8

1.5K 207 12
                                    


Jika menyukainya adalah petaka.
Aku jelas akan menghindari itu.
Namun, apa yang membuatnya jadi petaka ?
Dia hanyalah seorang tukang servis.

Dia hanyalah seorang tukang servis ...
Dia juga tampan ...
Tidak!
Lagi-lagi di pagi yang cerah. Jennie terbangun karena sosok Taehyung hadir di mimpinya.

Sebuah ketukan pintu menyadarkan diri Jennie sepenuhnya. Dengan satu kata "masuk."
Pintu kamar gadis Kim terbuka.

"Aku buatkan sarapan."
Taehyung meletakan semangkuk sereal tanpa susu dan segelas susu di sana.

Jennie melirik Taehyung yang hampir menutup pintunya kembali dan sarapan di atas nakas bergantian.

"Ahjussi tunggu!"

"..."

"Itu, kenapa kau kasih aku sarapan?"

"Semalam aku mengganggu tidurmu. Kau mengigau."

"Aku?"
Jennie tentu saja tidak sadar.

"Ya."

"Apa kau menyervis di kamar mu lagi saat aku tidur semalam?"

Taehyung mengangguk pelan.

"Ahjussi!"

Taehyung sedikit terhentak dengan gertakan Jennie. Gadis itu sekarang maju beberapa langkah mendekat padanya. Mencoba mensejajarkan tatapan mata mereka. Sampai sampai Jennie harus berjinjit.

Kalau dilihat seperti ini bahkan matanya indah.

"Oh tidak tidak."

"Kenapa ?"

"Hanya-" Jennie menahan suaranya. Mencari alasan untuk tidak membeberkan mimpi yang baru saja membangunkan tidur paginya. "Membayangkan bagaimana jika kau bekerja di gudang malam hari dengan mata itu."

"Aku akan memulainya besok."

Jawaban itu sedikit membuat Jennie tidak enak.

"Dan juga, sepertinya aku tidak bisa membayar sewa bulan depan."

"A apa? Kenapa?"

"Aku mematahkan elektronik pelangganku seharga 25 juta won. Dan aku sudah menggantinya."

"Apa? Semahal itu?!"

Taehyung mengangguk.

"Memangnya apa yang kau perbaiki?"

"Televisi."

Jennie hampir menganga tak percaya. Untuk apa ia memperbaiki televisi.

"Itu keluaran tahun 80an. Dia membelinya di Eropa. Antik sekali."

Pantas saja. Setelah mengatakan itu, Taehyung menutup pintu kamar Jennie.
Daripada membuatnya kerja semalaman di ruangan bekas gudang yang telah dibersihkan. Sepertinya ia sedikit rela keberisikan di malam harinya sekarang.

Jennie menghembuskan napas pelan.

Masa iya, ia suka padanya?
Di saat rasa khawatir dan kasihan yang justru saat ini melanda hatinya.





***

Dibanding menelepon Jisoo atau bertemu dengannya minta saran lagi. Jennie memilih pergi sendiri jalan jalan sore di sekitar toko buku. Jika ia lelah, pilihan tepat adalah duduk manis di kedai roti dan kopi yang ada di samping toko buku ini.
Sudah lama ia tidak membaca buku atau novel. Sekitar dua minggu lagi pun, ia akan ikut pelatihan belajar untuk masuk universitas negeri.

𝙎𝙚𝙧𝙫𝙞𝙘𝙚 𝙙𝙚 𝘽𝙖𝙧 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang