25. You in My Heart

12.6K 1.9K 536
                                    

AKU habis nyuci baju dan langsung ke kamar. Cobra ngikutin dan aku langsung bawa dia ke kamar. Tadi aku tanya ke Hyunjin tentang keadaan Jeno dan si bibir itu menjawab tanpa rasa bersalah.

"Gak tahu. Mati kali." Gitu katanya. Tidak tahu saja kalau dia bikin aku panik dan sedih.

Kuletakkan kepala di meja belajar. Buku Jeno ada di sana. Belum kuletakkan di lemari karena kemarin aku baru nulis hal-hal tidak jelas di buku itu.

Dulu Jeno pernah bilang ke aku kalau dia sebelum tidur selalu nyebut nama aku 3 kali.

"Biar apaaaa?" Tanyaku sambil memeluknya. Angin meniup rambut kami hingga berantakan seiring berjalannya motor.

"Biar kamu muncul nanti di mimpi aku."

"Heh! Emangnya aku jin gentong!"

"Iya. Jin sekarang mah geulis-geulis."

Aku senyum, "Makasih kata jinnya."

"Sama-sama kata Jeno."

Hyunjin tidak juga mengangkat telepon dariku setelah itu dan tidak ada kejelasan gimana nasib Jeno selanjutnya.

Gimana kalau Jeno beneran...

Aku mengusap wajahku kasar dan berjalan menuju pintu saat terdengar bunyi bel. Semoga itu Jeno. Semoga dia tidak apa-apa.

"Kak Jaemin!"

"Eh, Chenle? Cari Jisung?" Ternyata dugaanku salah.

"Iya. Mau balikin jaketnya nih ketinggalan."

"Di atas Jisungnya."

"Okeeee." Chenle nyengir. Aku usap rambutnya dan kembali ke kamar setelah Chenle naik tangga.

Bisa-bisanya Jeno punya sepupu seimut itu. Aku kadang mau jadi Chenle yang imut, polos, dan tidak suka ngekang. Sedangkan aku di sini bagai orang paling menyedihkan sedunia.

"Pemilu dan kamu bedanya apa?" Tanya Jeno saat kami menonton pertunjukan teater politik di pusat kesenian.

"Apa?"

"Pemilu untuk memilih presiden, kamu untuk aku."

"Hahahaha! Gak nyambung!" Aku acak-acak rambut Jeno.

"Nyambung tahu."

Dulu Jeno juga selalu jemput aku setiap Sabtu pagi buat sarapan. Jeno tidak pernah mengajakku makan di tempat yang sama dan itu bagus karena dengannya aku pernah merasakan makan di restoran mahal sampai tenda pinggir jalan.

"Hari ini mau menu keren gak?"

"Apa?"

"Beef steak."

"Biasa aja tau." Aku ketawa.

"Ini mah makan steaknya pake tangan. Terus makannya sama nasi uduk."

"Hahaha! Di mana?"

"Di rumah aku."

"Aneh tapi nyataaaaa!"

[✓] jeno 2016 | nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang