September 2017, Dua tahun yang lalu di SMAN 5 Surabaya
Seorang pria berseragam rapi sedang susah payah mengatur jantungnya sendiri agar berhenti berdegup kencang. Dia berdiri di lorong kelas yang sepi karena semua murid sedang berada di kelas masing-masing untuk mengikuti pelajaran.
Matanya semakin bulat karena memakai kacamata dengan penuh binar berkilauan setelah melihat dua orang gadis yang memakai seragam olahraga mendekat dari kejauhan. Dialah Kaisar 2 tahun yang lalu.
Gadis yang sedang merengek itu adalah Mimi. Dan gadis yang berjalan dengan wajah datarnya itu adalah Aira. Saat itu mereka masih kelas X semester 1.
"Aira..." Pikiran Kaisar langsung kosong bahkan hanya dengan melihat gadis itu dari kejauhan.
Dengan tekad yang sudah Kaisar latih sejak sebulan lebih, pria berkaca mata itu mendekati Aira dan Mimi dengan keringat dingin yang terus saja mengucur dari dahi.
Kaisar menyodorkan sebuah kotak coklat berhentuk hati pada Aira. "I-i-i-ini bu-bu-bu-buat ka-ka-ka-kamu... " Pada akhirnya Kaisar tidak bisa menyelesaikan ucapannya. Dan Aira pun tidak menggubrisnya. Gadis itu hanya melewati Kaisar begitu saja seakan pria berkacamata itu tidak pernah ada disitu.
"Ai.. Lo lihat cowok aneh barusan ngga? Gue rasa dia mau ngasih sesuatu deh sama lo"
"Ngga tahu. Ngga peduli juga" Aira menatap lurus ke depan, meskipun tadi dia sangat jelas melihat murid pria itu, tapi Aira tahu bahwa bukan dia yang diincar oleh murid pria itu. Melainkan sahabat terbaiknya, Mimi. Seperti hari-hari yang sudah lalu, bagaimana para pria akan mengantri untuk memberikan coklat secara langsung pada Mimi.
Mimi berhenti berjalan, dia menoleh ke belakang untuk melihat seorang murid lelaki yang tidak dikenalnya menunduk murung seakan dunianya runtuh saat itu juga dengan kotak coklat yang menggantung ditangannya.
"Apa gue salah lihat ya kalo cowok itu mau ngasih coklat ke Aira?" Mimi ingin membicarakan hal itu pada Aira, tapi dia tahu bahwa Aira tidak akan menyukai itu.
~~~~~~~~~~~~
Beauty Inside, Floor 6 (Kamar Ganti)
Nyuutt. DUAGH
Aira sangat puas melihat Ryan yang meringis kesakitan di tangan kiri dan didaerah pribadinya karena gigitan dan tendangan maut yang dilayangkan gadis itu barusan.
Aira membuka grendel pintu. Dia sudah keluar dari bilik namun melihat pemandangan tak mengenakkan didepan mata. Dia melihat Mimi yang juga sedang memandanginya dengan senyum merekah diwajahnya yang tak merasa bersalah sedikitpun itu.
BRAK. Klek.
Kali ini Aira yang menutup pintu dan mengunci grendel dengan cepat dan kasar.
"Ngapain lo masuk lagi?" Ryan tidak mengerti dengan tingkah gadis asing itu.
Tetapi sebelum Aira menjawab, sebuah gedoran dan teriakan mewarnai pintu bilik tengah yang Ryan dan Aira berada didalamnya.
"AI! AIRA! Lo ngapain pake acara sembunyi didalem? Udah ah ayok keluar! Kalo kita berangkat ke bandara sekarang, mungkin masih ada waktu sebelum Kai berangkat!" Mimi masih setia menggedor pintu kamar bilik tengah, membuat beberapa orang merasa tidak nyaman dengan tindakannya. Tapi toh gadis dengan wajah ke-arab-an itu tidak peduli.
"Lo dicariin tuh!" Ryan memberi tatapan yang berarti agar gadis itu segera keluar.
Aira tidak merespon, baik pada Mimi diluar ataupun pada Ryan yang berada dihadapannya. Tatapannya kosong dan pikirannya kacau balau. Dia tidak habis pikir kenapa Mimi melakukan itu? Bukannya meminta maaf tapi dia malah semakin menjadi-jadi tanpa peduli dengan perasaan Aira yang karena perbuatanya itu, kini luka lamanya terkoyak kembali dengan darah yang terus menguar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pink Diary
Teen Fiction(HIATUS) || Aku tidak mau lagi jatuh cinta. Semua cowok yang kusuka pada akhirnya jadi menyukai Mimi. Teman cowok deketku, tetanggaku, adik kelas, kakak kelas yang aku sukai, jika mereka bertemu dengan Mimi, mereka akan menyukainya dan jatuh cinta p...