Melbourne, Australia
Chelsea mematut dirinya sekali lagi pada cermin di hadapannya. Mengangguk singkat, gadis itu mengambil tas dan ponsel, lantas berjalan keluar apartemen. Hari ini di adakan pesta untuk merayakan selesainya semester. Chelsea bahkan tidak mengira, bahwa ia telah menyelesaikan satu semester ini. Meskipun begitu, tetap saja Chelsea belum bisa kembali ke Indonesia. Ia harus mengikuti jam tambahan di musim dingin nanti untuk mengejar semester selanjutnya. Target Chelsea untuk lulus cepat tidak main-main. Sejak dua bulan terakhir saja, ia sudah jarang menghubungi Bagas karena kesibukannya. Walaupun begitu, Chelsea tidak pernah lupa mengirim Bagas pesan, foto kegiatannya, atau sekadar video berisi Chelsea yang tengah menyanyi. Tersenyum, Chelsea melihat layar ponsel yang menunjukkan wajahnya dan Bagas di hari kelulusan sekolah. Dan mendadak, sekarang mereka sudah berada di dua tempat berbeda.
Sampai di tempat, Chelsea melangkah masuk dan melihat teman-temannya. Senyumnya mengembang, dan dengan segera gadis itu sudah membaur bersama yang lainnya.
"Agatha! Hei!" Chelsea menoleh dan mendapati James dengan kemeja dan jas berwarna putih.
"Hai, James. You look awesome, tonight." jujur Chelsea.
"Thank you. You look georgeus, Tha. Wanna dance, with me?" tawar James menguluskan lengannya dan di balas uluran tangan Chelsea. Keduanya menuju lantai dansa dan mulai bergerak mengikuti irama.
"Jadi, kamu tidak kembali ke Indonesia?" tanya James. Chelsea bisa mencium aroma parfum yang begitu kuat dan segar dari tubuh James.
"Lagipula Ayah dan Ibuku akan datang kemari. Tidak ada alasan untuk aku pulang." senyum Chelsea. Tidak. Ada satu alasan yang membuat Chelsea ingin benar-benar pulang. Seorang pria yang membuat jantungnya selalu berdetak lebih kencang hanya dengan mengingat namanya. Anggaplah Chelsea tidak waras, tapi begitulah yang terjadi.
"Ah... Agatha, kamu benar-benar cantik malam ini." ujar James lagi.
"Kamu sudah mengatakannya dua kali, James. Terima kasih." ucap Chelsea dan setelah beberapa menit berdansa, gadis itu pamit ke luar. Chelsea melihat suasana malam kota yang masih begitu bising dengan kendaraan berlalu-lalang. Sayangnya, di tengah keramaian itu, Chelsea merasa dirinya kesepian. Sangat tidak tertolong lagi. Menghembuskan napas panjang, gadis itu memejamkan mata, menikmati angin yang berhembus menerpa bahunya yang tidak tertutup. Beberapa detik selanjutnya, ia merasa sebuah kain menutup bahunya. Membuat Chelsea membuka mata, lantas menrmukan James yang sudah berdiri di sampingnya sembari jas pria itu tersampir di bahu Chelsea.
"Kau bisa sakit kalau seperti itu" ujarnya.
"Terima kasih, James. Kau sangat membantu banyak hal." jawab Chelsea. Keduanya terdiam. Sibuk dengan fikiran masing-masing. Siapapun yang mrlihat keduanya, pasti setuju bahwa mereka adalah pasangan terbaik. James Anderson, putra dari atasan kampus yang tampan dan cerdas serta ramah, dengan Agatha Chelsea yang cantik dan memiliki kepintaran di atas rata-rata. Bahkan orang asing setuju kalau dua anak manusia itu adalah coupleable. Sayangnya, Chelsea tidak pernah setuju dengan kualifikasi pasangan di anggap luar biasa karena sama-sama cantik dan pintar. Tidak cukup dengan itu. Sebab menjalin sebuah hubungan, tidak pernah menjadi sesederhana itu.
"Agatha..." panggil James membuat Chelsea menoleh. "Aku... Sejujurnya ingin mengatakan sesuatu kepadamu." lanjut James. Dia pasti akan mengatakan menyukaiku. Batin Chelsea, namun tetap.tersenyum dan mengangguk. Bukan Chelsea terlalu percaya diri, tapi ia sudah mendengar dialog James dengan temannya, bahwa pria itu akan menyatakan cinta kepadanya di acara ini.
"Katakan saja, James." ujar Chelsea
"Aku menyukaimu, Agatha. Sangat. Bukan hanya karema kecantikanmu, tapi juga kecerdasan dan ketulusan yang kamu punya." ucap James.
Chelsea diam untuk beberapa detik sebelum menjawab, "James, aku tidak bisa. Aku menyukaimu, tapi sebagai seorang teman. Dan hanya itu. Selain itu, aku juga sudah punya kekasih." senyum Chelsea dan fakta itu berhasil mengejutkan James.
"Tapi kau tidak pernah mengatakan apapun kalau kalau kau memiliki seorang kekasih." ujar James.
"Karena bagiku, tidak perlu ada yang tahu perihal hubungan kami. Kecuali di butuhkan." senyum Chelsea. "Aku juga tidak mau bahwa hubunganku di ketahui banyak orang. Aku tidak ingin mengganggu privasi atau membatasi hubungan pertemanannya hanya karena Hubungan kami." tutur Chelsea.
"Wah... Kamu begitu dewasa, Chel. Padahal, kalaupun kamu menerima cintaku, aku bisa menjamin kalau pacarmu tidak akan tahu hubungan kita."
"Setiap orang punya keinginan untuk bersama orang yang ia cintai atau sukai, James. Dan kadangkala, perasaan itu justru berubah menjadi nafsu yang tidak bisa dihindari. Karena kita juga tidak bisa menyangkal bajwa manusia terlahir dengan nafsu. Tapi, tinggal bagaimana kita bisa menahan dan mengendalikan diri." jawab Chelsea. "Kalau aku mau, aku bisa saja menerima kamu dan menjalin hubungan seperti yang kamu katakan tanpa ketahuan kekasihku. Tentu saja hal itu keuntungan buatku karena bisa memiliki dua pria tampan sekaligus di dua negara. Dan menjadi kebanggaan juga untukku di kampus karena bisa menjadi kekasih James Anderson. Tapi, tidak bisa. Keinginan itu harus kutekan dan kutahan baik-baik. Selain untuk mengendalikan diri, juga untuk menghindar menyakiti orang-orang di sekitarku." Chelsea menghentikan kalimatnya sejenak.
"Karena tidak bisamengendalikan nafsu diri kita, bukan hanya menyakiti diri sendiri, tapi juga orang-orang sekitar kita. Bayangkan, kalau dengan egois aku mau menerimamu. Pada akhirnya, kamu dan kekasihku akan mengetahui kebohonganku. Kalian sakit hati, dan meninggalkanku. Membuatku patah hati. Semuanya di awali karena nafsu." tutup Chelsea
"Beruntunglah kekasihmu karena memiliki kamu, Tha. Aku harap dia juga memperlakukanmu setulus ini." ucap James
"Aku harap." senyum Chelsea
"Kita masih bisa berteman, bukan?" tanya James
"Tentu saja!" jawab Chelsea
"Jadi, boleh aku memelukmu untuk memutus perasaan suka ini?" tanya James membuat Chelsea terkekeh kecil.
"Kemarilah, Pangeran." Chelsea merentangkan tangan, lantas mendapat pelukan dari James. Keduanya berpelukan, meskipun saling patah hati. Bukan hanya James yang harus menekan ego atas perasaannya, tapi juga Chelsea. Namun, keduanya juga merasa lega, sebab dapat menekan keinginan yang ada. Sebab, tidak semua hal bisa kita miliki wujudnya.
"Jadi, kamu harus melewati libur musim dingin dengan kuliah?" tanya James melepas pelukannya.
"Ya... Begitulah. Tidak ada yang mudah dalam meraih impian, bukan?" kekeh Chelsea. Keduanya tertawa, sembari berbicara banyak hal.
Sebab, ketika seseorang bisa menahan diri dan menekan egp dalam dirinya, orang tersebut justru bisa mendapat bahagia dan kelegaan setelahnya. Manusia hanya perlu banyak bersyukur dan ikhlas atas semua hal yang terjadi dalam hidupnya. Meskipun menyakitkan dan tidak adil. Karena Tuhan tahu apa yang paling baik untuk umatnya. Termasuk sebuah hubungan antara lelaki dan perempuan. Semua sudah digariskan.
_
KAMU SEDANG MEMBACA
SCENE
Fanficscene: kb. 1 pemandangan. 2 adegan (of a play). 3 kancah (of disturbances). 4 tempat. 5 suasana, iklim. 6 gaduh, rewel . [ketika rasa sakit di anggap lelucon oleh beberapa orang] kadang kita menganggap diri kita satu-satunya, tapi sebenarnya, bisa...