Dilema 12.1

1.7K 66 0
                                    

Shena menuruni tangga untuk menemui neneknya, ia melihatnya wanita itu sedang duduk santai di halaman belakang. Shena memutuskan untuk duduk di bangku yang berada tepat di samping neneknya saat ini. Shena termenung saat ini, kedua tangannya membingkai pipi. Ia berfikir tentang tanggapan neneknya pada seorang pria yang bersamanya saat ini. Belum pernah sebelumnya ia mengajak lelaki menemui kedua orang tuanya apalagi neneknya, kecuali Gibran karena lelaki itu Shena sudah dianggapnya sebagai saudara.

Shena tidak pernah menjalin suatu hubungan sebelumya. Jangankan pacaran, PDKT dengan lelaki saja ia sebisa mungkin menghindari fase itu. alasanya memang cukup kuat, yaitu ia tidak ingin menjalin sebuah hubungan selama dirinya masih dalam proses menuntut ilmu. Ia menginginkan hubungan yang ia bangun ketika sudah mulai mandiri dan mempunyai pekerjaan yang pasti. Shena bukan tipe gadis yang bisa membagi fokusnya pada banyak hal, jadilah ia tidak pernah merasakan hubungan percintaan sebelumnya.

"Shena nyaman sama nak Bhanu?" pertanyaan dari neneknya membuat buyar lamunan Shena.

Gadis itu tersenyum simpul, kedua tangannya saling meraba kedua lengannya seolah menciptakan kehangatan. Ia memiringkan kepalanya, menatap wajah neneknya seolah memberi kode.

"mm gitu deh, tapi kalo menurut uti kita gimana?" tanya Shena ragu.

"lucu ngeliat kalian tu. nak Bhanu keliatan anaknya baik menurut uti, bisa ngemong kamu juga. Ya pokoknya kalo memang kalian berjodoh ya pasti nanti akan ada jalan dan waktu yang pas buat kalian biar bisa bersatu"

Wajah Shena mulai semerah tomat mendengar jawaban dari neneknya. Ia tidak menyangka akan mendapatkan respon seperti itu. ia pun menceritakan awal bagaimana ia bisa dipertemukan dengan laki-laki yang sedang tidur pulas di lantai atas rumah neneknya itu.

Jam menunjukan pukul 15.12, Shena yang baru saja keluar dari kamar mandi melangkahkan kakinya menuju lantai 2 untuk menemui Bhanu. Gadis itu mengetuk pintu sebelum masuk ke dalamnya. Shena melihat ruang kamar tidur itu kosong, tidak ada siapapun di dalamnya. Hanya sebuah selimut yang sudah dilipat rapi dan diletakan di pojok kasur tidur. Shena memutuskan untuk berbalik saat seseorang masuk ke dalam kamar.

"Shen tadi aku langsung shalat di bawah" Bhanu menunjuk arah bawah dengan jari telunjuknya, 

Shena diam tidak menanggapi perkataan Bhanu, ia mendekatkan badannya ke arah Bhanu. Perlahan satu per satu langkah membawanya semakin dekat dengan tubuh pria itu, saat ini ia memutuskan untuk berhenti di hadapan tubuh Bhanu. Wajahnya mendongak ke atas.

"Shen?" gumam Bhanu.

Shena segera menyambar tangan Bhanu, mengajak pria itu untuk turun ke lantai dasar. Ia berhenti untuk membawa tas berisi cemilan yang sudah ibunya siapkan sedari pagi tadi. Langkahnya berlanjut sampai ke luar rumah dan menuju ke sebuah tempat. Bhanu tidak mengatakan apa-apa, ia hanya mengikuti kemana Shena membawanya pergi. Tak butuh waktu lama untuk Shena menemukan tempat yang ingin ia datangi bersama Bhanu. Tempat yang berada diantara kebun buah-buahan itu adalah sebuah gazebo dengan sebuah kolam ikan hias yang mengelilinginya. Kebun yang dikelilingi tembok dengan hiasan pecahan kaca di atasnya itu menjadi tempat berkebun favorit nenek Shena. Shena juga setiap liburan pasti mengunjungi kebun ini di sore hari untuk menikmati tenggelamnya matahari sambil memberi makan ikan. Gazebo itu berada tak jauh dari rumah nenek Shena, hanya beberapa meter saja. Lahan ini dulu milik tetangga tepat sebelah rumah, namun karena terbengkalai akhirnya nenek Shena memutuskan untuk membelinya dan mengubahnya menjadi kebun dengan sebuah gazebo di dalamnya.

Shena mengajak pria itu untuk duduk di gazebo yang berada di tengah kolam ikan. Sementara Shena mengambil pellet yang terletak tidak jauh dari gazebo, gadis itu menaburkan butiran pellet ikan yang di sambut oleh gemericik air yang diciptakan oleh ikan-ikan yang saling bersentuhan berebut makanan. Shena menghadap Bhanu yang terlihat sedang menatapnya saat ini. Ia memberikan pellet itu padanya, pria itu akhirnya menaburkan pellet sesuai dengan yang dilakukan Shena tadi. Seutas senyum terlempar antara kedua orang tersebut.

DilemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang