Mimi keluar dari kamar mandi sudah dalam keadaan wangi yang semerbak.
Masih dengan tubuh yang terbalut lilitan handuk putih, Mimi berjalan santai menuju kamar Aira. Dia terperanjat ketika melihat Aira yang masih saja berkutat dengan buku-buku matematika yang membuat Mimi pusing bahkan hanya dengan melihat angka itu dari kejauhan.
"Aira..." Panggil Mimi setelah sampai di samping gadis itu.
"Ha...?" Jawab Aira lemah sembari menoleh pada Mimi.
"Udah cukup kali, lo udah kayak zombie aja!" Mimi tidak berlebihan ketika mengatakan hal itu. Keadaan Aira saat ini tak ubahnya mayat hidup yang mengenaskan. Gadis itu dari semalam tidak tidur sama sekali sejak tiba-tiba pulang setelah menghilang entah kemana!
Semalam saat baru saja merebahkan tubuhnya diatas kasur dengan Mimi disampingnya, Aira berteriak dengan harapan bahwa apa yang ada dipikirannya saat itu tidaklah benar. "Mi besok ada pelajaran Pak Nur ya?"
"Ngga tahu..." Mimi sudah hampir terlelap saat gadis di sampingnya itu berteriak dramatis.
"Nggak kan ya? Anggap aja ngga ada. Iya bener" Aira menutup matanya secara perlahan, dia sudah tidak kuasa menahan rasa kantuk yang menyerang.
"Oh iya... Besok emang ada Pak Nur, Ai. Jam pertama"
Mendengar ucapan Mimi itu, Aira langsung bangkit untuk duduk. Dia tidak bisa bersantai dalam kondisi genting ini. Gadis itu tidak mengikuti ulangan harian yang diadakan Pak Nur hari ini. Jadi dia diwajibkan untuk menyusul pada jam pelajaran hari berikutnya. Itulah peraturan tak tertulis dalam sistem pelajaran Pak Nur.
"Aira... Aira..." Gadis itu mengutuk dirinya sendiri kenapa tidak bisa sekali saja tidak perlu belajar keras sebelum ujian? Terkadang Aira juga ingin seperti Mimi. Tenang dan santai tidak peduli apapun yang akan terjadi. Entah semalam belajar atau tidak jika kertas ulangan dikumpulkan, pasti sudah ada jawaban disana. Yah.. Tentu saja Mimi mendapatkan itu dari Aira dan teman lainnya.
Tetapi Aira tidak bisa menjadi seperti Mimi. Dia tidak akan tenang jika tak belajar dan bekerja dengan giat. Karena begitulah seorang Aira.
Dan inilah hasilnya, Aira tidak tidur semalaman hanya untuk belajar materi ulangan matematika yang akan dihadapinya dalam kenyataan.
"Mandi sana! Terus kita langsung cabut, jadi lo bisa tidur di mobil meski sebentar" Mimi memaksa Aira untuk segera bangun dan pergi ke kamar mandi.
"Tapi Mi-"
"-Lo mau gue yang mandiin lo? Gitu?"
"Iya iya... Masih jam lima pagi juga, heran deh..." Aira terus meracau saat pergi ke kamar mandi. Mimi hanya geleng-geleng kepala karena dia sudah sangat mengerti dengan sifat gadis itu.
Bukannya beranjak pergi ke kamarnya sendiri, Mimi malah merapikan buku dan barang bawaan yang biasa Aira bawa ke sekolah. Gadis itu harus menyiapkan semua dengan cekatan agar setelah Aira selesai berseragam nanti mereka berdua bisa langsung berangkat sekolah. Jadi Aira akan memiliki lebih banyak waktu untuk tidur di dalam mobil sambil memulihkan diri sebelum menghadapi ujian susulan.
Saat membereskan tumpukan barang milik Aira, sebuah buku kusam berwarna merah muda menarik mata Mimi untuk mengambil buku itu.
"Buku ini.... " Mimi menelisik buku merah muda yang terlihat sudah sangat tua itu, apa buku itu milik Aira? Atau gadis itu meminjamnya dari perpustakaan? Jika benar itu milik Aira, Mimi harus membacanya saat ini juga!
Karena jika ada satu saja bagian dari buku itu yang dapat mengganggu ingatan Aira, maka Mimi harus memusnahkan buku itu!Secara perlahan, Mimi membuka buku itu. Matanya disambut oleh sebuah tulisan cakar ayam khas anak kecil pada halaman pertama. Karena tinta yang meresap pada serat buku, Mimi harus bersusah payah untuk membaca tulisan demi tulisan di halaman pertama tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pink Diary
Teen Fiction(HIATUS) || Aku tidak mau lagi jatuh cinta. Semua cowok yang kusuka pada akhirnya jadi menyukai Mimi. Teman cowok deketku, tetanggaku, adik kelas, kakak kelas yang aku sukai, jika mereka bertemu dengan Mimi, mereka akan menyukainya dan jatuh cinta p...