55. Monas

6.3K 278 4
                                    

Jangan lupa vote komen dan follow!

Follow juga instagram role player cerita ini :

@rajaaldrian
@rasyacherylholda
@vianca.rosaulina
@ryan.gylson

👑👑👑

"kak? Ayo dong ke monas" Rara menggeliat di atas kasur Bagas,sedangkan Bagas masih setia menatap layar televisi dan memegang stik Play station. Jempol Bagas menari menari di atas stik itu

"Kak! Jawab dong!" Teriak Rara sambil membetulkan posisinya menjadi duduk bersila.

"sama papa aja. Gue lagi sibuk"

Rara berjalan dan duduk di sebelah Bagas "mana ada sibuk begini. Ayo lah kak. Papa tadi udah gue ajak,tapi Papa lagi ada urusan dan karena itu gue ngajakin lo. Ayo lah" Rara menarik narik tangan Bagas dan merengek pada Bagas

"ckkk" Bagas mempause gamenya,ia menatap Rara yang menggunakan baju kaos hitam yang terdapat tulisan, celana pendek selutut dan rambut yang ia biarkan tergerai

"ya kak?" Rara memanyunkan bibirkan dan memasang puppy eye nya.

"janji gak lama?" Bagas pun luluh dengan bujukan Rara

Rara mengangguk semangat dan melempar senyuman terlebarnya "janji kak"

Bagas mengangguk,ia mematikan layar yang tadi ia tatap dan merapikan kaset gamenya serta stik nya.

👑👑👑

"kak? Gue mau balon itu" Rengek Rara sambil menunjuk penjual balon.

Mereka sudah berjalan melihat lihat monas. Rara bosan. Hanya itu saja. Akhirnya ia mengajak Bagas untuk ke taman bermain yang ada di dekat Monas.

"apasih lo? Lo itu udah kelas dua SMA dan bentar lagi lo tujuh belas tahun" tolak Bagas. Bagaimana dengan Rara ini? Umur sudah hampir dewasa,namun sikap kekanakannya masih ada,masih mencintai permen dan menyukai balon.

"please kak" Rara merangkul tangan kekar Bagas membuat Bagas luluh dan akhirnya mengangguk

Rara tersenyum penuh kemenangan,yap. Kelemahan Bagas adalah tampang memelas nya

"kang,balonnya dua" kata Bagas kepada penjual balon itu

Bagas beralih menatap Rara yang sedang mengulum permennya "warna apa?" tanya Bagas

Rara melihat balon balon itu,penjualan yang sangat modren. Di sebuah ruko dan di sebelah ruko ini ada tempat bermain anak anak,yang dihiasi banyak balon di atas atasnya dengan cara di tempel di sana.

"warna hitam putih"

Tukang balon itu memberikan 2 balon sesuai permintaan Rara. Bagas mengeluarkan dompetnya dan mengeluarkan uang nya untuk membayar balon itu

Rara mengambil balon itu dan tersenyum puas "lucu"

"kak? Ayo ke sebelah ini" Rara menarik tangan Bagas sedangkan sang pemilik tangannya hanya pasrah. Ini tak ia sukai jika ikut menemani Rara,jadi seperti anak dan ayahnya.

"yaampun ra,ini untuk anak dua tahun hingga sepuluh tahun Ra" ucap Rara setelah membaca tulisan di depan pintu

Untuk anak berubah 2 tahun - 10 tahun. Harap orang tua membimbing anak anak nya. Terimakasih.

"gak papa" Rara terus saja berjalan masuk dan menatap langit langit yang di hiasi balon berwarna hitam putih. Dan anak anak yang juga sedang asik bermain dengan temannya dan juga memegang balon

Bagas memilih duduk di kursi yang memang disediakan untuk orang tua menunggu anak nya. Bagas melihat Rara yang melihat lihat sekitar dan juga bermain dengan anak anak yang sekitar umur 7 tahun

"pacar nya ya mas?" tanya ibu ibu yang sedari tadi menatap Bagas yang sedang melihat Rara. Ibu ibu itu tersenyum melihat Bagas,benar benar ganteng.

Bagas tertawa kecil "adik saya buk"

"gak usah panggil ibuk, panggil kakak aja,biar muda kelihatannya" ibu ibu yang terlihat masih muda itu tertawa kecil.

Bagas juga tertawa "iyaa kak"

"hehehe"

Rara menghampiri Bagas,ia merengek minta minum "haus kak"

Bagas yang sedang memegang ponsel langsung menuju aplikasi kamera,dan mencandid Rara

"lo foto gue ya kak?" tanya Rara

Bagas tertawa ia mengusap kepala Rara. Gemas. "lo tunggu disini. Gue beliin air" Bagas berdiri dari duduknya dan keluar dari sana untuk membeli minum

Rara duduk di tempat Bagas duduk tadi,tangannya masih setia menggenggam balonnya.

Bahu Rara di pegang seseorang membuat Rara menoleh mengira Bagas sudah kembali. Ternyata, salah.

Rara seketika berdiri dan menatap siapa yang ada di hadapannya saat ini. Bagaimana bisa?

"sampai ke ujung dunia pun lo pergi,gue bakalan tau" ucap nya dengan senyuman miring

"lo-looo? Kok?"

"iya. Gue. Ryan. Udah ikutin lo semenjak dari Bandung,Papua,jakarta,makam,dan hingga disini" tawa Ryan sinis

Rara meneguk susah salivanya,ia berjalan mundur takut

Ryan mendekat ia membisikkan sesuatu "tangisan lo di makam" Tawa Ryan sinis "mau lo nangis sama seperti itu di makam yang nisannya bertuliskan 'Raja Aldrian Hendric'"

Rara membulatkan matanya,ia salah berhadapan dengan Ryan. Sangat salah.

Ryan menarik Rara keluar dari sana,ia membawa Rara ke belakang ruko itu

Ryan mencengkram lengan Rara membuat Rara meringis sakit "sakit Ry" mata Rara sudah siap menurunkan air matanya. Namun. Tidak. Kalau ia menangis semakin membuat Ryan merasa menang. Balon yang tadi ia genggam sudah ia lepaskan dan terbang ke langit. Rara sudah tak memikirkan balonnya itu. Ia harus memikirkan gimana caranya lepas dari Ryan

"sakit lo gak sebanding sakit gue saat lihat lo berdua dengan Raja" cengkaraman itu semakin kuat

"Please Ry,lepasin gue"

"terima gue" tegas Ryan "tinggalkan Raja"

Rara sudah emosi. Ia melepas cengkraman kuat Ryan. Dengan tenaga nya,ia mendorong tubuh Ryan membuat Ryan terjatuh karena serangan secara tiba tiba dari Rara,ia tak menduga Rara kecil yang dulunya sangat lemah,kini sangat berani.

Tawa Ryan nyaring "berani lo sekarang?" Ryan masih di posisi duduk namun ia menata Rara yang berdiri di hadapannya

"KALAU MEMANG LO CINTA GUE. SEHARUSNYA LO NGEBIARIN ORANG YANG LO CINTA BAHAGIA DENGAN PILIHAN. BUKAN LO PAKSA DIA AGAR TETAP DI DEKAT LO DAN JADI MILIK LO!" teriak Rara,air matanya sudah keluar. Ia menghapusnya kasar

"anjing lo!" Ryan berdiri dan kembali mencengkram Rara dengan kuat serta mendorong tubuh Rara hingga terhempas ke tembok

Rara menutup matanya menahan sakit di punggung.

Ryan terdiam,ia dapat melihat kembali sisi lemah Rara. Ada rasa sakit di hatinya ketika melihat Rara lemah karenanya.

Dengan sigap Ryan memeluk Rara erat,ia mengusap punggung Rara yang terhempas ke tembok tadi. Rara sama sekali tak melakukan penolakan,ia malah menangis di dekapan Ryan. Dan tanpa ia sadar ia membalas pelukan Ryan,ia memeluk pinggang Ryan

"maafin aku Ra" lirih Ryan menyesal.

Rara masih di pelukannya. Rara terus menangis. Ryan pun melepas perlahan pelukannya dan mengangkat wajah Rara yang merah karena tangis yang Ryan perbuat.

Ryan mengusap air mata Rara,tak ada penolakan yang Rara lakukan. Ia seketika merasa nyaman di dekat Ryan,seperti menemui sisi Ryan kecil yang selalu melindunginya. Dulu.

"maafin Aku Ra" Ryan menyesal. Ia mengecup singkat dahi Rara. Dan kembali memeluk Rara. Sesak di dadanya ketika melihat Rara lemah dan kesakitan akibatnya.

"aku sayang sama kamu"

Raja (Comlepeted)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang