Dilema 12.2

1.7K 81 0
                                    

"Shena!!"

Suara itu sontak menghentikan langkah Shena, gadis itu segera membalikan badan mencari sumber suara. Seorang pemuda berpakaian dinas dengan baret biru di kepalanya tampak berlari kecil menghampirinya. Shena dibuat bingung takkala melihat pria yang tidak ia kenal itu telah memanggil namanya.

"kamu Shena kan? Kok bisa disini?" tanya pria itu.

"maaf, kamu siapa ya? kok bisa tau namaku" tanya Shena, wajahnya menelisik dari atas sampai bawah badan pria itu.

"oh iya, kenalin gua Akmal. Sohibnya cowolu" Akmal mengulurkan tangannya untuk berjabat.

"eh lu pasti mau cari nunuk kan? Dia kaga ada disini, mending lu ikut gua" Akmal lantas merangkul pundak Shena dan mengajaknya menuju kearah kantor bagian belakang, lebih tepatnya ke kantor mereka.

Akmal meminta Shena untuk duduk di ruang tunggu sementara ia masuk ke dalam. Shena terlihat gugup, ia masih tidak percaya dapat berada di tempat ini untuk bertemu dengan Bhanu. Tak butuh waktu lama Akmal telah keluar dari kantornya bersama seorang pria di sampingnya.

Shena lantas beranjak dari duduknya begitu melihat Bhanu berpakaian dinas lengkap dengan baret biru, dan sepatu dinas lapangan yang membalut kakinya. Wajah pria itu terlihat kaget melihat seorang wanita yang ada di hadapannya kini.

"dek? Kok.."

Shena melambaikan kedua tangannya, senyumnya yang manis membuat Akmal menepuk keras lengan Bhanu lalu beranjak meninggalkan mereka berdua.

"hai mas, hehe kaget ya?" Shena menyengir kuda.

"aku mau liat mas Bhanu buat terakhir kalinya, kan selama 60 hari nanti kita gabakal ketemu langsung kaya sekarang lagi" Shena mengatakan maksud kedatangannya sembari menundukan kepala.

Bhanu mempersilakan Shena untuk kembali duduk di tempatnya tadi. Ia sedikit menundukan kepalanya untuk melihat wajah Shena yang terkesan malu-malu setelah mengutarakan pernyataannya tadi. Pria itu menunjukan senyuman manis di wajahnya, membuat Shena mengadahkan kepalanya. Dilihatnya kedua lesung pipit itu muncul dari pipi pria itu.

"makasih ya udah sempetin dateng" Bhanu mengelus lembut pucuk kepala Shena yang diselimuti pashmina navy.

"nuk, udah pada siap. Buruan ambil tas ransel lo" Akmal sedikit berteriak dari balik tembok.

Bhanu mengangguk, ia meminta Shena untuk menunggu ditempatnya sekarang duduk sementara ia mengambil tas ransel dinas yang ada di dalam kantor. Ia kembali ke hadapan Shena, siap dengan tas ransel di pundaknya ia tersenyum simpul di hadapan gadisnya. Shena ikut berdiri dari duduknya, kedua tangannya menepuk pundak Bhanu lembut. Pria itu merangkul bahu kecil Shena dan mereka berdua melangkahkan kaki menuju lapangan parkir tempat bus yang akan mengangkut para brimob yang akan pergi dinas berada.

Bhanu kembali menghadapkan badannya untuk terakhir kalinya sebelum ia pergi berpisah dengan Shena. Ia menggenggam kedua pundak wanita itu, senyum penuh arti kembali terukir di wajahnya. Tak lupa ia juga mengucapkan salam perpisahan dengan Akmal. Setelahnya ia masuk ke dalam bus, Akmal melangkahkan kaki berdiri di samping Shena. Dilihatnya gadis itu nampak menunjukan wajah sendu, matanya sedikit berair namun ia nampak sesekali menghadap belakang menghapusnya sebelum ada air menetes keluar dari kedua kelompak matanya.

Pukul 09.00 tepat, sebuah bis dinas berpenumpang sekitar 40 orang itu meninggalkan mako brimob. Keriuhan melepas anggota keluarga nampak terdengar dari sanak keluarga, istri bahkan dari anak kecil yang ditinggal ayahnya pergi dinas. Shena nampak meneteskan air matanya, ia menutupinya dengan kedua telapak tanganya. Akmal yang menyadari hal itu hanya bisa menenangkannya, ia tau benar perasaan yang dirasakan Shena sekarang.

DilemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang