Bhanu 7.1

1.8K 85 0
                                    

Bhanu berjalan gontai setelah keluar dari dalam lift, ia bahkan tak sengaja menabrak seseorang yang berjalan di sampingnya. Bhanu meminta maaf dan segera memfokuskan pandangannya.

Ia sekarang sudah berada di dalam mobil, ia memijit tengkuk lehernya dan sesekali mendengus pelan. Sesampainya di rumah, ia langsung mengambil air wudhu di kamar mandi dan menunaikan shalat maghrib di dalam kamar. Setelahnya ia keluar menuju ruang makan, tak ada orang lain di rumah hanya Bhanu sendiri. Bapak dan bundanya pasti sedang ada di masjid sekarang. Bhanu sibuk memainkan PUBG di ponselnya sampai panggilan dari Cindai muncul di notifikasi layar.

"asalamualaikum Bhanu".

"waalaikumsalam, ada apa telfon malam-malam".

"hehe gaada apa-apa sih. Kangen aja, kamu lagi ngapain?".

"lagi main game, Cindai sorry tapi".

"besok temenin aku yuk? Ada tempat yang baru buka, pengen deh aku datengin sama kamu. Plisss".

Mendengar itu Bhanu hanya bisa mengiyakan permintaan dari Cindai, itu permintaan dari temannya dan karena Bhanu ada waktu luang, ia akhirnya menyetujuinya. Setelah menentukan waktu mereka akan pergi, Bhanu mengakhiri panggilan malam itu. pukul 19.22 kedua orang tua Bhanu kembali dari masjid diiringi salam saat mereka masuk ke dalam rumah. Bhanu menyambut mereka di ruang makan, ia mengambilkan air putih hangat untuk bapaknya, bundanya pergi ke kamar untuk meletakan mukena.

"gimana tadi lancar kan?" Tanya sang bapak.

Bhanu tersenyum menampakan kedua lesung pipinya, sang bunda duduk di sampingnya sembari membelai rambut putranya.

"coba kamu ceritain kesan pertama ketemu Shena" pintanya.

"sebenernya emang susah dipercaya, tapi Bhanu pernah jadi imam shalat Shena bun" ucapnya. Jawaban itu sontak menimbulkan gelak tawa dari kedua orang tua Bhanu.

"beneran nuk? Kok bisa sih?" Tanya sang ibu.

"pas itu Bhanu ke polres buat ketemuan sama temen,habis itu Bhanu mau shalat dzuhur dan kebetulan ada Shena didalem sekalian aja Bhanu ajak shalat jamaah" kenang Bhanu.

"tuh kan, kalau namanya jodoh pasti ada aja cara ketemunya".

"trus dia masih inget sama kamu?" Tanya bapaknya.

Bhanu menggeleng, dia menjelaskan bahwa saat ia menjenguknya Shena masih dalam keadaan tertidur. Mereka kemudian medengarkan keingintahuan Bhanu yang lebih dalam pada Shena, pria itu ingin lebih mengenal gadis itu lebih dekat. Bhanu bahkan mengatakan jika ia tidak sabar untuk bertemu dengannya secara langsung. Bapak dan Bunda terlihat sangat bahagia mendengar tanggapan Bhanu yang positif itu, mereka lalu merencanakan pertemuan Bhanu dan Shena secepat mungkin.

Siang itu sehabis shalat dzuhur, Bhanu dan Akmal sedang berada di atas samping mobil lapis baja sedang sibuk bermain dengan game di ponsel mereka.

"ahhh kalah gua nuk" keluh Akmal menjambak rambutnya yang tidak seberapa setelah kalah untuk kesekian kalinya, Bhanu akhirnya menghentikan gamennya, ia memposisikan duduknya senyaman mungkin menikmati semilir angin siang itu.

"gimana hubungan lo sama Cindai?" Akmal memulai pembicaraan.

"biasa aja, nanti aku nganterin dia pergi" jawabnya dengan mata terpejam.

"lo mulai hubungan kalian lagi kaya dulu?".

Bhanu menggeleng tegas "aku udah punya yang lain". Akmal langsung mendekati Bhanu, ia memukul ulu hati pria itu hingga ia meringis kesakitan.

"SERIUS?? DEMI APA WOYY" teriaknya.

"apaan sih lu nyettt, sakit tau" Bhanu meringis memegang tempat yang ditonjok Akmal.

"kok lu kaga pernah cerita ke gua? Apa lu dah ga anggep gua sahabat hah?" Akmal mengernyitkan dahinya, ekspresi itu membuat Bhanu tertawa keras.

"anjir muke luu" ejeknya.

"lu ga mau cerita? kita kan sohib yak, kembaran malah".

Bhanu lalu menceritakan segalanya, mulai dari kemarin ia menjenguk Shena hingga ia sadar jika pernah menjadi imam shalatnya. Sebuah pertemuan yang tak ia duga-duga akan menjadi sebuah pertemuan pertama kali dengan calon pilihan kedua orang tuanya. Ia juga menjelaskan bahwa ia menerima keputusan dari orang tuanya perihal memilihkan jodoh yang menurut mereka terbaik untuknya. Dan ia pun sudah setuju dengan pilihan mereka itu. Akmal membuka mulutnya tertegun dengan penjelasan Bhanu, ia bahkan memeluk sahabatnya itu.

"gua ga pernah liat lo se optimis ini bro. gua ikut seneng buat lu, gua yakin lo pasti cocok sama dia" ucapnya dengan senyuman tulus terukir di wajahnya.

"tapi gimana urusannya sama Cindai?" ekspresi Akmal berubah datar.

"maksudnya?".

"dia masih sayang sama lu nuk, kagak sadar apa?".

"dia itu masa lalu, dan sekarang hubungan kita cuma sesama temen , gak lebih dari itu" ucapnya.

Meski Bhanu tidak merasakan hal yang dirasakan oleh Cindai, wanita itu tetap masih menganggapnya sebagai bagian spesial dari hidupnya. Cindai yang saat ini sedang menunggu jemputan, menduduki ayunan di halaman rumah. rambutnya digulung cantik dengan mengenakan pakaian turtle neck warna coklat susu yang membalut ketat bagian tubuh atas. Rok pendek diatas lutut berwarna hitam tampak cantik menutupi kaki kecil jenjangnya. Ia melihat ke arah jam tangan yang menunjukan pukul 16.42. sebuah sedan hitam membunyikan klakson yang membawa Cindai berlari kecil masuk ke dalam mobil. Di dalam sudah ada Bhanu yang mengenakan jaket kulit dan celana jeans dengan sebuah topi di kepalanya.

"kok dandananmu aneh sih" ucap Cindai sembari melihat sekujur tubuh Bhanu, Bhanu tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya, mereka segera pergi menuju toko yang dituju.

Sesampainya di sana Bhanu segera di tarik tangannya oleh Cindai sampai masuk ke dalam. Ia mengajak Bhanu untuk menemaninya mengelilingi toko yang berlantai 3 itu, mereka menyusuri lantai 1 dan lantai 2 tempat aksesori berada. Cindai segera mengambil benda-benda yang diinginkannya lalu memasukannya ke dalam keranjang.

Jam menunjukan pukul 18.20, mereka telah selesai berbelanja dan sudah berada di dalam mobil, Bhanu langsung mengantarkan Cindai pulang setelahnya. Sesampainya Cindai di depan rumah, Bhanu membantunya untuk mengeluarkan barang belanjaan sampai ke daam rumah.

"ga mampir dulu?" tawar Cindai.

"aku langsung pulang" Bhanu melambaikan tangan kanannya ke Cindai, tapi wanita itu justru mengantarkannya sampai ke dalam mobil. Bhanu sudah siap di kursi kemudinya, sedang menatap Cindai yang duduk di kursi kiri penumpang.

"aku mau pulang" pamitnya. Cindai menatap Bhanu dengan mulut mengerucut dan tangan ia lipat di depan dada.

Kakinya menendang-nendang kecil, "kenapa sih ga main dulu" ucapnya yang dijawab oleh gelengan dari Bhanu, ia menyalakan mesin mobil.

Cindai tak menyerah, ia mendekatkan wajahnya dengan kedua tangan menyentuh otot kiri Bhanu. Bibirnya semakin dekat dengan pipi pria itu.

Bhanu mendorong tubuh Cindai dengan tangannya "kamu kenapa sih?!"

Nada bicara Bhanu berubah tinggi. Cindai terlihat sangat kaget dengan ucapan Bhanu tadi, matanya perlahan meneteskan bulir air mata. Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, ia menangis tersedu-sedu saat ini.

Bhanu mengusap wajahnya cepat, ia mendengus kasar, ia sadar ia telah membentak Cindai tapi dilain sisi Cindai telah berbuat sesuatu yang membuatnya tak nyaman.

"kamu berubah Bhanu!" Cindai segera keluar dan membanting pintu mobil, wajah Bhanu terlihat penuh penyesalan, namun apa mau dikata. ada hati perempuan bernama Shena yang sedang ia jaga.

DilemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang