"Telat update nih, gegara author dan editor yang kerjanya ngaret banget, ngga tahu apa gue sama Aira tersiksa terus-terusan teriak di Suramadu selama dua minggu, huuh"
Ryan yang ngambek
Sepasang kaki berbalut sepatu berwarna emas yang mencolok berhenti tepat di depan sebuah gerbang hitam yang menjulang tinggi.
Bibir semerah cherry itu tersenyum, menguarkan pesona yang tak dapat dibantahkan. Begitu indah dan langka, senyum dalam wajahnya yang sempurna.
"Akhirnya setelah sekian lama," ucapnya lega. Suaranya serak bercampur lembut, halus sampai di telinga, apa benar di manusia? Atau Dewa?
Mata tajamnya menatap sekeliling, memeriksa setiap detail yang ada. Akankah tempat ini masih sama?
"Pft," Lelaki itu tertawa kecil, menertawakan dirinya sendiri. "Siapa sangka gue bakal lebih kangen Aira daripada Mimi?"
"Andai gue bisa melihat masa depan, meski sekali," tangan kanan yang seputih salju itu terangkat menyentuh pagar, membukanya dengan sedikit dorongan. "Gue bakal lihat masa depan kita, Aira"
Kedua kakinya melangkah masuk. Kebiasaan Mimi dan Aira masih sama. Mereka selalu saja membiarkan pintu gerbang tertutup namun juga terbuka, karena tidak ada kunci apapun yang menggemboknya.
***
5 Mei 2008
......5 Mei 2008
.......5 Mei 2008
......Gwaahhhh... Ada apa dengan 5 Mei 2008? Apa Mimi boleh berkata kasar sekarang? Ada apa dengan tulisan jelek dan super berantakan ini? Mimi bukan peramal, tidak juga memiliki kemampuan khusus yang berarti, bagaimana dia akan membaca isi dari buku mencurigakan ini?
Dasar! Apa sih yang sebenarnya Aira sembunyikan? Melihat bagaimana gadis itu sampai rela menyembunyikan buku ini di bawah bantal, itu artinya buku ini sangat berharga! Begitu penting sampai Aira tidak menceritakan apa-apa padanya.
Semakin manik matanya melihat halaman kusam itu, semakin Mimi ingin membakarnya, perasaan jengkel yang menjalar sedari tadi ingin dia ledakkan sekarang juga.
Sudah hampir satu jam dia mencoba, dan begitu muak karena tidak mendapatkan apa-apa. Membaca halaman lain pun sama saja, yang ada hanya akan membuat Mimi murka karena tidak bisa mengerti sama sekali.
Mimi merebahkan tubuhnya di kasur milik Aira. Aahh... Betapa melelahkannya.
Drrtttt.... Drrrttttt... Drrrtttt...
Mimi dapat merasakan handphone di saku celana pendeknya bergetar. Cukup untuk membuat suasana hatinya semakin kesal. Siapa lagi? Cowok yang mana lagi? Mimi merasa muak dengan lelaki akhir-akhir ini. Mungkin dia sudah berada dalam masa jenuhnya dan butuh waktu untuk beristirahat.
Drrrttt... Drrttttt... Drrrrtttt.....
Drrrtttttttt... Drrrrtttt.....Aaaiiiissshhhh.... "Siapa?" Mimi sampai tidak sadar semarah apa ia saat ini, membentak dengan penuh emosi.
"........"
"Oke. Otw gue blokir nomor lo" Mimi sudah menjauhkan handphonenya dari telinga. Bersiap mereject panggilan yang tidak diinginkannya itu. Hingga sebuah suara familiar menghentikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pink Diary
Novela Juvenil(HIATUS) || Aku tidak mau lagi jatuh cinta. Semua cowok yang kusuka pada akhirnya jadi menyukai Mimi. Teman cowok deketku, tetanggaku, adik kelas, kakak kelas yang aku sukai, jika mereka bertemu dengan Mimi, mereka akan menyukainya dan jatuh cinta p...