eating

555 66 1
                                    

Fine, jadi aku pulang dengan wajah yang sebenarnya agak syok. Aku mencoba katakan kepada diriku kalau ini mustahil. Tapi, ini tidak mustahil. Reinhart Listen mengajakku makan malam. Tapi mengapa dia membutuhkan pacar palsu ? Apakah itu agak keliru ?

Sudahlah, Megan. Ini makan malam pertamamu dengan seorang lelaki, jadi berpakaianlah rapi seperti gadis biasa. Ya, pertama kamu perlu mencari orang yang bermake up andal bersamamu, Sarah. Dan, ketika aku tiba di rumah, aku langsung memanggil Sarah.

"Aku akan makan malam dengan Reinhart, Sarah!" Aku berteriak, terlalu semangat.

"Apa yang kau bilang ?" Sarah terdengar ingin memukulku. "Kau mau makan malam dengan Reinhart ?"

"Aku akan makan malam dengan Reinhart. Hanya makan malam." Aku katakan, membela diri. "Lagi pula, ini bukanlah kencan."

"Apa hubungan kalian sekarang ?" suara Sarah meningkat dengan gelisah. "Ini..., ini tidak bisa dipercaya sekarang. Jadi apakah kau mau menyuruhku memilih bajumu ? Kurasa aku tidak akan mau."

"Sarah, ini hanya pilih baju," balasku. "Aku butuh bantuanmu sekarang."

"Baik," kata Sarah, masih menggelengkan kepala. "Apa yang pertama kita lakukan ?" matanya menyipit. "Jangan bilang kau mau meminjam gaunku!"

"Mungkin," kataku ragu, lalu memelas.

"Ah, baiklah. Kau boleh memakainya, tetapi hanya sehari," ancam Sarah.

Sarah melangkah pergi ke rak bajunya, menyelinap dan akan segera membuka rak bajunya. Jadi, ketika dia membuka rak bajunya, ada suara emas yang mulai kudengar. Mirip seperti gaun pakaian di film.

"Aku pikir ini lemari kusam," kata Sarah setelah jeda lama. "Tapi pakaian yang diberikan kedua orang tua selalu membuat—"

"Ya," kataku, seolah tahu. "Ini luar biasa!"

Baik, sebenarnya aku menyatakan lemari Sarah mirip seperti lemari yang menyembuyikan harta karun. Disana ada banyak barang mengkilap, pakaian bermodel elegan sampai modus. Satu demi satu, semua terlipat rapi dan digantung dengan wangi mawar yang mewah.

Semua sepatu dalam kotaknya dengan berbagai merek yang ada. Lalu, jangan lupa berbagai jenis perhiasaan tersusun rapi diraknya. Setiap kali, aku akan meminjam bajunya. Aku merasa seolah ada yang senang merubah rak pakaian Sarah. Sebenarnya ini bukan perbuatan Sarah, ini perbuatan ibunya. Ibunya akan datang sebulan sekali untuk memberinya uang jajan atau merapikan rak pakaiannya dengan pakaian yang baru. Dan, dia sungguh beruntung.

"Ibumu menghabiskan waktunya satu hari hanya untuk membentuk ini," kataku, sedikit mendesah, berpikir kalau lemari pakaianku tidak sebagus Sarah.

"Ya," kata Sarah. "Aku pernah mengintipnya."

"Ini!" kata Sarah sambil menyeringai, dan meraih gaun merah berkilau. "Bukankah ini gaun yang disukai wanita ?"

Ya, aku menyukainya hanya dengan pandangan pertama dari Sarah. Tapi faktanya, kami sudah mencoba banyak barang dari lemari pakaian itu, dan kemudian akan mengembalikan semuanya, dengan hati-hati.

Pada akhirnya, aku bersiap pergi dengan penampilan yang menakjukan. Gaun setengah lutut merah muda melekat di tubuhku, sepatu hak tinggi cokelat tua. Dan kemudian, aku juga tidak lupa memakai tas mini berwarna pink cerah dari Gucci, yang diberikan ibuku saat dia berkeliling di Mexico.

"Kau terlihat cantik!" kata Sarah saat aku berputar. "Benar-benar kekuatan fashion!"

"Terlihat elegan dan anggun ?"

"Tentu, ya," kata Sarah.

Sebenarnya aku sudah mulai gelisah ketika aku sudah selesai berdandan dan menghias. Dan, aku duduk di ruang tamu sambil menunggu dengan Sarah. Lalu, ketika suara klakson terdengar, aku tahu dia sudah tiba. Dia ada di luar.

My Life Has Moments(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang