Meeting

573 63 1
                                    

Aku pikir pesta tadi semacam sebuah hiburan bagiku untuk bangkit. Sekarang, aku sedang berjalan , masih di kawasan taman dekat kosan. Bisa dibilang sedang dalam perjalanan pulang. Lagi pula, aku tidak seperti sahabatku. Menghabiskan waktunya semalaman nanti hanya untuk berpesta ria, kecuali Sarah, yang entah akan pergi kemana. Katanya, dia punya janji malam ini.

Tiba-tiba bunyi handphone dari kantong berbunyi, aku meraba-raba kantor celana dan menemukan nomor Liang Hua. Awalnya, aku mengerut kening, berpikir mengapa dia menelponku. Dan pada akhirnya, aku mengangkatnya karena rasa ingin tahuku.

"Halo!" aku menyapa.

"Megan senang bertemu lagi," katanya, seakan sudah lama tidak bertemu denganku. "Apakah kau bisa menghadiri pertemuan ini ?"

"Untuk apa ?" aku bertanya, bingung.

"Kau akan tahu jika kau mampir kesini," katanya, dan tanpa basa-basi menutup telepon.

Setelah itu, aku merasa ada kejanggalan di saat dia mengatakan kalimat terakhir. Aku tahu sepertinya dia menyembuyikan sesuatu dariku. Tapi apakah aku akan tahu jika aku mampir disana ? Tidak, sepertinya aku harus mampir.

Aku menengok pada alamat yang dikirimnya. Alamat itu menunjukkan aula besar, aku tahu mengenai aula pesta mewah untuk para ibu arisan. Tapi..., dia tidak mungkin membawa aku untuk dijual, bukan. Atau, paling tidak, dia mengumpulkan gadis cantik yang ada di bawa keluar negeri dan diperjualbelikan disana.

OKE, don't worry, Megan. Itu adalah hayalan yang paling tidak masuk akal, lagi pula kau bisa melarikan diri. Tangan dan kakimu juga masih berfungsi dengan baik. Dan, ini tidak masuk akal bagi seorang pembimbing komunitas jurnalistik menjual gadis baik sepertiku. Anggap saja, aku seorang gadis baik-baik, yang berharap bisa hidup lebih baik.

Ketika aku tiba dengan menaiki taksi, aku melihat adanya keberadaan Liang Hua dari pintu kaca. Aku membayar biaya taksi dan bergegas masuk.

"Hai!" Kataku sambil mendorong pintu hingga terbuka. "Liang Hua!"

"Megan!" kata Liang Hua, yang berdiri di pintu memegang segelas anggur.

Pipinya memerah dan dia berseri-seri. "Senang bertemu lagu !" Dia mencium pipiku masing-masing, dan aku merasakan banjir lega hangat. Aku benar datang. Aku tahu ini salah satu aula mahal yang disewa. Mereka akan memastikan aku memiliki waktu yang indah disini. Dan, mungkin pemikiranku sudah salah besar terhadap Liang Hua.

"Baik," katanya, hendak memperkenalkan aku dengan gadis sebayang denganku. Sebenarnya, aku ingat kalau dia gadis yang maju waktu itu. "Dia Clarissa Flace."

"Dan, ini Megan Petty," kata Liang Hua, menyorotkan pandangannya padaku, lalu tersenyum arogan.

"Hai! Aku Megan..., mungkin kau sudah mengetahui namaku. Jadi apa yang kita perbuat disini ?" Aku bertanya.

Clarissa menggelengkan kepalanya. Dia menghembuskan napas, seakan tidak percaya pada apa yang kukatakan. "Kita disini mewakili Liang Hua sebagai muridnya dan juga..., mungkin orang yang dia pilih."

Aku mengerti apa maksud dari Clarissa. Tapi, sebenarnya aku tidak terlalu peduli soal itu, mataku lebih berminat menatap keseluruhan dari aula ini. Ada meja prasmanan seperti biasanya, tetapi jauh lebih mewah. Lampu aula kuning mencolok di tengah aula, menyilaukan mataku. Lagu klasik seperti lagu bangsawan, yang selalu diputar setiap hari di rumah ayah dan ibu.

Ini benar-benar gila, aku pikir begitu.

Dan, ketika aku menemukan wajah orang yang familiar, aku hampir syok melihat siapa yang datang. Ketika gadis bergaun ungun cerah dengan antik-antik bulat yang besar lewat, aku merasa dia adalah editor Marry Georger, yang pernah memeriksa 5.000 naskah selama beberapa tahun lebih. Dan, dia mampir disini. Kemudian, ada yang paling mengagumkan ketika aku menemukan wajah Angelinan Jolie. Dia penulis terkenal.

My Life Has Moments(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang