"Lo itu ngengat apa? Terus berdengung di deket gue. Gangguin gue. Dasar nyamuk sinting"
Aira
KriiiiingggggBunyi bel yang memekakkan telinga menggema di setiap sudut SMAN 3 Surabaya. Membuat kerumunan manusia berhamburan dari dalam kelas masing-masing. Dengan tas di tangan atau punggung mereka, juga senyum lega karena akhirnya sekolah hari ini usai juga.
"Sekian pelajaran hari ini. Jangan lupa minggu depan kita akan mengadakan ulangan harian. Dan jangan sekali-kali ada yang berani melanggar aturan," ibu Martha mendekap buku paket di dada. "Terutama kamu, Gilang."
Ibu Martha menatap Ryan intens sebelum pergi meninggalkan kelas. Yang ditatap pun hanya tersenyum renyah tanpa peduli dengan intimidasi yang sedang diarahkan padanya.
Seluruh kelas bernafas lega. Pelajaran Ibu Martha selalu menegangkan. Tapi kali ini lebih dari biasanya.
Di saat anak-anak berhamburan keluar kelas, Aira malah menahan Mimi dengan tangannya. "Lo kenapa sih, Mi? Hah?"
Mimi bungkam. Dengan angkuh melepaskan tangan Aira dan meninggalkannya dalam rasa bingung yang terasa menyebalkan.
"Nur, Al!" kali ini Aira mencegat Nur dan Alfi yang hendak keluar kelas.
Alfi menatap Aira jengah. Hanya Nur yang tetap tersenyum padanya. Aira tak perlu bertanya, mereka berdua sudah memiliki jawaban atas pertanyaan yang mungkin diajukan olehnya.
Alfi mendekat pada Aira. Membisikkan sesuatu yang semakin membuatnya tidak mengerti dengan situasi ini. "Gue ngerti perasaan Mimi, karena gue juga kecewa," gadis tomboy itu berlalu begitu saja.
"Nur..." hanya gadis berhijab itu harapan satu-satunya Aira untuk menjelaskan kenapa Mimi dan Alfi bersikap seperti itu padanya?
Nur tersenyum. "Kamu harus omongin hal ini baik-baik ya Ai sama Mimi"
Persis seperti bagaimana Mimi dan Alfi melakukannya, Nur pergi begitu saja setelah mengatakan satu kalimat ambigu yang tidak Aira mengerti.
'Hal ini? Bicarain baik-baik? Gue bikin mereka kecewa? Apalagi Mimi? Argh... Emang apa yang terjadi selama gue ngga ada di kelas sih? Perasaan tadi pagi masih baik-baik aja'
Aira merasa frustasi luar dalam. Hal yang paling tidak disukainya adalah bertengkar dengan Mimi dan sahabat dekatnya. Mungkin jika dengan orang lain, gadis itu tidak akan peduli. Tapi Aira tidak bisa mengabaikannya jika ini Mimi.
"Gue kejar Mimi aja kali ya?" Aira kembali ke bangkunya untuk mengambil tasnya ketika dia melihat tiga orang sosok sedang bersenda gurau di belakang kelas.
Ryan dan dua orang lelaki yang tidak dikenalnya. Mungkin dua orang lelaki itu adalah teman sekelasnya. Atau mereka adalah teman Ryan dari kelas lain. Toh Aira tidak peduli. Hal yang menjadi prioritasnya saat ini adalah Mimi.
"Jack, jumatan bareng yok!" Zaen merangkul leher Ryan sembari berjalan beriringan keluar kelas.
"Jumatan? Anjerrr" Jo tidak bisa menahan tawa dimulutnya melihat Zaen yang tidak seperti biasanya.
"Maksud lo apa, hah?"
"Lo kan ngga pernah jumatan seumur hidup lo!"
"Lo juga ngga pernah ke gereja tuh! Seumur hidup lo!"
"Gue ke gereja waktu bayi!"
"Gue ke masjid waktu TK"
"Tunggu... Sekarang hari jumat?" Ryan memecahkan pertengkaran yang seperti tidak akan berakhir itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pink Diary
Teen Fiction(HIATUS) || Aku tidak mau lagi jatuh cinta. Semua cowok yang kusuka pada akhirnya jadi menyukai Mimi. Teman cowok deketku, tetanggaku, adik kelas, kakak kelas yang aku sukai, jika mereka bertemu dengan Mimi, mereka akan menyukainya dan jatuh cinta p...