Ex

172 14 12
                                    

"Jika bisa membalikkan waktu, manusia akan menjadi serakah dan tidak belajar dari rasa sakitnya."
.
.

Bagas menatap punggung Chelsea yang sudah menghilang di ujung jalan. Pria itu diam di tempat tanpa tahu harus melakukan apa. Aku mengulang kesalahan yang sama. Lebih parah. Detik selanjutnya pria itu terduduk, meremas rambutnya frustasi dan memejamkan mata kuat-kuat berharap semua yang ia lewati hari ini hanya mimpi. Berharap bahwa yang sudah ia lakukan sejauh ini hanya ilusi.

"Kak Bagas..." Bagas mendengar suara Angel di balik punggungnya, tapi tidak bereaksi apapun. Sampai ia merasakan tangan Angel memeluknya dari samping.

"Kak Bagas punya aku. Jangan takut." ucap Angel yang membuat Bagas reflek melepas remasan di rambutnya dan menatap gadis di depannya tersebut.

"Gue sebenernya ngapain sih." ujar Bagas membuat Angel menautkan dua alisnya. "Kenapa gue bisa kayak gini?" lanjut pria itu.

"Itu karena Kak Bagas sudah memilih. Kak Bagas memilih aku dan aku akan menjamin kebahagiaan buat Kak Bagas. Perasaan Kakak buat aku dan perasaanku buat Kakak adalah sama." ucap Angel menatap retina Bagas dalam. Namun hal itu membuat Bagas menyadari ternyata ia tidak berada di jalan yang tepat.

"Gue salah." ucap Bagas. Pria itu bangkit dari tempatnya diikuti Angel. "Ngel, lo bisa pulang sendiri, kan? Gue lagi gak mau diganggu." lanjut Bagas dan meninggalkan Angel tanpa menoleh lagi. Pria itu segera masuk ke kamar dan mengunci pintu, membiarkan Angel mematung di tempatnya.

"Angel, ada apa?" Ira keluar mendapati sesuatu yang salah.

"Tante... Aku... Gak tahu." jawab Angel. Nampak Ira menghela napas panjang dan memeluk bahu Angel mengajaknya duduk.

"Angel, Tante mengucapkan terima kasih karena kamu sudah dengan tulus menyukai Bagas." Ira mulai buka suara. "Tante tahu, dalam posisi ini, Bagas juga tidak sepenuhnya benar. Bahkan Tante sekalipun." lanjut Ira. "Ada batasan yang sudah kita semua langgar. Kamu jelas tahu Bagas memiliki kekasih, tapi masih menyukai dan berusaha mendapatkannya. Bagas juga tidak tegas menolak kamu dari awal, dan malah membiarkan kamu masuk ke dunianya. Dan Tante, tanpa berdaya tidak bisa mencegah kejadian ini." perempuan paruh baya itu menghentikan sejenak ucapannya.

"Kita semua sudah menjadi sangat jahat terhadap Chelsea. Gadis itu harus menanggung rasa sakit akibat keserakahan kita. Lantas setelah semua ini, apa yang bisa kita lakukan selain memperbaiki diri? Tante tidak yakin kamu mau melepas Bagas meskipun keadaannya sudah seperti sekarang. Bahkan mungkin Bagas juga tidak bisa memutuskan hubungannya denganmu begitu saja." Ira menatap Angel yang juga tengah melihat ke arahnya. "Yang bisa Tante lakukan hanya mendukung apa yang baik versi Tante agar diantara kalian tidak ada yang terluka."

"Aku sangat menyukai Kak Bagas, Tante. Aku tidak bisa melepasnya, dan tidak mau." Angel mulai menangis. Gadis itu menutup wajah dengan dua telapak tangannya.

"Angel, percayalah. Kalau bukan dengan Bagas, kamu akan mendapat yang lebih baik."

"Tidak! Tidak ada yang seperti Kak Bagas. Tidak dari beberapa tahun lalu, atau hari ini. Cuma Kak Bagas. Aku gak mau dengan yang lainnya." ujar Angel tanpa menatap Ira. Nampak Ibu tiga anak itu kembali menghela napas dan menepuk pelan bahu gadis remaja di sampingnya.

SCENETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang