Shelina 1.1

11K 301 4
                                    

Siang itu Shelina Agassi atau biasa dipanggil Shena tidak langsung pulang ke rumah, ia berniat mengunjungi kantor ayahnya untuk mengantarkan beberapa berkas yang dititipkan oleh ibunya sebelum berangkat ke kampus tadi pagi. Ia berlari kecil menuju ke tempat parkir setelah sebelumnya berpamitan pada 4 sahabatnya : Mona,Ema,Raya dan Fina yang masih berada di perpustakaan kampus. Sesampainya di tempat parkir segeralah ia mencari kunci yang tadi ia selipkan di saku celana sebelah kiri, dimasukannya kunci tersebut ke lubang kunci motor. Tak lupa sebelum berangkat ia mengecek keadaan berkas yang ia masukan kedalam tas ranselnya yang berwarna turquoise. Setelah memastikan berkas tersebut aman diantara himpitan buku paket dan laptop, ia segera mengenakan helm bogo berwarna coklat tua dan pergi berlalu meninggalkan tempat parkir menuju ke kantor ayahnya.

Perjalanan menuju kantor ayahnya memakan waktu sekitar 25 menit, sesampainya di persimpangan jalan Shena menyetel lampu sen kanan dan berhenti tidak jauh dari gerbang masuk kantor ayahnya. Setelah jalan dirasa aman untuk menyebrang, dengan hati-hati Shena mengarahkan motornya untuk masuk ke gerbang depan kantor. Ia berhenti di pos pemeriksaan, ia segera membuka kaca helmnya yang berwarna gelap dan membuka retsliting jaketnya untuk menunjukannya pada penjaga yang ada di pos penjagaan. Setelah lulus pemeriksaan ia segera masuk kearea yang lebih dalam dan memarkirkan motornya di area parkir dekat masjid. Jika kalian bertanya mengapa ia harus diperiksa sebelum masuk kantor ayahnya hal itu karena ayah Shena adalah seorang polisi berpangkat Aipda, seperti yang kita ketahui bahwa markas polisi beberapa saat yang lalu menerima penyerangan dari pihak yang tidak bertanggung jawab. Untuk itu, pemeriksaan sebelum memasuki markas polisi wajib dilakukan untuk mencegah hal yang sama terulang kembali. Setelah melepas helm dan sarung tangan, Shena segera mengeluarkan Hp dari saku dalam jaket. Ia segera menghubungi sang ayah untuk memberikan berkas tersebut.

"yah, aku uda sampe di tempat parkir deket masjid yaa"

tangannya memencet tombol kirim dan tak lama pesan tersebut dibaca oleh ayahnya dibarengi dengan jawaban

"oke ayah kesana"

Tak lama kemudian seorang pria berbadan tambun berpakaian dinas dengan kedua lengan bajunya digulung beberapa tekuk datang dengan sebuah botol minuman di tangan kanannya.

"maaf ya Shen jadi harus jauh-jauh kesini" ucapnya sambil tersenyum sembari menyerahkan botol minuman dingin pada Shena

"gapapa yah, lagi pula kan ga ganggu jadwal kuliah hehe" Shena segera menyerahkan berkas yang sudah ia siapkan

"habis ini mau kemana Shen" ucap ayah Shena sembari mengecek berkas di dalam map cokelat itu

"emm pulang mungkin? tapi, Shena belum salat yah jadi abis ini mau shalat dulu" ucap Shena sembari memutar tutup minuman

"yaudah Shalat di dalem kantor ayah aja ada mukena kok"

"endak ah, aku mo shalat di masjid aja hehe"

Setelah sang ayah memberikan izin, Shena segera berpamitan pada sang ayah. Dengan minuman yang masih ada di tangan kirinya Shena melangkahkan kaki menuju kearah masjid yang berada tepat di delakang tempat parkir. Ia segera menuju ke tempat wudhu dan meletakan minuman serta tas tak jauh dari pandangan matanya. Selepas wudhu ia segera memasuki masjid yang memiliki interior bangunan bernuansa kayu, tangannya meletakan tas di sampingnya dan langsung bersebelahan dengan tembok masjid, matanya sibuk mencari dimana tempat mukena berada. Setelah menemukan lemari kayu tempat menyimpan mukena diambilah sepasang mukena berwarna kuning dengan hiasan bunga di bagian bawah. Setelah selesai memasang mukena Shena melihat sekeliling masjid yang sangat sepi saat itu, ya jam menunjukan pukul 13.38 dimana waktu shalat dzuhur sudah lama berlalu.

"ga ada imam nih, shalat sendiri deh" ucapnya

Sudah siap dengan posisinya dan akan mengucapkan niat, bibir Shena mengatup saat mendengar suara seorang pria di belakangnya.

"A‌llahummaf-tahlii abwaaba rahmatika"

Shena sontak menolehkan pandangannya ke sumber suara, matanya tertuju pada satu dari 2 orang pria tinggi semampai berbahu lebar yang menggunakan kaos berkerah ketat berwarna merah marun dengan celana kain warna krem yang sudah di tekuk diatas mata kaki. Tak sengaja Shena melakukan kontak mata dengan 2 pria itu, Shena tidak mengedipkan matanya sama sekali. Beberapa detik kemudian ia menyadarkan diri dari lamunannya, ia mengarahkan badannya condong kearah pria itu.

"baru mau mulai dek?" tanya salah satu diantara mereka, pria yang sedang mengusap air yang menetes di pelipis keningnya itu menatap wajah Shena lurus.

Shena masih terdiam bahkan saat mendengar pertanyaan pria itu. Kedua bola matanya sibuk menelusuri badan pria itu dari bawah sampai keatas. Lengan baju polo yang terlihat membentuk otot di bagian lengan serta suara beratnya yang terdengar sangat merdu untuk Shena, ya cukup merdu untuk membuat Shena yang sampai sekarang masih menatap pria tanpa menggerakan badannya sedikitpun. Lamunannya tersadar setelah menyadari pria itu menunjukan lengkungan senyum di bibir merahnya.

"ehh.. iya baru mau mulai" ucap Shena sambil mengangguk kecil

"kalo gitu jamaah aja. Sam, gua aja yang jadi imam" pria itu berujar pada seorang kawannya yang otomatis mengiyakan ucapan itu.

Dimulai: 4 Maret 2019

Asalamualaikum, hay readers salam kenal aku ucapkan. "Dilema" adalah karya tulis pertamaku. Karena bukan orang yang sudah profesional dan mahir dalam bidang karya tulis, aku harap kalian semua dapat memaklumi dan tetap memberikan dukungan agar cerita ini dapat terus berlanjut. Terimakasih  ^^/

DilemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang