21

1.2K 123 9
                                    


Jennie kecil sangat suka bermain di taman. Taman terdekat dari rumahnya adalah taman kota yang di sana berdiri satu pohon besar dengan dedaunan rindang meneduhkan.
Jennie kecil suka berlarian di taman. Mengejar burung-burung yang akan segera terbang jika Jennie mendekat.

Jennie eomma suka sekali memandangi gadis kecilnya itu. Jennie eomma tidak pernah lupa memberikan senyum kebahagiaannya. Melahirkan dan merawat seorang anak perempuan yang sempurna. Dalam artian tidak cacat fisik. Tapi, jika hal itu terjadi. Seorang ibu manapun tidak akan meninggalkan bekas luka, yang ada ibu mana pun akan tetap sayang pada anak pemberian Tuhan.
Selain itu, Jennie adalah gadis kecil periang yang gemar bermain ayunan.

"Jennie, eomma akan membeli ikan. Kau bersama Kak Taehyung ya?"

"Gak mau, nanti Jennie dijemput Kak Taehyung setelah pulang sekolah juga?"

"Iya sayang, eomma akan beli ikan. Nanti akan ada pesta penyambutan di tempat kerja eomma."

Jennie kecil memanyunkan bibirnya. Ia sebal. Namun, ketika Taehyung datang sambil membawakan tas Jennie. Jennie kembali melengkungkan bibirnya membentuk senyuman khas.

"Yeeeee! Aku diantar oppa Taehyung!"

"Oh, kau akan antar juga?"

"Tidak apa-apa, Jennie eomma. Aku kan tidak ada pekerjaan juga."

"Baiklah. Aku percayakan padamu ya."

***

Jennie tersenyum sendiri mengingat kejadian masa kecil bahwa ia tidak bisa lepas dari Taehyung. Ia selalu suka diantar maupun dijemput ahjussi itu saat TK.
Saat ini, ia berada di taman itu. Sendirian. Menunggu Taehyung yang tengah membelikannya sebuah minuman dingin. Siang itu cahaya matahari terasa menyengat. Tetapi, ia merasa bersyukur masih dapat merasakan hangatnya matahari. Jika musim dingin tiba, salju akan segera menutupi cahaya hangat yang menyoroti seluruh alam ini.

Ia menatap sepasang sepatunya. Keluaran terbaru dari Jimmy choo. Ia sebenarnya tidak ingin membuang-buang uang. Ia ingin menabung dan berjanji untuk menjelajahi dunia bersama orang yang ia suka.

"Ahjussi!"
Lambaian tangan Jennie membuat Taehyung segera menghampiri.
Taehyung menyerahkan strawberry smoothies.
"Kau harus coba ini. Lebih alami dibanding minuman berasa lainnya."

Jennie memanyunkan bibirnya.
Bilang saja tidak ingin Jennie gendut, agar ia sehat. Diminta meminum minuman buah ini. Daripada harus minum chocolate atau matcha yang telah berubah bentuk dan lebih banyak dicampur perisa.

"Kau terobsesi sekali aku jadi sehat yaaaa? Sejak kau peduli aku sering makan ramen."

Taehyung menyeruput minuman miliknya. Kemudian mengelus rambut Jennie.
"Aku ingin kau sehat. Kau harus banyak makan buah dan sayuran. Kau masih harus banyak belajar dan menghadapi beragam ujian di kampus."

Kemudian Jennie tersenyum. Taehyung peduli padanya.
"Ada kesulitan?" Tanya Taehyung.
Pertanyaan itu tentu saja mengarah pada persoalan kehidupan universitasnya.

"Aaaaaaa... Hm, ahjussi aku ingin ke Eropa kalau ujian akhir semesterku sudah berakhir. Aku ingin ke Perancis, Italy kemudian Jerman."

"Ingin ke Swiss?"
Taehyung menawarkan.
Jennie mengangguk semangat. Ia suka tawaran itu.

"Aku akan belikan tiket pulang dan pergi jika kau mendapat IP 3,5."
Kemudian Jennie terdiam sesaat.
"Haaaa. Ayolah. 3,5 itu sebenarnya tinggi untuk ukuran universitasku. 3,25 bagaimana?"

"Kalau kau belajar dan membaca banyak buku lebih giat. Kau bisa mendapat lebih dari target. Kuncinya kau tidak boleh malas. Begadang untuk hal-hal yang tidak perlu—." Taehyung terdiam. Jennie menunggu kemudian Taehyung mencubit hidung kekasihnya. "Menghabiskan banyak vodka atau bir di club misalnya."

"Aaaaa. Aku kan tetap harus mengurusi club-ku."

"Ingat awal niat mu untuk berkuliah?"

Jennie berpikir sesaat. Kemudian tangannya bergelayut manja pada sisi lengan Taehyung.
"Ahjussi ayolah 3,25 ya? Ya? Aku tahu kau tidak sekejam itu padaku."

"Tiket pulang-mu kau beli sendiri? Hmmm yang lebih buruk, kau tidur sendiri selama di hotel."

"Tidakkkk mau... ahjussi ayolah... 3,25 ya?"

Taehyung menggeleng.
Jennie masih merengek.
Dan begitulah siang yang cerah itu keduanya berdebat.




Saat ini mungkin aku bersyukur memilikimu.
Takdir mungkin membuat kita bertemu—berpisah sesaat— kemudian dipertemukan kembali.
Tapi, dengan semua itu aku jadi sadar. Hidupku tanpa mu hanyalah jalanan berkelok yang tak menemui ujung. Tanpa tujuan.
Denganmu, aku jadi tahu harus kemana aku berjalan.

Tamat.
⭐️⭐️⭐️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝙎𝙚𝙧𝙫𝙞𝙘𝙚 𝙙𝙚 𝘽𝙖𝙧 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang