AKU lagi nunggu Jisung di depan gerbang sekolah karena Jeno pulang terlambat mau latihan lomba. Sebenarnya aku mau lihat dia tapi kepalaku sudah sakit dan aku mau cepat-cepat tidur.
Tiba-tiba ada motor mendekat dan ternyata itu Changbin, anak nakal yang seharusnya jadi kakak kelas tapi dia tidak naik.
"Heh, Jaemin."
"Kenapa?" Jawabku. Aku tidak tahu kenapa dia samperin aku.
"Lu berantem sama pacar gue ya?"
"Hah?"
"Orang Felix yang bilang."
"Gak tuh."
"Halah! Gak usah bohong! Semua orang juga udah tahu lu sama si Jungwoo dari awal masuk kemari juga udah jadi duo lonte. Udah deh, gak usah berantemin Felix lagi!"
"Heh! Mulut gak pernah disekolahin! Enak banget ngatain orang!" Lagian ada juga Felix yang berantemin aku.
"Alah! Dulu juga lu mau sama si Daniel terus lu tinggal! Sekarang sama Jeno! Biar apa?!"
"Gak ada urusannya sama kamu!"
Changbin tiba-tiba jambak aku sampai aku hampir jatuh kalau saja Jisung tidak segera datang menolong. Aku nangis di atas motor Jisung habis itu karena kepalaku amat pusing.
Kasihan Felix. Dia jadi jahat karena terpengaruh pacarnya. Gangster. Aku tidak suka sama Changbin pokoknya!
🐈🐈🐈
Besoknya aku dengar Jeno masuk ruang BK gara-gara berantem sama Changbin. Bukannya merasa tersanjung karena dia belain aku tapi aku malah jengkel setengah mati ke dia.
Kalian harus ngerti posisi aku saat itu. Kita sudah kelas 12 dan kelakuan Jeno tidak berubah. Dia masih suka merokok di lingkungan sekolah, membangkang, berantem dan itu bisa bikin dia tidak lulus. Aku sudah kasih tahu dia tapi dia nurutnya di depan aku doang. Aku merasa kalau kata-kata orang yang ngatain aku sebagai benalunya Jeno itu benar. Aku bikin susah Jeno dan tidak bisa kasih dia yang terbaik.
"Jeno, maaf kita jadi teman aja." Akhirnya kata yang selama ini aku tahan keluar dari mulutku setelah aku marah-marah ke Jeno.
"Ya udah."
"Ya udah apa?"
"Ya udah jangan putus."
Aku mengusap wajah frustrasi, "Aku bosen." Aku bilang begitu supaya dia marah sama aku. Belajar dari pengalaman. Dulu aku gitu ke Kak Daniel terus dia langsung marah.
"Lihat-lihat yang lain dulu deh. Kalo udah gak bosen baru balik."
"Kalau gak mau balik?"
"Ya... yang penting kamu bahagia."
"Aku sayang kamu." Aku kelepasan bilang begitu dan langsung aku ralat, "Sebagai teman."
"Iya, Jaemin."
Dan aku langsung jadi seperti orang bodoh karena menangis seharian padahal aku yang mutusin Jeno. Habisnya gimana lagi. Kalian harus tahu kalau dikata-katain sama orang sementara diri sendiri lagi sakit tuh rasanya tidak enak. Aku memang tidak tahu diri tapi inilah caraku untuk melindungi diri.
🐈🐈🐈
Walaupun sudah putus tapi aku masih datang ke lombanya Jeno. Dia lomba MC. Dan aku bangga pas jurinya ketawa semua setiap Jeno bicara. Itu Jenonya aku loh!
Dia menang juara 2 dan aku dengan segala keberanian masukkin foto dia yang paling bagus ke story Instagram.
Aku tambahin tulisan Heh anak nakal! Selamat yaaaaaaa!
Dia jawab, "Selamat ulang tahun?"
"Selamat siang! Haha."
"Selamat siang juga jaemin :)"
Aku senyum-senyum sendiri tapi sambil nangis. Kuusap wajahku kasar. Berandal tidak boleh nangis!
🐈🐈🐈
Pulangnya aku naik ojek karena Jisung tidak jemput. Coba kalau masih ada Jeno, pasti aku diantar pulang sama dia dan tidak mungkin ngalamin hal yang aneh-aneh.
Supir ojek aku waktu itu namanya Jongin. Awalnya dia nanya-nanya tentang aku terus gombal-gombal tidak jelas. Huuuu masih bagus juga gombalannya Jeno!
Aku mau cepat-cepat sampai rumah. Risih tahu. Apalagi pas dia mau ambil kesempatan supaya bisa pegang tangan aku.
Ih jijik pokoknya!
Tanganku sengaja aku taruh di kantong. Jangan sampai kepegang dia pokoknya! Tapi dia malah ngarahin tangannya ke perut aku. Baju seragam yang keluar-keluar ditambah dengan celana yang kebesaran bikin dia dengan mudahnya masukkin tangan. Aku tersentak dan langsung dorong dia. Itu sedang di lampu merah yang lumayan sepi. Aku pukul kepala dia pakai helm yang daritadi aku pegang dan tidak aku pakai. Dia malah kayak dendam. Tas aku ditarik pas mau lari.
Dan coba tebak, Jeno muncul tidak kira-kira?
Dia muncul! Ternyata dia ngikutin aku daritadi. Jadi teringat kata-kata dia waktu aku bilang dulu pernah sama Kak Daniel.
"Kamu cemburu?"
"Aku mah terserah kamu mau sama siapa, yang penting aku ikut."
Udah ah. Lanjut ke cerita. Nanti aku semakin rindu ke dia.
"Ngapain sih?" Kata dia ke tukang ojeknya.
"Ini orang cakep bener lagian." Kata si supir sambil nunjuk aku.
"Dianya mau gak? Kalau dia gak mau gak usah maksa."
Iya, betul. Jeno aja gak pernah maksa aku balikan pas aku bilang aku udah gak mau ke dia. Batinku.
Habis itu aku diantar ke rumah sama Jeno. Suasananya canggung. Biasanya aku peluk dia kalau naik motor berdua tapi kali ini aku cuma duduk dan melamun. Jeno juga tidak mau banyak bicara.
"Jangan sakit." Kata Jeno saat aku hendak masuk ke dalam rumah.
"Iya, Jeno." Jawabku.
Di kamar aku langsung buka buku khusus yang aku sebut sebagai "buku Jeno". Isinya semua kata-kata dia yang aku suka dan ada juga botol kecil yang aku simpan guna menyimpan kuman pemberian dia waktu di gunung walaupun belum tentu kuman itu ada. Biariiiiiin, aku mau simpan.
Kuambil bolpoin dan mulai menuliskan surat buat Jeno. Tapi aku tidak bakal kasih ke dia!
Senang bisa mengenal dirimu. Jeno yang beda dari orang lain. Jeno yang selalu tabah. Kamu bikin aku merasa dihargai, bisa tersenyum setiap hari, jagain aku dan tentunya dengan cara yang beda dari orang lain. Aku rindu kamu Jenoooooo. Tapi aku gak mau ngaku ke kamu!
🐈🐈🐈
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] jeno 2016 | nomin
Fanfictionーᴛᴀʜᴜɴ 2016, na jaemin sang berandal paling manis sedunia jatuh dalam pesona lelaki yang akan menaikkan level rokoknya dari sampoerna ke marlboro saat sudah menginjak usia tujuh belas. [beberapa chapter akhir diunpublish demi kepentingan penjualan b...