kedai

1.9K 337 30
                                    

Ryujin akhir akhir ini free, karena ia tidak ada latihan ataupun tugas yang menumpuk. Saat disekolah juga sering jam kosong karena para guru sedang sibuk mengurusi kakak kelas yang akan ujian.

Seperti saat ini ia tengah berada di kursi samping gudang untuk menunggu Hyunjin, yang katanya akan membicarakan sesuatu. Padahal lewat line atau whatsapp juga bisa.

"Oi!"

Hyunjin menyapa dirinya dan kemudian duduk di tumpukan batu bata yang didiamkan disana karena tidak terpakai.

"Ngapain duduk disitu? Sebelah gue masih kosong."

"Biar enak ngomongnya langsung adep adepan."

Ryujin mengangkat bahunya, "ngapain ngajak kesini?"

Hyunjin dengan semangatnya menjawab, "soal Eji."

Yeji lagi Yeji lagi. Rasanya seperti tidak ada bahasan lagi selain Yeji. Apakah salah jika Ryujin menyimpan perasaan kesal pada sahabatnya itu?

"Yeji ngapain?" Tanya Ryujin yang berusaha supaya terlihat biasa saja.

"Thanks banget lo kemaren udah buat gue bisa date sama Eji," ujar Hyunjin sambil tersenyum. Sepertinya ia bahagia sekali.

"Oh, sama sama, trus mau ngomong apa lagi?"

"Gue traktir es krim mau? Itung itung bilang makasih sama lo?" Tawar Hyunjin.

"Cokelat mint di deket perempatan perumahan gue." Ujar Ryujin yang tandanya ia setuju.

"Oke, ntar sore pulang sekolah, bareng apa ketemu disana? Kalo lo gabawa motor bareng gue aja."

Hyunjin terlalu perhatian, Ryujin tidak suka itu.

Hal itu seolah membuat Hyunjin seperti membalas perasaannya yang tidak pernah tersampaikan. Ryujin ingin sekali mengatakan pada Hyunjin, jangan terlalu menaruh perhatian padanya. Rasanay terlalu sakit mengetahui bahwa hati Hyunjin tidak akan pernah menjadi miliknya.

"Ketemuan disana aja, gue bawa motor."

________

"Cokelat mint sama green tea satu."

Hyunjin dan Ryujin saat ini tengah duduk di meja no.23 untuk menunggu es krim mereka.

Tidak ada obrolan serius diantara keduanya, hanya seputar basket dan orang orang didalamnya.

"Silahkan."

Pelayan kedai itu meletakan piring berisi wafel serta es krim pesanan mereka.

"Suka banget sama cokdlat mint?"

Ryujin mengangguk antusias, "iya anjir, sumpah ini enak banget," Hyunjin lalu menyendokan sendoknya ke cup milik Ryujin, berniat untuk mencoba.

"Anjir punya gue!"

Namun, Hyunjin sudah menyuapkan sendok es krim itu pada mulutnya.

Ryujin dengan galaknya mengetok tangan Hyunjin yang ada di meja dengan gagang sendok miliknya, "lo yang traktir lo juga yang makan," sungut Ryujin.

"Sesendok doang elah," kilah Hyunjin sambil mengusap ngusap tangannya yang kena pukul Ryujin.

Tidak mau kalah Ryujin juga dengan cepat mengambil gerakan untuk mecuri es krim green tea milik Hyunjin dan menyuapkannya pada mulutnya sendiri.

Ryujin menatap Hyunjin dengan tatapan mengejek, "satu sama," ucapnya dengan es krim yang belum sepenuhnya ia telan.

Hyunjin tertawa melihat tingkah temannya ini, "iya deh satu sama, yang waras ngalah," ucapnya lalu mecabut selembar tisu yang ada di meja, "belepotan noh."

Ryujin sudah ambil ancang ancang karena secara tidak langsung ia dikatai tidak waras oleh Hyunjin, tapi berhenti tiba tiba, hanya karena pemuda itu menyerahkan selembar tisu.

"Oh ngode minta dielapin."

Buru buru gadis itu menepis tangan Hyunjin yang sudah dekat dengan wajahnya, "lo yang gak waras," ia lalu merebut tisu ditangan Hyunjin dan mengelap bibirnya.

Setelah selesai menghabiskan es krim mereka yang diawali dengan sedikit perang, Hyunjin mengantarkan Ryujin untuk pulang. Karena memang pulang sekolah tadi Ryujin dari rumahnya menuju ke sini jalan kaki.

Awalnya ia menolak untuk diantar pulang oleh Hyunjin, tapi karena diancam untuk membayar es krimnya sendiri, Ryujin jadi mau.

Ryujin gugup setengah mati, tapi ia berusaha menyembunyikannya dan berhasil.

"Naek."

Baru sekitar 50 meter berjalan Hyunjin menghentikan motornya di pinggir jalan.

"Ngapain?" Tanay Ryujin dengan sedikit mencondongkan badanya kedepan.

"Ada telfon bentar," jawab Hyunjin.

"Asiiiik, tumben nih."

"..."

"Eh jangan dong."

"..."

"Iya iya. Di?"

"..."

"Oke, tungguin di situ jangan kemana mana."

"Jin, sorry banget nih, nanti lo turun di depan gang ya?" ujar Hyunjin dengan nada menyesal yang menengokan kepalanya untuk berbicara pada Ryujin.

"Bunda lo ya?" Tanya Ryujin.

"Bukan, Eji lagi di gramed gaada yang jemput."

Harus banget ya soal Yeji? Cemburu? Sudah pasti, tapi Ryujin berusaha mati matian menahannya.

"Oh yaudah, buruan udah mau magrib ini, kasian Yeji nungguin," ujar Ryujin lalu menepuk bahu Hyunjin, "berangkat pak ojek."

"Sialan lo."

Setelah sampai depan gang Ryujin turun lalu merapikan rambutnya yang sedikit berantakan karena angin tadi.

"Buruan cabut Yeji kasian."

Kepala Hyunjin yang masih terpasang Helm itu mengangguk. Sebelum benar benar pergi ia membunyikan klaksonnya yang dibalas lambaian tangan oleh Ryujin.










































"Loh, Ryu kamu kenapa nangis?"


______

Ryu maapkan kembaranmu ini

waveringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang