Chelsea mematut dirinya sekali lagi di depan cermin. Sebuah dress selutut berwarna biru tua dengan flat shoes dan rambut tergerai, gadis itu mengambil mantel berwarna abu-abu dan payung lipat bening sebagai jaga-jaga jika hujan. Menyambar slim bag berwarna putih miliknya, Chelsea berjalan menuruni tangga.
"Kamu mau kemana, Sayang?" tanya Mama Chelsea
"Ke rumah Bagas, Ma. Chelsea berangkat dulu, ya." ucap Chelsea menampilkan senyum di wajah dan segera keluar dari rumah miliknya. Menarik napas sejenak, Chelsea mengirim pesan kepada Ira bahwa ia tengah berangkat dari rumah.
Perjalanan menuju rumah Bagas membutuhkan waktu kurang lebih tiga puluh menit, dan Chelsea menghabiskan perjalanan dengan melihat kendaraan berlalu-lalang. Apa ini akan jadi hari terakhir?. Kemungkinan terburuk sudah Chelsea fikirkan baik-baik. Bahkan soal perasaannya sekalipun. Chelsea tahu, akan menjadi sangat menyakitkan, tapi ia lebih tahu bahwa segalanya akan semakin menyakitkan ketika ia menahannya lebih lama.
Sampai di rumah Bagas, Chelsea kembali menarik napas panjang dan melangkah masuk ke rumah bercat putih tersebut. Pemandangan pertama yang ia lihat yakni Bagas yang tengah tidur di atas paha Angel dengan mereka yang berbagi tawa sambil melihat ke arah ponsel. Pemandangan itu menyakitkan. Tentu saja. Namun Chelsea tidak mengurungkan niatnya dan justru mengetuk pintu.
"Chelsea?!" kaget Bagas begitu juga dengan Angel. Keduanya segera kembali ke tempat masing-masing.
"Hai, Gas. Hai, Angel." sapa Chelsea menahan dirinya. Ia bisa melihat Bagas panik dan Angel yang nampak merasa bersalah.
"Chelsea??" Ira keluar dari dapur dan segera menyapa gadis itu.
"Tantee" jawab Chelsea memeluk Mama Bagas. "Aku punya sesuatu buat Tante." ucap Chelsea dan mengeluarkan sebuah kotak kecil dari tas miliknya.
"Ini apa?" tanya Ira
"Buka aja, semoga Tante suka." ucap Chelsea dan Ira membuka kotak tersebut. Sebuah anting-anting berwarna putih dengan permata kecil di tengahnya. Elegan dan cantik.
"Wahh... Ini untuk Tante??" senang Ira
"Iya! Aku melihatnya dan mendadak teringat Tante. Aku berharap Tante akan menyukainya. Aku membelikan itu juga karena aku menerima hadiah pertamaku dari menulis sebuah artikel di kampus." cerita Chelsea.
"Woahhh... Selamat, Sayang... " senang Ira. "Kalau begitu, ayo makan siang. Tante sudah menyiapkan makanan untukmu. Bagas, Angel, ayo kita makan bersama." ucap Ira membuat keduanya canggung, sedang Chelsea dengan santai menuju meja makan.
"Dimana Om?" tanya Chelsea
"Dia ada lembur malam ini, jadi tinggalkan saja." ucap Ira. Mereka menikmati makanan dengan santai. Lebih tepatnya hanya Ira dan Chelsea yang merasa santai sebab Bagas dan Angel menjadi sangat canggung. Begitu menyelesaikan makanannya, Ira menepuk pelan bahu Chelsea dan meninggalkan para remaja itu.
"Oke, jadi bisa kita bicara?" tanya Chelsea.
"Kalau begitu, aku pulang dulu, Kak." ucap Angel.
"Oh, tidak! Kamu gak perlu pulang. Aku ingin bicara denganmu juga." senyum Chelsea membuat Angel urung berdiri. Chelsea melihat keduanya dan menarik napas panjang.
"Jadi kalian sudah berpacaran?" tanya Chelsea.
"Chel, dengarkan aku. Aku akan menjelaskan semuanya." ucap Bagas.
"Ya, tentu saja! Aku kemari untuk mendengar penjelasanmu." jawab Chelsea.
"Aku dan Angel tidak berpacaran." ucap Bagas dalam satubtarikan napas. "Aku hanya nyaman bersamanya." ujar Bagas.
"Sudah? Itu aja? Kamu nyaman bersama Angel dan kalian tidak berpacaran karena ada aku. Kalau seandainya aku tidak ada, maka kalian akan berpacaran, benar?" jawab Chelsea
"Bukan seperti itu, aku hanya... "
"Aku berharap begitu." potong Angel. "Aku berharap Kak Bagas dan Kak Chelsea mengakhiri hubungan kalian. Aku tahu Kak Bagas lebih nyaman bersamaku tapi tidak bisa melepas Kak Chelsea karena rasa bersalahnya." lanjut gadis itu. Chelsea mendengarkan dengan seksama dan tidak ada penolakan atau sanggahan dari Bagas.
"Begitu rupanya... Jadi, Bagas, kamu mau mengakhiri hubungan kita?" tanya Chelsea santai.
"Chel!!" jawab Bagas setengah berteriak.
"Apalagi yang mau dipertahankan dari hubungan kita? Sementara aku berjuang sendirian disana untuk mempertahankan hubungan kita, kamu justru menggugurkan kepercayaanku. Gas, aku tidak main-main soal ucapanku ketika melakukan ini untuk kita, tapi ternyata kamu bahkan main-main dengan perasaanku. Lagi." ujar Chelsea menahan tangis. "Lebih kejamnya, kamu bahkan memakai parfum yang kuberikan sebagai hadiah ketika bersama gadis ini." ucap Chelsea setengah bergetar. Air matanya jatuh.
"Chel dengarkan aku." Bagas mencoba meraih tangan Chelsea yang langsung ditepis gadis itu.
"Aku sudah mendengarmu, Bagas. Aku memberikan kesempatan untukmu berfikir tapi ternyata kamu memutuskan untuk memilih Angel. Ingat ketika kamu mengunjungiku musim semi? Kamu sudah ragu dengan hubungan kita dan kamu tidak mau mencari penyelesaian masalahnya tapi justru memilih pasrah atas semuanya." ujar Chelsea tenang.
"Angel, aku mengucapkan terima kasih karena sudah berhasil membuat Bagas tahu atas apa yang ingin ia pilih." menarik napas panjang, Chelsea kembali bersuara. "Bagas, kita putus. Terima kasih untuk dua tahun terakhir." senyum gadis itu dan beranjak dari tempat duduk, keluar dari rumah Bagas.
Chelsea menghapus cepat air matanya. Ternyata rasanya begitu menyakitkan. Rasa sakit ini terulang kembali dan rasanya lebih menyakitkan.
"Chelsea dengatkan aku." Bagas menahan lengan Chelsea.
"Aku sudah memberimu kesempatan." Chelsea menarik napas untuk menahan tangisnya semakin pecah. "Kamu menyakitiku berulang kali, Bagas. Tidak saat mempermalukanku di SMP, membuat aku kehilangan Alvin dan sekarang? Kamu berkencan dengan adik kelasmu sendiri?" ucap Chelsea di tengah air matanya. Bagas hendak menghapus air mata Chelsea yang langsung ditepis gadis itu. "Aku tidak ingin mengingat kenangan menyakitkan tentang kita. Tapi, kamu mengulanginya lagi, Gas. Jadi, kesempatan seperti apa yang harus kuberikan padamu?? Aku manusia, Bagas. Sakit hatiku ini sebisa mungkin kutahan atas nama cinta. Tapi ternyata cinta tidak cukup membuatmu berubah." Chelsea kembali menarik napas.
"Maaf, Gas. Aku capek. Kita akhir saja." ujar Chelsea hendak melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda, tapi dengan cepat Bagas memeluknya.
"Aku minta maaf. Aku mengaku salah. Aku salah. Aku tidak tahu kenapa aku tidak bisa menahan diri. Ini semua salahku. Aku mohon maafkan aku. Jangan meninggalkanku." ucap Bagas mengeraktan pelukannya.
"Lepaskan aku." ujar Chelsea
"Chel... Aku mohon... " Bagas mulai menangis.
"Lepasin gue." ujar Chelsea tajam membuat Bagas cukup terkejut karena Chelsea mengganti panggilan mereka. Melepas pelukannya, Bagas menatap mata Chelsea. Pria itu terkejut. Ia mendapati pandangan mata Chelsea berubah. Gadis itu kembali memandangnya seperti beberapa tahun lalu saat Chelsea begitu membencinya. Hal itu jelas membuat Bagas takut. Ia takut Chelsea membencinya lagi.
"Gue udah ngasih lo kesempatan, tapi lo melakukan kesalahan yang sama. Lebih parah. Dan lo gak berubah jadi lebih baik sama sekali. Apa selama ini lo menjalin hubungan sama gue karena rasa bersalah? Bagas Rahman dengerin gue. Gue. Gak. Butuh. Belas. Kasihan. Lo." Chelsea mengucapkannya sembari menunjuk wajah Bagas dan setelahnya meninggalkan pria itu yang sudah membeku di tempatnya.
Akhirnya episode ini datang. Adegan dimana Chelsea menemukan rasa sakitnya lagi. Siklus kehidupan akan selalu seperti ini. Bahagia dan menderita. Tuhan menciptakannya dengan porsi yang sama, hanya tinggal menunggu giliran masing-masing dari kita.
(.)

KAMU SEDANG MEMBACA
SCENE
Fanfictionscene: kb. 1 pemandangan. 2 adegan (of a play). 3 kancah (of disturbances). 4 tempat. 5 suasana, iklim. 6 gaduh, rewel . [ketika rasa sakit di anggap lelucon oleh beberapa orang] kadang kita menganggap diri kita satu-satunya, tapi sebenarnya, bisa...