Chelsea membuka mata dan menatap langit-langit apartemen untuk mengumpulkan kesadarannya. Ayah dan Ibu beserta adiknya mengatakan berangkat dari Jakarta pagi ini. Atau mungkin mereka justru sudah di perjalanan? Enggan menebak-nebak yang membuat perasaannya dihinggapi senang berlebihan, ia memilih bangkit dan segera menyiapkan diri untuk kuliah. Iya. Chelsea mengambil program musim dingin berkat nilai semesternya kemarin. Hanya ada 10 mahasiswa satu angkatan yang ada di kelas tersebut, termasuk Chelsea. Memang sedikit menyedihkan harus tetap pergi ke kampus saat semua orang justru menikmati dua bulan mereka dengan menghabiskan waktu bersama keluarga. Namun, dengan cara itulah, Chelsea percaya bahwa ia akan segera mencapai tujuannya dan menikmati masa-masa bahagianya kelak. Bukankah segala hal di mulai dari rasa sakit? Termasuk kesuksesan.
Berjalan menuju lift dengan mantel tebal dan syal di leher, Chelsea menunggu sampai di lantai utama sambil melihat ke arah ponsel. Belum ada balasan pesan dari Bagas sejak obrolan terakhir mereka dua hari lalu. Chelsea maklum. Mungkin Bagas juga tengah sibuk dengan urusannya. Namun, siklus mereka berkirim pesan atau melakukan panggilan video memang semakin jarang. Bahkan Chelsea merasa, ia menjadi sedikit lebih agresif di banding dulu. Ketika dulu Chelsea enggan mau tahu sesuatu hal soal Bagas yang tidak memiliki dampak kuat untuk hidupnya, sekarang, Chelsea merasa bahwa hal-hal kecil perihal Bagas ingin ia ketahui.
Menggeleng kecil, Chelsea berusaha mengenyahkan fikiran aneh di otaknya. Ia bergegas berjalan menuju kampus yang hanya memakan waktu kurang dari 10 menit dari apartemennya. Sepanjang perjalanan yang lebih ramai dari biasanya sebab masuk musim liburan, Chelsea melihat beberapa pasangan bercengkerama ramah sembari bergandengan hangat. Memeluk diri sendiri, Chelsea mempercepat langkah sambil memeluk diri sendiri.
Kampus sepi. Tentu saja. Hanya ada beberapa mahasiswa dari kelas khusus dan mahasiswa yang mengambil kelas musim dingin. Chelsea berjalan menuju lantai dua dan membuka pintu kelas. Namun, pandangannya di kejutkan dengan kehadiran James yang sudah duduk sembari melambai dengan senyum lebar ke arahnya.
"Bagaimana kau ada disini?!" tanya Chelsea
"Aku menemanimu. Tentu saja." jawab James
"Konyol." balas Chelsea membuat keduanya terkekeh. Ia baru tahu maksud kedatangan James di kelasnya setelah dosen pengajar masuk dan mereka berdua terlibat obrolan untuk beberapa menit sebelum keduanya bertukar amplop.
Selesai dengan urusannya, James menatap ke arah Chelsea sembari tersenyum hangat dengan tangan mengepal menunjukkan bahwa Chelsea harus semangat. Gadis itu mengangguk singkat dengan menampilkan gigi kelincinya. Menatap punggung James yang menghilang di balik pintu, sebelum fokus pada mata kuliahnya.
Menggerakan bahunya untuk peregangan setelah hampir 4 jam duduk di kelas, Chelsea terkejut bukan main begitu seseorang menepuk bahunya.
"Ya ampun, James!!" jerit Chelsea yang hanya mendapat balasan kekehan tak berdosa dari James.
"Lagipula kenapa wajahmu begitu? Padahal baru hari pertama kelas musim dingin." ujar James
"Yah... Aku hanya suntuk berada satu kelas dengan mahasiswa yang senang berdebat tanpa berdasar alasan logis." gerutu Chelsea.
"Kalau begitu, bagaimana kalau ku ajak kamu makan roti hangat dengan secangkir cokelat panas?" tawar James
"Ayo!!" jawab Chelsea tanpa menunggu dua kali.
Keduanya berjalan menuju kafe yang tidak jauh dari kampus sambil bercengkerama ringan. Mereka nampak seperti sepasang kekasih yang hangat di musim dingin. Bahkan beberapa orang melirik iri dan berbisik terang-terangan atas keduanya. Orang-orang hanya tidak tahu, bahwa dua anak manusia itu tengah menahan diri masing-masing. James menahan diri untuk tidak bersikap egois dan memaksa Chelsea balik menyukainya, sementara Chelsea menahan diri untuk tidak menangis dan berlari pulang hanya untuk bertemu Bagas.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCENE
أدب الهواةscene: kb. 1 pemandangan. 2 adegan (of a play). 3 kancah (of disturbances). 4 tempat. 5 suasana, iklim. 6 gaduh, rewel . [ketika rasa sakit di anggap lelucon oleh beberapa orang] kadang kita menganggap diri kita satu-satunya, tapi sebenarnya, bisa...