Hari H 1.1

2K 79 1
                                    

Shelina membuka penutup mata unicorn yang  menemani tidurnya begitu mendengar suara alarm berdering nyaring. Ia menekan tombol off dan segera bangun dari tempat tidur. Jam menunjukan pukul 02.55, Shena berniat melakukan shalat tahajud 2 rakaat.

"Assalamualaikumwarrahmatullah" Shena mengucap hamdalah setelahnya. Kedua tangannya menengadah ke atas memanjatkan doa, memohon kelancaran dan diberikan kekuatan baik lahir maupun bathin untuk aktifitasnya hari ini. Ia meminta petunjuk pada sang maha kuasa, petunjuk yang menuntunya untuk dapat melewati jalan yang benar dan dimantapkan hatinya pada pria pilihan kedua orang tuanya itu.

Setelah selesai memanjatkan doa, ia kembali untuk tidur, sebelumnya ia menyetel alarm pada jam 05.00 karena Shena masih sulit bangun pagi tanpa alarm. Matanya memandangi langit-langit kamar, sesekali berkedip dan membolak balikkan posisi tidur untuk mencari posisi yang nyaman. Ia menyerah, akhirnya gadis itu hanya melentangkan badan dengan kedua tangan yang memegang ujung selimut. Ia melamun, merasakan jantungnya bahkan sudah berdetak dengan cepat malam ini. Ia tahu belum waktunya untuk merasakan gugup, masih ada waktu lebih dari 15 jam dari sekarang tapi ia tidak bisa mengelak. Ada perasaan cemas bercampur grogi dibandingkan rasa suka cita.

Kringgg

Shena menekan tombol off kembali, kali ini dengan mata merah karena ia tidak bisa kembali tidur sama sekali. Ia melangkahkan kaki gontai menuju kamar mandi dan mengambil air wudhu lalu menunaikan ibadah shalat subuh dikamar. Setelahnya ia pergi ke ruang makan, dilihatnya Youra sedang menyiapkan perlengkapan dinas suaminya. Ia memutuskan duduk dengan kedua kaki yang dihimpitkan satu sama lain diatas kursi, ia menempelkan kepalanya di atas lutut.

"tidur lagi gapapa kak, nanti ibu bangunin".

"aku gabisa bobok" ucapnya kesal.

Youra terkekeh kecil melihat putrinya itu. rambutnya acak-acakan dengan wajah yang terlihat lelah. Ia membuatkan susu hangat untuk Shena dan menggorengkan sebuah telur mata sapi dan 3 buah nugget ayam di samping nasi putih di atas sebuah piring berwarna biru muda. Shena akhirnya melahap sarapan paginya yang masih terlalu pagi mengingat ia tidak ada jadwal kuliah hari ini. Agung keluar dari kamar dan bergegas menyantap sarapannya.

"kamu gugup Shen?" Tanya sang ayah.

Shena meneguk tegukan terakhir susu di dalam gelasnya yang menjadi penutup sarapan paginya hari ini. Ia menatap ayahnya dengan mata menyipit disertai sebuah anggukan keras sebelum berlalu kembali ke dalam kamar.

"ayah nanti diusahakan jam 4 sudah pulang ya, biar kita persiapannya nggak keburu-buru" pesan Youra pada sang suami yang disertai anggukan dari Agung.

Di dalam kamar Shena kembali ke atas ranjangnya dengan selimut yang sedari tadi masih dalam posisi yang sama. Ia menyembunyikan seluruh badannya di dalam selimut, karena perut yang sudah kenyang membuat kedua kelopak matanya ia rasakan semakin berat dan akhirnya membuat gadis itu bisa memejamkan kedua matanya dan tertidur dengan pulas.

Jam menunjukan pukul 13.00 saat seorang tamu menekan bel, Mae segera berlari ke depan untuk membukakan pintu. Seorang wanita muda dengan sebuah paper bag di tangan kanannya menyapa mae dengan ramah.

"mbak pina, masuk mbak".

Mae mempersilahkan Fina untuk masuk, ia segera melepas helm dan meletakannya di pojok ruang tamu, setelahnya ia menanyakan keberadaan Shena yang diketahui masih tertidur di dalam kamar. Fina segera melangkahkan kaki bergegas menuju kamar sahabatnya itu, diketuknya pintu tapi tidak ada respon Shena. Setelah menunggu beberapa saat akhirnya Fina memutuskan untuk masuk kedalam kamar secara paksa. Diraihnya gagang pintu dan mengarahkan badannya untuk masuk menemui Shena.

Begitu pintu dibuka, gorden kamar masih dalam keadaan tertutup dan lampu tidur masih dinyalakan. Fina menghembuskan nafasnya panjang melihat posisi tidur Shena yang seperti kuda lumping. Posisi kepalanya sekarang berubah 160 derajat dari posisi seharusnya. Fina bertindak cepat, dibukanya gorden kamar yang mempersilahkan cahaya matahari untuk masuk, digoyangkan badan Shena dan membuat wanita itu segera membuka kedua matanya.

"kok lu disini" Tanya Shena dengan suara yang masih bindeng, dengan mata yang belum terbuka sepenuhnya.

"kudunya gua yang bilang gitu, kok lo masih disini?" jawab Fina ketus.

"aku kan uda bilang di grup acaranya abis isya, masih lama cong" Shena mengambil sudut selimut yang ia tarik menutupi kepalanya. pergerakannya itu langsung dihentikan oleh Fina.

"sekarang uda jam 1 siang woy, dan lu belum nyiapin apa-apa kan? Ayo buruan bangun dzuhuran abis itu kita nyiapin baju yang mau lo pake nanti" Fina menarik kedua tangan Shena hingga membuatnya terduduk diatas kasur.

"aduh parah sih, ini waktu hibernasi yang disalah gunakan" Shena merengek seperti anak kecil, menjejak-jejakan kaki di dalam selimut.

"yaelah macem mana anak kecil kaya lo bakal dijodoin kaya begini yak.. gua sebage seksi persiapan acara kudu berhasil mempersiapkan Shena yang spesial untuk hari spesial" Fina kembali menarik kedua tangan Shena, saat ini mereka berdiri berhadap-hadapan di samping ranjang. Fina menata rambut Shena yang acak-acakan, ia mengelus kedua pipi sahabatnya itu. setelah Shena sudah mendapatkan jiwanya kembali ia pergi ke kamar mandi untuk wudhu dan menunaikan shalat dzuhur.

Shena menghampiri Fina setelah sebelumnya pergi ke dapur untuk minum segelas penuh air putih dari dalam kulkas. Dilihatnya sahabatnya itu sedang menjodohkan beberapa baju dengan beraneka warna bawahan. Shena menggelengkan kepala dan mendudukan badannya di atas kursi.

"enaknya pake celana apa rok yak?" Tanya Fina yang masih fokus dengan sebuah celana kain berwarna choco dan rok tutu berwarna beige di tangan kanannya.

"ini aja deh, lagi hitzz manis juga di pake malem-malem" Fina menjatuhkan pilihan pada rok tutu dengan warna beige itu. ia menggantungkannya di gagang pintu.

Sekarang ia mengambil 2 buah atasan, satu atasan blouse lengan terompet dengan motif floral dan sebuah kemeja hidden button down berbahan satin berwarna putih polos. Ia memperhatikan dengan teliti kedua atasan itu, matanya memincing menelusuri setiap lekukan dan jahitan kedua baju yang ada di depannya.

"pilih yang mana cong?" Fina menghadap Shena setelah kebingungan sendiri memilih kedua atasan itu. Shena menunjuk kemeja putih polos di tangan kanan.

"yakin lo mau pake yang ini?".

"yang kanan pasti baik" ucap Shena sambil menunjukan senyumnya.

Fina mengangguk setuju, sekarang ia membuka sebuah almari tempat menyimpan kerudung. Ia mengambil sebuah kerdung segi empat glamour polos berwarna senada dengan rok tutu yang ia pilih tadi. Setelahnya ia mengambil atasan, dan rok yang ia berikan pada mae untuk disetrika kembali.

Fina kembali ke dalam kamar sembari membawa paper bag yang ia tadi tinggalkan di ruang tamu. Ia mengeluarkan sebuah sepatu model kitten heel yang memiliki warna kulit.

"coba deh, soalnya ini satu ukuran sama elu" ucap Fina.

Shena mengambil sepatu yang sangat manis dilihat itu, ia memasangkannya pada kaki sebelah kanan. "bagus banget Fin, bisa pas gini yaa" seru Shena, ia juga segera memasang sepatu sebelah kirinya.

"gua seneng lo suka nyet" Fina tersenyum ceria sambil melihat wajah Shena.

"tapi ini punya siapa? Kakak lo pasti" duga Shena.

"itu dari kita buat hari spesial lo" ucap Fina.

"maksudnya?" Shena menengok pada Fina.

"ini hadiah dari gua, Ema, Mona sama Raya. Kita sampe antri buat beliin ini dari tokonya belum buka soalnya ini best seller, takut kehabisan deh kita. Sebenernya gua mau ngomong kalo kita beliin sepatu buat elo dari kemaren, tapi gua putusin sekalian aja gua kesini dan ngasih langsung ke elo" jelas Fina.

Shena pun memeluk Fina erat, ia tak menyangka akan mendapatkan begitu banyak perhatian dari ke empat sahabatnya itu. Shena memotret dirinya dengan sepatu pemberian ke empat sahabatnya dan mengucapkan terima kasih lewat grup yang dijawab dengan ucapan semangat untuk menghadapi pertemuan 2 keluarga yang akan berlangsung beberapa jam dari sekarang.


dag dig dug der XD

DilemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang