Bhanu 3.2

3.1K 103 1
                                    

"udah boleh rindu? B -> C"

Mata Bhanu membelalak selepas membaca sebuah pesan yang ada di layar ponsel. Ibu jarinya menyecroll layar hingga ke bawah tapi tidak ada pesan yang lainya. Inisial B->C mengingatkan kenangan masa lalu yang sudah bertahun-tahun lamanya. Kenangan tinggal kenangan, Bhanu sama sekali tidak pernah berfikir kenangan itu akan kembali lagi kini. Ia yakin dengan pasti, wanita berinisial C yang mengirim surat dan pesan ini adalah mantan kekasihnya dulu, Cindai Rosalina.

Jam menunjukan pukul 07.00 setelah serangkaian apel pagi yang dilakukan di lapangan mako brimob para anggota kembali ke tempat masing-masing untuk menjalankan tugas sesuai bagiannya. Bhanu dan Akmal yang berada dalam 1 divisi juga mulai melahkukan kegiatan rutinnya.

Di sisi lain seorang wanita dengan tinggi 167 cm yang sedang mengenakan kaos polos dan celana jogger bermotif batik tampak sibuk mengusap peluh yang menetes dengan punggung tangannya. Hari ini adalah hari besar untuknya, barang-barang yang nampak ia keluarkan dari bagasi mobil belakang menjadi tanda bahwa ia sedang pindah ke sebuah rumah. Sebernarnya bukan rumah yang baru untuk wanita itu, lebih tepatnya kembali pindah memulai sesuatu di rumah yang pernah ia tinggali sebelumnya. 12 tahun ia menempati rumah modern minimalis tipe 45 dengan halaman yang dihiasi oleh ayun-ayunan. Banyak kisah yang terjadi di rumah ini dan menjadikannya saksi bisu kisah hidupnya. Tidak melulu sesuatu yang sedih, namun sesuatu yang berkesan di hatinya. Tentang kisah cinta dengan seorang lelaki yang sudah 3 tahun tidak ditemuinya semenjak ia memutuskan untuk pindah ke luar daerah mengikuti kedua orang tuanya. Wanita itu menengok kearah belakang dengan sebuah kardus dengan tulisan "Cindai clothes" di atasnya.

"kenapa mah?" jawabnya dengan suara lantang

Seorang wanita paruh baya mengenakan daster dan sandal jepit keluar dari dalam rumah ia memberikan kode supaya Cindai, wanita yang ada beberapa meter di depannya untuk lekas menyelesaikan tugaksnya sambil menunjuk kearah langit yang berwarna gelap mendung. Melihat itu Cindai mengangguk mengerti dan segera masuk ke dalam rumah. begitu masuk ke dalam rumah banyak dijumpai kardus maupun berbagai benda yang belum selesai ditata, masih berantakan dimana-mana. Wanita paruh baya itu sedang duduk bersila sembari menyortir barang-barang dari dalam kardus. Cindai berlalu melihat sang mama sedang sibuk dengan kegiatannya, menyusuri sebuah lorong yang menuntunya ke sebuah kamar dengan rangkaian boneka yang menyusun huruf "CINDAI OCA". Senyumnya mengembang melihat boneka huruf dari kain flannel berwarna biru dan pink itu. dibukannya pintu kamar dengan kelima jari yang bagian lengannya masih menahan kardus diatasnya.

"asalamualaikum kamarkuuu" sambutnya sambil mengedarkan pandangan ke seluruh bagian dalam kamar itu. tidak banyak benda yang ada di dalamnya, hanya sebuah kasur, lemari pintu empat, dan meja rias yang semuanya ditutupi oleh kain putih yang diselimuti oleh jaring laba-laba.

Cindai meletakan kardus yang dibawanya tadi begitu ia menemukan posisi yang tepat untuk duduk diatas kasur. Jemari lentiknya mengelus kain putih yang menyelimuti kasur kamarnya. Bibirnya membentuk sebuah senyuman sarat makna, ia melihat sekeliling kamar. Tawanya ia tahan hinggak mampu menggerakan kedua bahu dan bagian atas tubuhnya. Matanya yang bulat dengan bulu mata lentik tampak menyipit melihat sticker biru laut yang menempel di sebuah sudut pintu meja rias. Ada sebuah inisial nama disana. Cindai beranjak dari tempat duduknya tadi, mendekati pintu meja rias sambil menjulurkan tangan kanannya. "Bhanu dan Cindai" ucapnya pelan diiringi sebuah senyuman.

Jam menunjukan pukul 23.00, Akmal terlihat masuk ke dalam sebuah kantor yang sepi tidak ada aktivitas seramai pagi tadi. Ia berbelok kearah kiri dan berhenti di depan sebuah pintu. Ia mengetuk pintu itu sebelum membukanya, terlihat seseorang sedang tidur diatas sofa dengan lengan kanan menutup kedua matanya. Kakinya yang masih menggunakan sepatu dinas ikut naik diatas sofa menekuk dan membentuk segitiga pada kaki kirinya. Akmal melangkahkan kaki mendekati pria itu tanpa berusaha membuat suara. Diletakannya kedua telapak tangan diatas perut pria itu, dirasakannya sebuah bentuk yang membuat Akmal mengernyitkan dahinya. Rabaan dari kedua tangaknnya membuat pria itu menyingkirkan lengan tangan kanannya dan membuka kedua mata yang berwarna merah setelah bangun dari tidur pulasnya. Ia menggangkat kepala sambil melihat tangan Akmal di perutnya serta ia teruskan padangannya sehingga wajah mereka berdua saling bertemu

DilemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang