Tangan Mimi masih setia memegang tangan Ryan, matanya yang bulat menatap awas dengan penuh curiga.
Ryan sudah bersiap untuk mengatakan niatnya, bahwa ia ingin membangunkan Si Ai yang penuh dengan misteri itu.
Tetapi baru saja Ryan memikirkannya di kepala, dua buah tangan menangkapnya dari belakang sambil menyeretnya.
"Hehe. Maafin temen kita yang satu ini ya, Mi" Zaen tersenyum lebar.
"Udah ah ayok, Jack" Jo menyeret Ryan yang hanya menurut saja. Meskipun begitu dia tetap protes dengan kelakuan dua temannya yang seenaknya itu.
"Jack, lo udah gila ya? Ayo duduk dulu tenangin diri lo!" Jo nampak sangat frustasi.
"Yang seharusnya nenangin diri itu kalian tahu...." Gumam Ryan.
Ryan duduk dibangku dengan Jo dan Zaen mengelilinginya. Sebuah sikap bahwa mereka tidak ingin Ryan kembali berbuat tindakan yang tidak masuk akal.
"Jack lo tega ya!" Zaen memulai drama. "Tega ya lo pegangan sama Mimi didepan mata gue!"
"Udah gitu lo hampir ciuman lagi sama Alfi. Huhuhu" Jo benar-benar hampir menangis saat itu.
"Ngga setia kawan"
"Pengkhianat"
"Mentang-mentang ganteng lo, Jack"
Jo dan Zaen terus saja mengocehkan hal-hal aneh yang Ryan tidak mengerti. Bahkan tidak diketahui lagi siapa yang berbicara, ungkapan dari mulut Jo dan Zaen bersatu sampai tidak diketahui siapa yang sedang berbicara.
"Kalian selow aja kali" Satu kalimat dari mulut Ryan akhirnya bisa membuat Jo dan Zaen terdiam. "Kan udah gue bilang gue ngga tertarik sama mereka bertiga"
"Bulshit! Mana ada cowok yang ngga bakalan suka sama mereka? Lo boleh gebet siapa aja asal jangan Mimi" Zaen tidak mendengarkan sedikitpun dari penjelasan Ryan.
"Enak aja! Siapapun asal jangan Alfi!" Jo kini menatap nyalang pada Zaen, bukan lagi pada Ryan.
Mereka berdua kemudian saling tatap-tatapan satu sama lain ditemani mulut yang terus saja menguapkan kata demi kata.
"Mimi, Zaen suka sama lo!"
Jo dan Zaen yang sebelumnya bersitegang otomatis berhenti. Semua mata kini beralih ke pojok belakang tempat Ryan berteriak dengan sangat kencangnya.
Belum sempat keterkejutan mereda, teriakan Ryan kembali mengudara.
"Alfi, Jo suka sama lo!"
Satu detik setelah Ryan selesai berteriak, Jo dan Zaen langsung menyergap Ryan untuk membungkam mulutnya dan mengunci tubuhnya sambil nyengar-nyengir tidak jelas pada teman sekelas yang geleng-geleng kepala melihat aksi konyol mereka.
Selanjutnya yang terjadi adalah pergulatan konyol antara Ryan, Jo dan Zaen. Mereka bergumul dari bangku sampai ke atas meja. Sudah tidak diketahui lagi siapa menyerang siapa.
Tingkah konyol mereka ini memang keterlaluan, tapi anak sekelas tidak bisa memungkiri fakta bahwa dengan keberadaan merekalah kelas menjadi lebih berwarna.
Setelah keadaan mulai tenang, Ryan kembali menjelaskan.
"Jack, ada banyak foto cewek di kamera gue. Dari bayi berumur satu hari sampai nenek tua renta, gue punya semuanya dari hampir berbagai ras. Dan ada banyak yang lebih cantik daripada Dewi kalian itu"
Jo dan Zaen mendengarkan Ryan dengan seksama. Mereka tidak berani lagi untuk menyela.
"Jack, gue cuma mau bilang satu hal supaya kalian berhenti ngeraguin gue" Ryan mulai serius. Seakan ini pertama kalinya cowok berambut coklat alami itu mengalami situasi yang memaksa dirinya untuk mengatakan satu hal yang baginya sangatlah berarti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pink Diary
Fiksi Remaja(HIATUS) || Aku tidak mau lagi jatuh cinta. Semua cowok yang kusuka pada akhirnya jadi menyukai Mimi. Teman cowok deketku, tetanggaku, adik kelas, kakak kelas yang aku sukai, jika mereka bertemu dengan Mimi, mereka akan menyukainya dan jatuh cinta p...