Definisi Setia

149 15 2
                                    

Bagas tengah duduk di bangku yang terdapat di bawah pohon sambil menunggu Chelsea selesai dengan kelasnya. Ia sudah mengirim pesan pada gadis itu, jika akan datang ke kampus. Setelah melihat-lihat kondisi kampus yang menurut Bagas luar biasa, di mulai dari arsitektur, penataan, fungsi, hingga pemandangannya. Bahkan Bagas melihat perpustakaan yang memiliki ukuran sangat besar. Jika kebanyakan sekolah atau kampus memiliki perpustakaan dengan ukuran cukup, Bagas bisa melihat perpustakaan kampus tersebut dengan ukuran luar biasa. Bukunya yang super komplit, baik pengetahuan umum atau jurusan. Sampai tempat membaca yang luar biasa nyaman dengan sofa atau duduk lesehan. Bagas akan menjadi anak perpus jika mendapati sekolah atau universitas dengan perpustakaan semacam itu. Melupakan pengalamannya berkunjung ke kampus Chelsea, pria itu mengirim pesan kepada Chelsea untuk mengatakan bahwa ia sudah di tempat. Namun, belum sempat tangannya mengetik pesan, retinanya bertemu dengan sosok kekasihnya yang tengah berjalan bersama James. Mereka tampak bercanda dan tertawa bersama. Sejenak, Bagas merasa hatinya terbakar. Chelsea bisa seringan itu tertawa bersama James.

Dengan langkah cepat, Bagas akhirnya mendatangi Chelsea dan meraih pergelangan tangan gadis itu dengan sedikit kasar, mengejutkan keduanya.

"Bagas?? Kamu sudah datang?" tanya Chelsea dengan Binar di matanya.

"Kami permisi, James. Kami ingin berjalan-jalan di musim dingin yang romantis ini." senyum Bagas setengah mengejek, sedang Chelsea hanya mengikuti gerakan Bagas tanpa melawan. Begitu keduanya sudah ke luar dari arena kamous, Chelsea terkekeh kecil yang berhasil mencuri perhatian Bagas.

"Ada yang lucu?" tanya Bagas. Chelsea menggeleng, namun bibirnya tidak berhenti tertawa.

"Chelsea katakan padaku, ada yang lucu?!" gemas Bagas tapi Chelsea tidak menjawabnya. Gadis itu mengelap sudut matanya yang berair sebab tertawa.

"Aku cium kalau gak bilang!" ancam Bagas. Pria itu sudah mendekat dan memeluk gadis itu sambil berusaha menciumnya.

"Oke, oke! Aku katakan." menyerah Chelsea. Bagas akhirnya melepas pelukannya dari Chelsea.

"Kamu cemburu?" tanya Chelsea setelah mengatur napasnya.

"Tidak." jawab Bagas singkat.

"Hayo ngakuuuu" goda Chelsea. "Kalau bohong nanti dimarahin Tuhan, lho."

"Chelsea!" geram Bagas sementara Chelsea hanya terkekeh geli.

"Lucu tahu ngelihat kamu cemburu kayak tadi. Berasa lihat anak-anak yang ngambek karena tidak dibelikan es krim saat pergi ke mall." tawa Chelsea. Bagas yang melihat Chelsea tertawa ikut menarik dua sudut bibirnya. Bagaimana ia bisa mengkhianati gadis sebaik, sepolos, dan semenarik Chelsea. Terlalu jahat.

Bagas menggenggam tangan Chelsea, membuat gadis itu menatap kekasihnya.

"Terima kasih sudah bersamaku." ujar Chelsea. Gadis itu menyandarkan kepala pada bahu Bagas, lantas dengan segera tangan Bagas memeluk Chelsea.

"Kamu mau makan siang sebelum pulang?" tanya Bagas.

"Mama tidak memasak?"

"Mereka pergi mengunjungi tempat wisata." ringis Bagas.

"Tanpa aku?! Tega sekali." gerutu Chelsea.

"Kita akan menyusul setelah makan siang." jelas Bagas.

"Mengerti!" semangat Chelsea sembari menampilkan gigi kelincinya.

Keduanya tiba di sebuah restoran yang cukup ramai sebab jam makan siang tiba. Beruntungnya masih tersisa tempat duduk. Selepas memesan makanan, sembari menunggu, keduanya berbincang, membagi kegiatan sehari-hari mereka, sampai fokus mereka teralihkan oleh seorang perempuan dan lelaki yang tengah berdebat di belakang meja mereka.

SCENETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang