Chapter 1

3.8K 322 10
                                    

Sakura membanting benda di tangannya. Raungan amarah ia lontarkan bersamaan dengan tangannya memukul keras wastafel di hadapannya. Menimbulkan rasa sakit yang tidak dipedulikannya. Napasnya tak beraturan. Matanya bergerak liar seolah masih tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat tadi. Sekali lagi ia melirik benda yang menjadi sumber kekalutannya kini. Dan dua tanda merah pada benda itu kembali menjawabnya. Dua tanda merah yang menamparnya dengan kenyataan dirinya sekarang.

Dua tanda merah pada testpack.

Ia hamil.

Isakan lirih lolos dari mulutnya. Ia membenamkan wajahnya di kedua telapak tangannya dengan tubuh yang membungkuk ke arah wastafel. Terjawab sudah semua keanehan yang ia rasakan pada tubuhnya selama sebulan ini.

Hamil.

Hamil.

Kata itu terus terngiang di telinganya, menghantarkan rasa panik pada dirinya sendiri. Bagaimana ini? Apa yang harus ia lakukan? Ibunya pasti marah besar mendengar kabar ini.

Bukan apa-apa, ia adalah seorang artis muda papan atas yang tengah berada di masa-masa puncak kejayaannya. Dan itu berarti, ia punya reputasi yang harus ia jaga. Terlebih ibunya adalah CEO dari agensi tempatnya bernaung. Ia tahu sebesar apa masalah yang akan timbul karena ulahnya kini.

Ingatannya melambung pada kejadian masa lalu yang sudah membuatnya seperti ini. Kalau bisa mengulang waktu, ia ingin sekali kembali dan melarang dirinya di masa lalu untuk ikut bujuk rayu Shion yang memaksanya ikut pesta ulang tahun rekan sesama artis mereka, Karin. Atau setidaknya melarang dirinya untuk mabuk dan akhirnya berakhir naas bersama orang yang tidak dikenalnya di atas ranjang.

"Sial!"

Isakannya mengencang saat mengingat malam kebodohannya itu. Ia tahu, ini juga bukan salah Shion atau Karin atau siapapun di pesta itu. Ini adalah kesalahannya sendiri. Ia punya kehendak bebas untuk menentukan pilihan.

Dan ia memilih untuk mabuk malam itu.

Ia sedang stres dengan pertengkarannya dengan Sang Ibu dan akhirnya memilih mabuk malam itu. Dan Sakura menyesalinya sepenuh hati.

Laki-laki yang menghamilinya?

Sakura bahkan tidak ingat persis bagaimana rupanya. Itu sudah sebulan yang lalu, dan ia tidak berpikir akan menjadi seperti ini kejadiannya. Ia hanya ingat pria itu mempunyai ekspresi yang datar. Bahkan sangat datar untuk mengetahui fakta ia telah meniduri seorang gadis dalam keadaan mabuk. Mungkin ia memang sudah terbiasa dengan hal itu. Benar-benar laki-laki sialan yang brengsek.

Waktu itu ia memang sedikit kaget saat mendapati dirinya terbangun dalam keadaan tanpa busana dengan seorang pria dengan kondisi yang serupa. Namun, akibat hangover semalam masih berefek sampai pagi itu. Ia merasa sangat pusing dan tak punya tenaga untuk marah-marah. Lagipula ia tahu mencaci pria itupun tak akan mengembalikan keadaannya. Pria itu juga sepertinya mabuk, terlihat dari tubuhnya yang beraroma alkohol. Jadi, tidak ada yang bersalah diantara mereka. Mereka melakukannya tanpa sadar.

Karenanya ia memutuskan untuk pergi tanpa berkata apapun. Pergi meninggalkan Sang Pria yang bahkan sampai Sakura keluar dari ruangan itupun, tak beranjak seincipun dari tempat tidur. Hanya duduk dan memandang Sakura yang memakai pakaiannya kemudian keluar dari kamar itu dengan langkah yang sedikit oleng karena tergesa. Sakura tidak peduli dan tidak mau peduli dengan pria yang menatap punggungnya dengan tatapan setajam laser itu. Tidak mau peduli dengan apa yang ada dipikiran pria itu tentang dirinya.

Terserah.

Yang ia pikirkan adalah pergi dari tempat terkutuk itu dan melupakan segalanya.

Namun, sepertinya masalahnya tidak sesimpel itu. Sekarang ia sedang menuai apa yang sudah mereka lakukan waktu itu. Ia hamil dengan kondisi tidak tahu siapa identitas ayah dari anak di dalam rahimnya. Dan demi Tuhan, ia tak akan pernah mencari tahu siapa pria dibenakpun tidak. Untuk apa? Untuk minta pertanggungjawaban?

Yang benar saja.

Itu sama saja mendorongnya ke jurang. Ibunya bisa membunuhnya kalau sampai ia tahu tentang kehamilannya. Karirnya bisa hancur dalam sekejab. Tidak. Tidak ada yang boleh tahu kalau ia sedang hamil. Tidak ibunya, tidak juga pria itu. Atau siapapun.

Ia harus melakukan sesuatu. Tapi apa? Menangis di sini tidak akan menyelesaikan masalah. Tapi hanya berdiam diri juga tidak berguna. Yang ada perutnya akan semakin membesar seiring berjalannya waktu. Tidak mungkinkan calon bayi dalam perutnya ini menghilang dengan sendirinya?

Tiba-tiba tubuhnya tercekat dengan pemikiran yang baru saja lewat otaknya. Tangisnya berhenti seketika. Perlahan ia mengangkat kepalanya untuk dapat menatap pantulan dirinya di cermin di hadapannya. Seakan ingin meyakinkan diri tentang pikiran yang terus bermain di otaknya saat ini.

Ya, jelas calon bayi itu tidak bisa menghilang dengan sendirinya. Tapi bagaimana kalau dirinyalah yang dengan sengaja menghilangkannya?

Ia menelan ludahnya kasar. Tidak ada pilihan lain. Itulah yang memang harus ia lakukan.

Mengusap wajahnya, akhirnya ia memilih untuk mengakhiri tangisannya. Mengambil testpack di dalam wastafel sebelum membuangnya tanpa perasaan ke tempat sampah. Dengan tergesa kemudian ia keluar dari kamar mandi apotek yang dikunjunginya.

Tanpa Sakura ketahui, seorang berbaju serba hitam sedang mengintainya. Menatapnya dari jauh dalam diam. Dan setelah sosoknya menghilang, orang itu masuk ke dalam toilet yang tadi dimasukinya dan berdiri menatap testpack dalam tempat sampah di pojok ruangan itu sebelum tangannya terjulur untuk meraih benda tersebut dan menyimpannya dalam sebuah wadah plastik. Segera setelahnya, ia langsung keluar dari toilet dan memasuki sebuah mobil yang kemudian langsung melesat pergi meninggalkan tempat tersebut.

****

Once AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang