♪Goo Goo Dolls — Iris (I Just Want You To Know Who I Am)
MALAM itu Jaemin tidur lebih awal karena rasa sakit yang menyerang kepalanya. Ia terbangun saat Jisung mengguncang tubuhnya pelan. Adiknya itu masih membawa kunci motor serta bungkus nasi goreng di tangannya dan dengan wajah panik ia mencoba berbicara pada Jaemin.
"Kak, geng rebel tawuran."
"Hah?!" Jaemin langsung mendudukkan diri di atas kasurnya, "Di mana? Kakak ke sana."
Jisung menahan tangan kakaknya saat lelaki manis itu bangkit dari tempat tidurnya dan hendak berjalan keluar kamar. Hal itu menyebabkan kepala Jaemin semakin sakit karena tubuhnya masih belum siap untuk bangun. Ia memegangi bagian belakang kepalanya sambil meringis pelan.
"Kakak sakit. Gak boleh ke mana-mana."
"Terus Jenonya gimana?!" Erang Jaemin frustrasi.
"Tadi dedek udah minta bantuan kok. Cuma sobek dikit bibir si Jeno. Santai aja. Ada yang kepalanya bocor kena linggis."
Jaemin pusing. Tubuhnya hampir merosot ke bawah jika Jisung tidak segera menahannya.
"Sok jagoan itu anak." Setetes air mata jatuh dari manik indah Jaemin tetapi ia segera mengusapnya kasar. Jaemin kira Jeno sudah berubah saat dia ikut kegiatan bakti sosial. Ternyata sama saja. Dan itu sukses membuat Jaemin kecewa pada Jeno.
"Sama siapa tawurannya? Biar kakak habisin nanti orangnya."
Atuh iya, bor. Kakak saya mah cungkring-cungkring jago berantem. —Jisung
"Gak tahu. Gak lihat." Jisung terpaksa berbohong karena ia tidak bisa membayangkan jika kakaknya itu menghajar orang. Dulu ada seorang anak lelaki bertubuh kekar namanya Kang Daniel dipukul Jaemin dengan balok kayu. Ada juga Hyunbin yang ditendang asetnya sampai pingsan karena Jaemin hampir terlecehkan olehnya dan Felix yang tidak masuk sekolah 3 hari karena terdapat luka melintang di wajahnya. Dicakar Jaemin. Salah sendiri ia mengejek salah satu teman Jaemin yang bernama Jungwoo.
"Mending kakak makan."
"Gak mau."
"Ayah! Kakak gak mau makan!"
Jaemin mendelik sebal. Baru saja mulutnya hendak mengocehi Jisung tetapi ia memilih bungkam saat melihat ayahnya yang sudah berdiri di depan pintu kamar.
"Makan dong, kak. Nanti sakit."
"Ya emang kakak udah sakit!" Ujar Jaemin sambil menidurkan diri di tempat tidurnya dan menarik selimut sampai menutupi kepala.
Ayahnya tersenyum miris. Coba saja jika ibu mereka masih ada.
"Sudahlah, Yah. Kakak lagi gak bahagia." Bisik Jisung sambil mengelus bahu ayahnya. Kedua lelaki yang tingginya hampir sama itu memilih untuk keluar dari kamar dan membiarkan Na Jaemin menghabiskan waktu sendiri dulu.
👁️👁️👁️
"Kakak galauin cowok."
Kata-kata Jisung terus terngiang di telinga Siwon bersamaan dengan detik jam yang sudah menunjukkan pukul 1 malam. Percakapan mereka di ruang keluarga tadi membuat Siwon kepikiran.
"Sejujurnya ayah senang jika kakak jatuh cinta. Dia jadi lebih bahagia. Tapi kalau cinta hanya membuatnya sedih seperti ini mending tidak usah."
"Gak gitu juga, Yah. Kak Nana akhir-akhir ini dibuat senang sama cowok itu. Dia cerita ke aku sambil senyum-senyum kayak orang gila. Ayah harus ketemu sama Jeno."
"Namanya Jeno?"
"Iya."
Siwon bangkit dari tempat tidurnya, berencana mengecek anak-anaknya. Jisung masih bangun dan sedang bermain game.
"Tidur, dek."
"Iyaa. Bentar lagi."
Duda 2 anak itu beralih ke kamar anak sulungnya. Mencium kening anak manisnya dan berbicara dengan suara pelan, "Kamu boleh sama Jeno tapi harus senang terus."
👁️👁️👁️
Keesokan harinya Jeno datang terlambat. Untungnya ia masih diperbolehkan masuk oleh guru piket. Tetapi Jaemin tidak. Ia terlambat 15 menit dan berakhir dengan dirinya yang dihukum menyapu lapangan dan membersihkan semua tempat sampah dari lantai 1 sampai 3 karena catatan terlambatnya sudah memecahkan rekor.
Lima puluh dua kali dalam satu semester.
"Na." Panggil Jeno saat Jaemin sedang menjalankan tugasnya di lantai 3 di mana kelas mereka berada.
"Gak mau." Ketus Jaemin sambil turun ke lantai bawah meninggalkan Jeno yang kebingungan.
"Kamu marah? Aku minta maaf yang setulus-tulusnya." Jeno mengejar Jaemin.
"Balik ke kelas! Gak usah ikut-ikut!"
"Gak, Nana."
"Balik!"
"Gak mau."
"Balik, brengsek!"
Jeno menatap Jaemin. Ia tidak suka melihat Jaemin marah.
"Iya."
Jaemin tidak peduli lagi. Ia langsung menuruni tangga ke bawah tanpa melihat ke arah Jeno yang masih menunggunya sampai hilang dibalik tangga. Jeno khawatir saat melihat Jaemin yang memegangi bagian belakang kepalanya. Ia ingin bertanya namun di saat yang bersamaan tidak ingin membuat Jaemin semakin marah. Akhirnya Jeno mencegat seorang anak perempuan dan meminta tolong padanya.
"Chaeyoung, tolong tanyain Na Jaemin dia kenapa."
"Gak mau ah. Galak."
Jeno mengerang frustrasi, "Na Jaemin tuh gak segalak yang kalian kira tahu."
"Paling Jaemin cuma pusing karena hukumannya." Chaeyoung mengendikkan bahu.
"Iya kali ya. Makasih dah." Jeno berjalan menuju kelasnya. Rasanya ia ingin membantu Jaemin tetapi nanti malah semakin kacau keadaannya.
Lelaki tampan itu baru saja meletakkan kepalanya di atas meja saat teriakan Guanlin menyadarkannya.
"Bray! Jaemin pingsan!"
"Serius, bangsat?!"
"Gak percaya mah lihat saja sana."
Tanpa pikir panjang Jeno langsung berlari dari ujung timur lantai 3 tempat kelasnya berada menuju ujung barat lantai 1 di mana Jaemin pingsan.
Dan itu pertama kalinya Jeno melihat Na Jaemin yang begitu lemah dengan darah mengucur dari hidungnya.
👁️👁️👁️
Ada keinginan untuk triple update.
🦄nanapoo
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] jeno 2016 | nomin
Fiksi Penggemarーᴛᴀʜᴜɴ 2016, na jaemin sang berandal paling manis sedunia jatuh dalam pesona lelaki yang akan menaikkan level rokoknya dari sampoerna ke marlboro saat sudah menginjak usia tujuh belas. [beberapa chapter akhir diunpublish demi kepentingan penjualan b...