12. Melihatnya Bahagia

1.3K 77 1
                                    

Bahagiamu adalah anugrah indah untukku saat ini
Meski bukan aku yang menjadi penyebab kebahagiaanmu
Meski bukan aku yang menjadi alasanmu  untuk  bahagia.

※※※※※

Hari ini setelah sholat subuh, aku tertidur diatas sajadah yang masih membentang.

Samar-samar aku mendengar suara seseorang membangunkanku, menggoyangkan tubuhku secara perlahan.

Mataku mulai membuka sedikit demi sedikit hingga akhirnya aku tau siapa orang yang membangunkanku.

Iya itu Bunda.

Malaikat tanpa sayap yang selalu ada untukku.

Malaikat yang aku sebut Bunda.

Dan alasan untukku tetap tersenyum.

"Sayang--- bangun nak. Sudah jam 06.30" ucap Bunda

Aku duduk menatapnya.

"Iya Bunda--" jawabku dengan diakhiri senyuman.

Aku harus tetap tersenyum meski aku sedang terluka.

Aku harus tetap bersyukur karena Allah masih mengizinkanku untuk bersujud kepada'Nya.

Allhamdulillah for everything that happens to me, happy or sad.

Bunda memegang daguku.
Dan menatap wajahku .

"Kamu kenapa sayang ? Kamu habis nangis ya ?"

Tanya Bunda dengan nada yang sangat halus.

"Neima habis mengadu sama Allah Bun" aku pun tersenyum.

"Sayang--" Bunda merai tanganku kedalam genggamannya.

"Ceritakan pada Bunda apa yang membuatmu menangis ? Hmm ?"

"Bunda. Apa jatuh cinta itu sesakit ini ?" Tanyaku setenang mungkin agar tangisku tak hadir lagi.

"Menurut Bunda, ada dua jenis jatuh cinta dalam hidup ini"

"Apa saja itu Bunda ?" Tanyaku sambil menatap manik mata Bunda yang meneduhkan.

"Yang pertama Jatuh Cinta pada Allah dan Rasullullah. Ketika kita jatuh cinta pada Allah dan Rasullullah, kita tidak akan pernah merasakan jatuh dan sakit. Yang kedua jatuh cinta pada seorang hamba Allah. Kadang perasaan cinta kita pada seorang hamba tidak tersadari melebihi cinta pada Allah dan Rasulullah. Dan yang terjadi kita terjebak dalam cinta yang salah dan membuat hati kita terluka."
Bunda mengelus pipi kananku

Tidak terasa air mataku lolos begitu saja.

"Allah telah menemukan Neima dengan cinta yang salah Bun"

Aku langsung memeluk Bunda sambil terisak tangis.

Bunda mengelus kepalaku yang masih terbalut mukenah panjang.

"La Tahzan" Ucap Bunda padaku

Lalu Bunda melepas pelukkannya dan menghapus air mataku dengan ibu jarinya.

Kamu Dan AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang