Bagas masuk ke dalam apartemen milik Chelsea dan gadis itu segera heboh mendapati di dalam apartemennya sudah ada Ayah, Ibu dan Adiknya.
"Mama! Papa!! Kalian di sini?! Tiba jam berapa?" tanya Chelsea memeluk satu persatu dari mereka.
"Kami datang bersama Bagas." senyum Mama Chelsea
"Kalian sangat mengejutkanku." ringis Chelsea
"Karena kamu sudah pulang, ayo kita makan malam." ucap Mama Chelsea dan mereka beranjak menuju ruang makan yang berada tepat di samping dapur.
Malam di musim dingin tersebut, mendadak menjadi malam yang begitu hangat untuk Chelsea. Jika biasanya ia akan menghabiskan malam sendirian, malam ini, apartemennya terasa penuh. Penuh yang menyenangkan. Ada kedua orang tuanya, adiknya, bahkan Bagas. Menghabiskan makan malam sambil sesekali mengobrol, makan malam yang biasanya selesai dalam setengah jam, jika Chelsea makan sendiri, menjadi satu jam lebih dengan obrolan-obrolan ringan dari mereka.
"Ci. Ini dari siapa?" Troy mengangkat sebuah kotak berwarna biru muda di atas meja kecil samping sofa yang menghadap langsung ke jalanan. Menoleh ke arah adiknya, Chelsea berjalan menghampiri saudaranya itu.
"Dari temanku. Jangan memakannya. Terdapat kacang di dalamnya. Nanti kamu alergi." ujar Chelsea mengambil alih cokelat dari tangan Troy dan membukanya. "Ini hadiah dari James, untuk liburan musim dingin." Baru saja mulutnya terbuka, sambaran tangan Bagas mengejutkannya Chelsea.
"Enak." ucap Bagas mengunyah cokelat dari tangan Chelsea tanpa rasa bersalah. Sedang Chelsea hanya menghela napas pelan dan mengambil kembali cokelat di dalam kotak tersebut. Tapi sekali lagi, Bagas merebut cokelat tersebut dari tangan Chelsea.
"Bagas!" kesal Chelsea
"Jangan memakannya. Kamu akan gemuk." ujar Bagas dengan santai dan mengambil alih cokelat dari tangan Chelsea, lantas berlalu dari hadapan gadis itu dan menghampiri orang tua Chelsea yang tengah menonton televisi.
"Dasar lelaki itu." desis Chelsea
"Kakak tidak tahu? Dia cemburu." ujar Troy santai, sambil merogoh ponsel di saku jaketnya. Chelsea yang mendengar kalimat Troy hanya membulatkan bibirnya dan berjalan menghampiri Bagas serta orang tuanya.
"Bagaimana kabar kuliahmu, Nak?" tanya Ayah Chelsea.
"Lancar dan melelahkan seperti biasa, Pa. Kelas musim dingin lebih menantang dibanding kelas biasanya. Satu kelas hanya sekitar tujuh sampai sepuluh anak saja. Jadi, jika mengantuk, sangat kelihatan." ucap Chelsea mulai membuka tutup toples di depannya lantas mengunyah keripik tersebut dengan santai.
"Bagas, ajak Chelsea ke luar menikmati salju. Anak ini pasti tidak pernah ke luar dari apartemen." Mama Chelsea bersuara.
"Ini musim dingin, Ma. Tidak menyenangkan berjalan-jalan di luar. Hanya orang gila saja yang berkeliaran di pukul ini." jawab Chelsea.
"Bagas. Seret dia ke luar."
"Oh, ayolah, Ma." tapi protes dari Chelsea diabaikan karena tangannya sudah ditarik oleh Bagas, sedang tubuhnya di dorong Ayah dan Ibunya.
Chelsea dan Bagas berakhir duduk di taman berdua. Meski Chelsea setengah kesal sebab dipaksa, sejujurnya ia merasa senang. Saking senangnya sampai Chelsea khawatir bahwa yang ia rasakan sekarang hanyalah mimpi. Setelah beberapa menit dalam keheningan, Chelsea merasa tangannya diraih oleh Bagas.
"Aku minta maaf." ucap Bagas merapatkan tubuhnya pada Chelsea.
"Maaf?" ulang Chelsea. "Apa maksudmu?" heran Chelsea.
"Aku tidak setiap hari merindukanmu." ujar Bagas menatap dalam pada mata Chelsea.
"Kau ini" kekeh Chelsea. "Hidup tidak melulu soal kita, bukan? Adalah hal wajar kalau sesekali kamu lupa akan aku karena semua kesibukanmu. Kita jarang berkirim pesan atau melakukan panggilan. Tapi, bagiku, itu semua tidak masalah, sebab aku oercaya padamu, dan kamu percaya padaku." senyum Chelsea tulus membuat Bagas mengeratkan genggaman tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCENE
Hayran Kurguscene: kb. 1 pemandangan. 2 adegan (of a play). 3 kancah (of disturbances). 4 tempat. 5 suasana, iklim. 6 gaduh, rewel . [ketika rasa sakit di anggap lelucon oleh beberapa orang] kadang kita menganggap diri kita satu-satunya, tapi sebenarnya, bisa...