Dilema 13.1

1.5K 84 1
                                    

Bhanu merangkul pundak Shena, gadis itu hanya bisa diam-diam menyembunyikan rasa bahagiannya. Ia tidak secara langsung mengungkapkannya pada Bhanu, entah kenapa mungkin ia masih merasa ada urusan yang perlu dibereskan antara mereka berdua. Mereka segera melangkahkan kaki menuju kemobil, tak lupa Shena membantu Bhanu untuk menata barang bawaan mereka ke dalam bagasi mobil.

Selepas dari mako brimob Endang dan Sudaryoko yang berada di kursi kemudi menyarankan agar Shena bisa ikut mereka untuk makan malam. Ada sebuah warung bakmi enak di dekat rumah mereka yang langsung di setujui oleh Bhanu. Shena hanya bisa ikut berkata iya mengingat Bhanu sudah se excited itu, selama perjalanan Shena hanya diam larut memandang suasana malam hari bersama jalanan yang masih cukup ramai malam itu. diliriknya Bhanu, pria itu nampak sibuk dengan ponselnya. Shena membuang muka, wajahnya cemberut, 2 bulan tidak bertemu bukan waktu yang sebentar bagi gadis itu. begitu bertemu ia justru di acuhkan oleh pria di sampingnya.

Mobil berhenti di sebuah tempat parkir di samping warung bakmi, warung bakmi jawa yang bernuansa tradisional itu nampak masih ramai walau sudah semalam ini. Keempat orang itu segera turun dari mobil, Sudaryoko dan Bhanu mengekor di belakang Shena dan Endang yang saling bergandengan tangan. Setelah memesan, Endang menarik Sudaryoko untuk duduk terpisah dari Shena dan Bhanu. Mereka memutuskan untuk duduk di pojok belakang sementara meninggalkan mereka berdua duduk di tengah. Shena dan Bhanu saling melirik melihat tingkah kedua pasangan itu.

Tak lama sebuah teh panas tawar dan teh hangat pesanan Shena dan Bhanu datang. Keduanya langsung menyeruput teh itu perlahan, setelahnya Shena meletakan jari jarinya pada gelas untuk mengusir hawa dingin yang tercipta bukan karena hawa dingin udara namun juga hawa dingin dari makhluk di sebelahnya. Bhanu berdehem beberapa kali sembari mengetuk ngetuk meja makan. Shena yang melihat itu hanya diam, ia tidak mau memulai pembicaraan dulu dengan pria yang sudah membuatnya menonaktifkan WAnya selama sebulan itu.

Suara dering ponsel mengagetkan Shena, ia segera menjawabnya. Ternyata panggilan dari Youra, setelah mengatakan ia sedang makan malam bersama Shena segera mengakhiri panggilannya dengan Youra. Sebuah tatapan tajam terlihat dari Bhanu, pria itu melirikan matanya sinis pada Shena.

"kenapa?" tanya Shena sembari menggerakan pundaknya.

"coba liat hapenya" Bhanu bertanya namun tanpa menunggu jawaban dari Shena pria itu mengambil ponsel dari tangan Shena. Shena tidak bisa berkutik, wajah dingin Bhanu serta intonasi bicaranya membuatnya takut. Bhanu sibuk menelisik ponsel Shena, gadis itu memasukan kedua tangannya di tengah-tengah kedua kakinya. Seperti sedang ada razia handphone seperti jaman SMA dulu.

"cari apa sih" Shena memberanikan diri bertanya.

Tidak ada jawaban dari Bhanu, pria itu tetap mengutak atik ponselnya. Ia lalu mengeluarkan ponselnya juga dari kantong jaketnya. Entah apa yang ia lakukan, itu juga mambuat Shena sang empunya ponsel penasaran. Tak lama bakmi goreng pesanan Shena dan bakmi rebus pesanan Bhanu datang. Shena kira sudah selesai Bhanu menyidak ponselnya namun diluar dugaan Bhanu justru mengantonginnya di dalam saku celananya bersama dengan ponsel miliknya.

"dimakan bakminya" perintahnya, nadanya sangat dingin. Suara berat itu membuat Shena hanya bisa menuruti apa katanya.

Mereka makan dengan sunyi, sesekali Shena menengok ke belakang untuk melihat Endang yang nampak sedang berbincang dengan Sudaryoko.

"kalo lagi makan fokus sama makanannya, jangan tengok-tengok" Bhanu mengalihkan pandangan Shena agar kembali fokus ke makanannya. Gadis itu mengerucutkan bibir bukan main, ia serasa ingin berteriak sekarang. Ia tidak tau kenapa Bhanu bersikap seperti ini, padahal ia tadi memanggilnya manis.

Shena melepas kacamatanya, ia membenarkan anak rambut yang terus saja keluar dari dalam kerudungnya. Tingkahnya yang tidak bisa makan dengan tenang membuat Bhanu menghembuskan nafas berat untuk kesekian kalinya. Ia mendorong piring yang tinggal menyisakan beberapa kubis diatasnya dan menyeruput tehnya cepat. Setelahnya ia menghadapkan pandangannya ke Shena. Melihat gadis itu sedang sibuk dengan poni rambutnya.

DilemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang