kursi dengan wajah sangat ketakutan, kakinya pun gemetaran.
"Kecoa! Kecoa! Kecoa!!!!"
"Mana? Dimana?" Ryan gelagapan mencari kecoa yang dimaksud Aira.
"Dibawah sana! Di situ tuh!!" Aira tidak bisa tenang sedikitpun.
Ryan menggeser beberapa meja dan kursi untuk mencari kecoa itu.
"Ketemu!" Ryan mengambil sapu yang tergeletak, sudah siap untuk mengayunkannya.
"Jangan di bunuh! Di.. di buang aja!!"
Ryan kesal dengan cewek aneh dan semua kemauannya itu. Tapi dia menurutinya dan membuang kecoa itu ke luar gudang dengan bantuan sapu.
Aira duduk begitu saja setelah tahu kecoa itu sudah tidak ada lagi. Gadis itu jongkok diatas kursi sambil menutup wajahnya. Dia sangat ketakutan. Ini bukanlah sebuah drama, tapi memang Aira memiliki phobia pada serangga.
Grab. Sret.
Sebuah tangan mengelus kepala Aira. Terasa begitu lembut, begitu tulus dan begitu nyaman.
"Kecoanya udah ngga ada. Lo ga papa kan?" Sebuah suara yang familiar. Padahal suara itu baru hari ini didengarnya.
Aira mengangkat wajahnya. Tatapan mata Ryan dan Aira bertemu. Ryan tersenyum mencoba menenangkan Aira yang masih gemetar ketakutan.
"Gue ngga papa" Aira turun dari kursi, bersiap kembali untuk melakukan tugasnya.
"Lain kali kalo mau panggil gue jangan pake nama panjang. Repot, kepanjangan. Ryan. Nama gue Ryan"
Aira mendengar ucapan Ryan dengan sangat jelas. Tapi dia mengacuhkannya. Dia tidak boleh berurusan lebih jauh lagi dengan cowok bernama Gilang Febrian Ramadhan itu!
***
Kelas XII IPA 3
Mimi membuang nafas berat. Wajahnya nampak lesu. Dia melirik ke bangku disamping kirinya, bangku dekat tembok favorit Aira. Tempat duduk Mimi dan Aira ada di paling depan di samping pintu.
Ada dua alasan mereka duduk disitu.
Pertama Aira harus berada di depan. Kedua Mimi harus jauh dari meja guru. Jadi mereka duduk di meja paling depan dan paling jauh dari guru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pink Diary
Teen Fiction(HIATUS) || Aku tidak mau lagi jatuh cinta. Semua cowok yang kusuka pada akhirnya jadi menyukai Mimi. Teman cowok deketku, tetanggaku, adik kelas, kakak kelas yang aku sukai, jika mereka bertemu dengan Mimi, mereka akan menyukainya dan jatuh cinta p...