3. Tentang Rasa

1.8K 91 0
                                    

Ada apa dengan hatiku. Itu semua hanya Allah yang tau .

---Neima Jannatulma'wa---

Aku tidak tau kenapa hatiku berdegub dengan kencang saat mendengarmu melantunkan ayat suci Allah,saat bibirmu memanggil namaku dan saat senyum indahmu itu terbit.

Oh Allah. Ada apa dengan hatiku, itu semua hanya Engkau yang tau.

Tentang semua rasa yang aku hadapi ketika aku melihat dan berhadapan dengan seorang hambamu yang bernama Bari Dahisy Faeez.

Apakah ini yang disebut Cinta dalam Diam ? Entahlah aku tidak yakin itu.

Saat itu aku telah memasukki kelas 11. Alhamdulillah saat pencalonan ketua osis 3 bulan lalu, Aku dan Daffa yang memenangkannya.

Daffa menjadi Ketua Osis dan Aku wakilnya.

Disisi lain Faeez  menjadi ketua pengurus BTQ. Daffa juga aktif di dalam kegiatan itu.

Aku harus benar-benar fokus pada Osis, karena mengemban amanah ini tidaklah enteng.

Aku serahkan semuanya kepada Allah SWT.

Allahuma yassir wala tu assir

Ya allah permudahkan urusanku jangan dipersulitkan.

Itulah doa yang selalu aku lantunkan ketika akan memimpin segala urusan di organisasi.

"Siapin buat rapat besok. Kita bakal bahas tentang kegiatan tahuanan" ucap Daffa saat akan keluar kelas.

"Iya" Jawabku singkat.

Sungguh aku tidak tau kenapa sikap Daffa padaku sangat dingin, aku berusaha menjadi rekan yang baik untuknya.

Tapi tetap saja selalu mendapat komentar pedas dari Daffa yang sok cool itu.

"Nie. Nebeng ya " ucap Elang sambil tersenyum sok manis padaku.

"Iya lang"

Elang memang sering pulang denganku jika dia tidak membawa sepeda motor.

Aku masih diantar jemput oleh supir pribadi. Kata Ayah kalo sudah kelas 12 baru aku boleh membawa motor sekalian buat KTP dan SIM.

-----

Didalam mobil aku bertanya pada Elang tentang Daffa. Iya hanya Elang yang sangat akrab dengan Daffa.

"Menurut gue sih yah. Daffa itu ada rasa deh sama lo " Ucap Elang

"Hah ? Rasa apaan ! Rasa PEDES kali" Aku langsung menoleh menatap Elang sejenak yang duduk dibelakang kursiku.

Lalu aku luruskan pandanganku kedepan menatap kemacetan sore kota Jakarta.

" Pedes yang nantinya bakal jadi manis " jawab Elang sambil terkekeh "Itu tebakan gue aja sih Nei" lanjut Elang.

"Ya gak mungkin lah Lang ." Aku menepis pendapat Elang

"Iya lagian gue juga bingung Nei, kenapa Daffa sikapnya dingin banget sama lo. Duh kalo gue jadi lo emmm. Gak bakal kuat deh jadi wakil Osis" Ucap Elang dengan nada dan ekspresi Alaynya itu.

Kamu Dan AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang