Malam itu sudah lewat tengah malam. Kendaraan yang lalu-lalang tidak sebanyak sebelumnya. Mayoritas masyarakat Surabaya sudah terlelap dalam mimpi sejak beberapa jam yang lalu. Kali ini hanya tersisa dari mereka yang hidup dimalam hari.
Pasangan diatas vespa yang melaju dengan pelan ini, bukanlah salah satu dari makhluk malam. Mereka hanyalah sepasang muda-mudi yang berkendara untuk menghabiskan waktu menikmati jalanan di bawah kelap-kelip Bintang.
Merekalah Ryan dan Aira yang berkendara di atas vespa dengan keadaan sangat konyol. Aira duduk sangat berada ke belakang, berjauhan dengan Ryan agar dia tidak perlu bersentuhan dengan cowok sinting itu. Dia juga berpegangan ke belakang agar tidak terjatuh jika vespa itu oleng nantinya.
"Ai lihat deh... Itu Venus!" Ryan menunjukkan jarinya ke atas, pada sebuah bintang paling besar dan bersinar dimalam hari.
"Jangan ngomong seakan kita ini teman akrab" Meski berkata begitu, gadis itu mengikuti arah jari Ryan untuk melihat bintang yang ditunjukkannya.
"Lah terus harus gue panggil apa? Sayang gitu? Emang lo kata lo cewek gue apa?"
Plak!
Aira memukul helm Ryan dengan keras, cukup untuk membuat lelaki bermata coklat gelap itu meringis kesakitan. "Lo apaan sih?"
"Habisnya lo kalo ngomong suka sembarangan deh. Sebelum bicara tuh disaring dulu..."
"Disaring apanya? Emang ampas kelapa gitu?"
"Haha gue lupa. Lo kan emang ngga punya otak ya"
"Sembarangan! Punya kok!"
"Mana? Dimana?" Aira menantang Ryan.
"Nih dikepala gue!"
"Mana otak lo? Ngga ada kok!"
"Ya didalem lah, Aira. Ngatain orang ngga punya otak. Lo sendirinya sebleg" Ryan merasa akan menang kali ini. Dan itu benar, gadis itu tidak lagi menyahut.
Ini bukan pertama kalinya mereka berdebat. Sejak dari ITC, mereka terus saja keliling tidak jelas karena Aira tidak mau pulang ke rumahnya. Ryan sendiri juga tidak bisa meninggalkan Aira begitu saja.
Saat ini Aira sedang kebosanan. Dia berdiri sembari memainkan kedua kakinya untuk melemparkan debu di jalan yang beraspal.
Matanya menatap Ryan dan vespanya yang sedang mengantri untuk mengisi bensin di POM. Dia saat ini menunggu di sisi menuju jalan keluar. Dari tempatnya berdiri ini, gadis itu bisa melihat seisi pom bensin dari segala penjuru. Dia bisa melihat empat tangki yang berbeda. Dia bisa melihat supermarket dan toilet yang berada jauh dari tempatnya.
Karena antrian premium masih tinggal beberapa kendaraan sebelum Ryan, Aira menyapukan pandangannya ke arah lain. Entah ke tukang pom bensin yang nampak mengantuk. Atau kepada sepasang kekasih yang menariknya untuk melihat mereka.
Dan pada sebuah mobil sport yang nampak tak asing dimatanya. Mobil itu baru saja berhenti di depan pom pertamax yang sepi dari antrian.
Kaca mobil yang berwarna hitam itu terbuka, terulur sebuah tangan dengan beberapa lembar uang berwarna biru. Tapi sedetik kemudian tangan itu masuk kembali, kegaduhan seperti tercipta didalam mobil yang Aira tidak dapat melihat ke dalamnya.
Aira tidak mengerti, tapi apa yang terjadi pada mobil itu membuat matanya terus memandang ke arah sana. Gadis itu bahkan mengabaikan Ryan yang saat ini melambai-lambaikan tangannya dengan senyum sumringah karena tiba juga gilirannya untuk mengisi bensin.
Seorang pria blasteran keluar dari dalam mobil sport itu sambil menutup pintu dengan kasar. Lagaknya angkuh dan arogan.
Deg. Deg. Deg.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pink Diary
Teen Fiction(HIATUS) || Aku tidak mau lagi jatuh cinta. Semua cowok yang kusuka pada akhirnya jadi menyukai Mimi. Teman cowok deketku, tetanggaku, adik kelas, kakak kelas yang aku sukai, jika mereka bertemu dengan Mimi, mereka akan menyukainya dan jatuh cinta p...