Bhanu 4.1

2.3K 86 0
                                    

"Bhanu apa kabar?" wanita itu tersenyum manis mengarahkan pertanyaanya sambil menatap Bhanu

Bhanu menatap wanita itu, kedua mata yang menatapnya dengan teduh. Sepasang bola mata berwarna cokelat muda seperti warna softlens itu sangat Bhanu rindukan selama ini. Lebih tepatnya setelah ia memutuskan untuk menjauhinya. Cindai Rosalina adalah wanita yang saat ini berada di depan 5 pejantan itu. ia menurunkan nampan dan menata minuman diatas sebuah meja di samping pintu. Setelahnya ia duduk diatas kursi gaming yang berada tepat di samping Bhanu.

Akmal menyadarkan lamunannya, "wahaa.. kayanya kita kudu keluar dari sini nih bro"

Ia susah payah segera menarik tangan ke 3 temannya menggunakan kedua tangannya untuk keluar dari ruangan itu. suara pintu ditutup menyisakan Bhanu dan Cindai yang masih dalam posisi masing-masing. 5 menit 10 menit berlalu, tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut masing-masing. Bhanu juga hanya diam saja menyandarkan badannya di tembok sembari duduk bersila dengan kedua tangan menyilang diatas pergelangan kaki.

Cindai berdiri dari duduknya, melangkahkan kaki menuju sebuah pintu kaca pembatas antara dalam ruangan dengan balkon lantai atas. Ia menggeser pintu kaca ke kiri, menimbulkan suara yang mengalihkan pandangan Bhanu menatap Cindai. Dilihatnya wanita itu keluar dari dalam ruangan, menempelkan perutnya ke tembok balkon. Badannya berbalik menghadap Bhanu, kedua mata mereka kembali bertemu

"so.. kamu uda terima suratku?"

Bhanu kembali mengalihkan pandangan dari kedua mata Cindai. Di edarkannya mata menatap sisi lain ruangan. Tangannya sibuk memainkan jari seperti orang gugup.

"jangan-jangan kamu belum baca suratnya" selidik Cindai

Melihat Bhanu yang tidak merespon kedua pertanyaannya, Cindai kembali masuk ke dalam ruangan. Langkahnya berhenti di samping Bhanu, mengikuti caranya duduk namun ia mengalungkan pergelangan tangan pada kedua kakinya. Ia menidurkan kepalanya diatas lutut, menghadapkan mukannya tepat di samping bahu Bhanu.

Bhanu dan Cindai adalah salah satu pasangan yang terkenal semasa mereka SMA. Bagaimana tidak, Bhanu yang seorang anggota OSIS dan Paskibraka menjalin sebuah hubungan romantis dengan seorang Wanita tercantik di sekolah yang pernah ikut ajang duta wisata. Kisah ini bermula saat perkenalan ospek, mereka ditunjuk sebagai perwakilan siswa yang menerima plakat masa orientasi di depan seluruh murid baru. Disitulah awal mereka berkenalan, hubungan itu terus berlanjut hingga kelas 11 SMA. Bhanu yang lolos menjadi ketua OSIS dan Cindai yang menjadi ketua PMR menjadi pasangan yang paling disoroti pada saat itu. beranjak ke kelas 12 SMA, masa dimana murid mulai disibukan dengan kegiatan persiapan ujian yang akan menentukan lulus tidaknya mereka nanti. Bhanu dan Cindai sudah tidak menjabat sebagai ketua lagi, mereka berdua sudah memberikan jabatan itu kepada adik kelas penerus mereka. Fokus mereka berubah menjadi pejuang ujian sekolah dan ujian nasional. Seiring perubahan fokus yang dialami oleh seluruh kelas 11 yang menginjak ke kelas 12, status sebagai sepasang pasangan yang sedang dilanda asmara pun berubah. Bhanu memutuskan hubungan secara sepihak dengan Cindai. Hal itu dikatakannya lewat pesan singkat. Cindai tentu saja bingung dengan keputusan yang dibuat oleh Bhanu. Disisi lain Bhanu menjadikan alasan ingin fokus untuk lolos pendaftaran polisi sebagai alasan.

Cindai sempat berusaha untuk meminta penjelasan pada Bhanu, namun pria itu selalu menghindarinya. Hingga saat upacara kelulusan, Bhanu tidak pernah mengatakan sepatah katapun kala bertemu dengan Cindai. Padahal wanita itu menjadi rebutan untuk melakukan selca oleh para murid laki-laki lainnya. Setelah lulus SMA, Cindai mengikuti kedua orang tuanya ke luar kota pindah karena tugas. Disisi lain ia harus menemani sang mama yang sering sakit-sakitan, hal itu membuatnya belum menempuh kuliah dan lebih memilih mengelola sebuah online-shop yang sudah cukup dikenal dikalangan remaja kotanya dulu. Menjadikan dirinya sendiri sebagai model produk online shopnya di bantu beberapa teman, Cindai sudah mampu menjadi wanita yang memiliki penghasilan sendiri.

Kembalinya Cindai ke kota kelahirannya membuatnya kembali mengingat kenangan yang sudah lama terpendam antara ia dan Bhanu. Meskipun setelah mengakhiri hubungan sejak menginjak kelas 12, Cindai merasa Bhanu sebenarnya belum benar-benar mengakhiri hubungan mereka dengan pasti. Ia menduga Bhanu tidak ingin kedua orang tuanya khawatir apabila Bhanu memiliki kekasih,maka ia tidak akan fokus pada persiapannya masuk ke seleksi polisi. Namun sekarang lain cerita, Bhanun sudah mewujudkan cita-cita kedua orang tuannya menjadi abdi negara. Cindai merasa ia bisa memulai cerita lama yang sebelumnya pernah mereka rangkai beberapa tahun lalu.

"aku kangen kamu" bisik Cindai

Bhanu sontak menatap wajah Cindai dengan pipi yang memerah. Rahangnya mengeras, bibir bawahnya bergetar. Ia tidak menyangka Cindai akan berkata hal itu padanya.

"Cindai aku.."

Cindai beranjak cepat dari posisinya tadi memotong perkataan Bhanu, ia meletakan pinggangnya duduk di sela-sela paha Bhanu yang sedang bersila. Kedua tangannya ia rangkulkan ke tengkuk leher Bhanu. Wajahnya ia letakan di atas bahu Bhanu yang lebar, sangat nyaman Cindai rasakan saat ini. Desir nafas yang terasa di leher Bhanu membuat pria ini diam mematung tak bergerak. Posisi badannya tegap walaupun kedua tangan terkulai lemas. Tak pernah dirasakannya perasaan seperti ini seumur hidupnya. Mereka berdua terdiam pada posisi yang intim saat ini. Cindai memejamkan matanya, merasakan kenyamanan dalam dekapan pria yang sudah lama terpisah darinya.

"aku kangen kamu Bhanu.." Cindai merintih pelan, kelopak matanya basah dan bulir air mata jatuh ke dada kiri Bhanu. Satu bulir, dua bulir diiringi suara sesenggukan dan badannya yang bergetar.

Bhanu masih dalam posisinya, darah mendesir merangkak naik ke wajahnya. Ia tidak menatap wajah Cindai yang saat ini berada di samping dagunya. Cindai menurunkan tangan tangan kanannya dari tengkuk leher Bhanu. Ia mengepalkan kelima jarinya dan memukul dada Bhanu.

"kenapa kamu pergi gitu aja? Kenapa kamu ga ngubungin aku? Kenapa kamu.. kenapa.."

Tangis Cindai menjadi-jadi, nafasnya sesenggukan hingga tak mampu meneruskan perkataanya tadi. Dipukulnya dada bidang Bhanu sebagai tempat pelampiasan kekesalan Cindai saat ini. Bhanu hanya diam, bahkan ia tidak terlihat kesakitan, wajahnya tak menunjukan ekspresi apapun.

Cindai mulai bisa mengelola emosinya, ia mulai mengatur nafas dan mulai mengusap kedua pipinya yang basah oleh air mata. Ia beranjak dari tubuh Bhanu, berjalan 2 langkah kedepan menuju sebuah kursi yang ada di hadapannya. Ia duduk disana, dengan muka sembab dan mata merah yang bengkak. Ia menghadap Bhanu, menatapnya lekat-lekat, ia menyadari tak ada ekspresi maupun tanggapan dari pria itu. ia justru mengalihkan pandangan melihat ujung ruangan yang kosong.

Malam itu acara yang seharusnya menjadi ajang bersuka cita antara 5 jagoan yang sudah lama terpisah berubah menjadi sendu.Ivan dan Angga memutuskan untuk menginap malam itu di rumah Andreas, sedangkan Akmal memaksa Bhanu untuk mengantarkan Cindai pulang ke rumah. sebenarnya bukan hanya Akmal yang memaksanya, tapi ketiga sahabat yang lain tidak memiliki nyali sebesar Akmal yang mampur berkata lantang memberikan perintah pada Bhanu. Mereka meninggalkan rumah pukul 00.16, kendaraan Bhanu dan Akmal saling membunyikan klakson salam perpisahan di sebuah persimpangan. Akmal belok ke kanan dan Bhanu menambah kecepatan di jalan lurus itu.

Mata cindai masih basah, basah oleh air yang masih terus mengalir dari kedua matanya. Ia menempelkan kepalanya kesebelah kiri, matanya menatap kosong jalanan mulai sepi. Bhanu fokus dengan setir mobilnya, sesekali ia menghembuskan nafasnya berat. Tangannya ditekuk diatas batas pintu dan kaca memangku kepalanya yang ia senderkan disitu. 20 menit berlalu, mereka sampai di depan gerbang rumah cindai. Bhanu menarik rem tangan sebelum menghadapkan wajahnya pada Cindai.

"kita udah sampai" ucapnya

Cindai mulai tersadar dari lamunannya, ia melepaskan sabuk pengaman dan mengambil tas kecilnya yang ia simpan di samping tubuhnya. Ia membuka pintu mobil dengan tangan kirinya, dikeluarkan sebelah kakinya sebelum menjadikannya pijakan tubuh untuk keluar dari mobil Bhanu. Cindai merasakan sebuah tangan yang menahannya keluar dari mobil. Ia mengahadap kearah Bhanu, ternyata pria itu menahan tangan cindai dengan tangan kirinya. Ia menarik Cindai untuk masuk ke mobilnya.

"Bhanu.."

Belum selesai Cindai menyampaikan pertanyaannya, Bhanu lebih cepat meluncurkan pelukan hangatnya ke tubuh Cindai. Cindai kembali menangis di pelukan Bhanu.

"maaf.. maafin aku" bisik Bhanu.

DilemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang