07 - Kalah Taruhan?

368 77 429
                                        

Keadaan kelas saat itu persis seperti dalam bioskop. Ramai, namun semuanya diam. Hanya terpaku untuk menonton pada satu layar saja. Yaitu Ryan dan Mimi.

Mereka sendiri tidak tahu. Kenapa Ryan yang tampak sangat tenang dan Mimi yang begitu congkak terlihat begitu menarik perhatian tidak peduli mereka terpaku dalam diam?

Setelah terdiam beberapa saat dalam keheningan yang cukup mencekam, Ryan mengulaskan senyum ditemani sebuah pernyataan.

"Hai... Lo Mimi kan?"

"Iya..."

"Gue Ryan"

"Gue udah tahu"

"Kok bisa?" Ryan kaget dan kebingungan sendiri dengan Mimi yang tak kalah bingung.

"Maksud lo?"

"Kok lo bisa tahu nama gue? Gue kan belum ngasih tahu lo!"

Mimi menatap murid pindahan di depannya ini dengan pandangan yang mengartikan bahwa ia ingin meremas lelaki dengan iris coklat gelap yang setenang buih dengan tangannya sendiri saat itu juga.

"Lo sendiri kan tadi yang bilang kalo nama lo Ryan. Gimana sih?" Mimi tidak mengerti dengan sikap Ryan saat ini.

"Oh iya juga ya..." Ryan mengangguk karena kini dia kembali mengingat saat pertama kali memperkenalkan dirinya sendiri tadi.

Dia ini beneran polos atau pura-pura bodoh sih?

"Jadi lo mau apa?" Mimi langsung bertanya pada intinya. Mengulum senyum yang tak nampak.

"Nomer hp lo!" Ryan mengulurkan handphone-nya pada Mimi.

"Wooooaaa... Woooaaa" Beberapa murid lain bersorak pada aksi Ryan yang sebenarnya sudah mereka duga itu. Jika ada seorang lelaki mendekati Mimi, itu pasti untuk mendapatkan perhatian primadona itu. Dan Ryan, sebagai murid baru cukup berani untuk langsung meminta nomer hp primadona SMAN 5 Surabaya itu.

"Apa lo bilang?" Entah mengapa aura Mimi tiba-tiba saja berubah saat itu.

"Gue mau minta nomer hp lo. Masak kurang jelas sih? Gu-e min-ta no-mer ha-pe e-lo" Ryan memainkan handphone ditangannya sambil terus memajukan wajahnya agar lebih dekat pada Mimi.

"Ryan...." Mimi tersenyum sinis. "Ternyata lo ngga ada bedanya sama cowok yang lain. Pergi sana"

Mimi mengalihkan pandangannya pada buku paket di hadapannya. Gadis yang sebelumnya tidak melepaskan tatapannya sedikitpun dari Ryan, dia kini tidak sudi bahkan dengan melirik saja.

"Oke..." Ryan berjalan ke arah bangku di belakang Mimi, membuat gadis itu bertanya-tanya di balik kepalanya yang menunduk.

Dia pergi begitu saja?

"Hai... Lo Nur kan?" Ryan tersenyum persis seperti bagaimana dia tersenyum pada Mimi tadi.

"Iya... Ryan kan?" Nur tersenyum dengan tulus, membuat wajahnya semakin bercahaya dengan senyum manisnya.

"Hehe.. Iya gue Ryan"

"Ada apa?"

"Minta nomer hp lo dong!" Ryan menyodorkan handphone-nya pada Nur tanpa sadar betapa kagetnya gadis berhijab itu dengan seluruh murid yang berada di dalam kelas saat itu.

EEEEHHHHHHH??????

Semua murid seisi kelas lagi-lagi harus meneguk ludah sendiri karena tidak bisa menerima input data dari Ryan yang terlalu overload. Ada apa sih dengan murid baru satu ini?

Mimi mendengar semua itu. Dengan sangat jelasnya. Di dalam hati, dia semakin mengutuk Ryan. Selain karena menghancurkan ekspetasinya, cowok itu malah meminta nomer hp Nur? Apa maksudnya? Apa dia berniat mempermainkan semua perempuan dikelas ini?

Pink DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang