Victoria Mikhailova

17.8K 891 8
                                    

"Aku menjalani hidup dengan caraku. Terserah orang lain menilaiku apa,"

~ oOo ~

Seorang gadis cantik blasteran Tiongkok-Indonesia tampak serius dan dengan teliti membaca sebuah surat ditangannya. Hidungnya yang mungil mancung, bibir tips kemerahannya yang tampak mungil itu digigit pelan menahan rasa senang yang sudah berada diujung bibirnya.

Hari ini adalah hari kelulusannya setelah belajar selama tiga tahun lamanya disebuah sekolah swasta ternama di kota Russia tersebut.

Iris mata hitam beningnya berbinar exited saat mengetahui isi dari suratnya dan detik berikutnya, ia berjingkrak bahagia dan menjadikannya pusat perhatian.

"Hore! Aku lulus dengan nilai yang baik! Hore... Aku lulus." pekiknya senang layaknya seorang anak kecil yang tampak begitu polos dan menggemaskan.

Ia kembali menatap surat kelulusannya dan memeluknya dengan senang.

"Setelah ini, aku akan mencari pekerjaan untuk bisa membantu Daddy melunasi semua hutangnya."

Ia ingat, ayahnya itu memiliki hutang yang sangat besar pada sebuah perusahaan besar. Ia lupa nama perusahaan itu dan menghela napas sedih karena teringat wajah lelah ayahnya yang bekerja keras setiap harinya demi melunasi semua hutangnya.

Sebenarnya, keluarganya sangat sukses namun karena tuntutan gaya hidup ibu dan kakaknya yang mewah membuat ayahnya terpaksa berhutang.

Sayangnya, ia hanyalah gadis polos yang tak tahu apa-apa.

Ia menerawang kedepan. "Daddy, jangan takut! Vee pasti akan bantu Daddy," gumamnya pelan. Ia menerawang kedepan dan matanya yang menunjukan tekad yang kuat.

"Vee!"

Suara serempak itu membuyarkan lamunannya. Ia menatap teman-teman sebayanya yang tengah berlari kecil menghampirinya didepan kelasnya.

"Bagaimana hasilnya?" tanya Brenda tak sabar.

"Aku lulus!" pekiknya senang dan membuat teman-teman nya heboh.

"Wohha... you're the best!" puji Albert tulus.

Gadis itu tersenyum malu. "Biasa saja," Ia menatap teman-teman nya penasaran. "Kalian juga lulus?" tanyanya polos.

Mereka tergelak.

"Oh tentu saja! Apa kau pikir kita akan tetap tinggal disekolah menyebalkan ini?!" tanya Lucy bersedekap dan pura-pura kesal.

Gadis itu terkekeh geli. "Ya, Siapa tau saja! Kalian 'kan sangat rajin kesekolah, walaupun rajinnya hanya untuk berbuat kenakalan." jelasnya polos dan terkikik geli.

Mereka tergelak bersama kemudian mengangguk membenarkan.

"Kita harus merayakan kelulusan ini!"

Semua orang bersorak menyetujui tawaran menggiurkan Nathan, tetapi tidak dengan gadis itu.

Ia menatap teman-teman nya penuh sesal. "Maaf, sepertinya aku tidak bisa ikut bersama kalian."

Mereka luruh tak semangat.

"Loh mengapa? Ini hari bahagia kita, Vee. Come on," bujuk Jason bersidekap seraya menatap sahabatnya kesal.

"Ayolah, Vee. Kau ikut ya? Ini hari terakhir kita dapat kumpul bersama, karena setelah ini kita semua pasti sibuk dengan urusan masing-masing. Ikutlah, please..." pinta Nathan dengan puppy eyes-nya.

Gadis cantik itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Merasa tak enak hati karena teman-teman nya yang memohon penuh harap agar ia bisa ikut pergi. Ia menghela napas pelan.

Ia tersenyum manis kemudian mengangguk membuat teman-teman nya bersorak gembira.

Ia mengangguk senang. "Tapi jangan pulang terlalu malam ya, aku belum izin sama Daddy." pintanya memelas.

Mereka tergelak dan mengangguk mengiyakan permintaan sahabat mereka yang paling cantik dan menggemaskan itu.

"Yes, princess..." ujar mereka serempak.

Gadis itu tergelak. Sangat cantik. Ia kemudian pergi bersama teman-teman nya untuk merayakan hari kelulusan mereka disebuah Cafe.

Tanpa ia sadari, tawa dan kebebasan nya hari ini akan menjadi awal dari segalanya. Entah itu penderitaan atau... Cinta.

Sekali lagi, tiada yang dapat mengetahui secara pasti tentang apa yang akan terjadi dimasa mendatang. Hanya Takdir yang mengetahuinya, Dia sendiri yang akan merangkai diary perjalanan hidupnya menurut perhitungan terbaik-Nya.

~ oOo ~

Please votes and comment-comment beauty guys😊😊

My Mr. OPPOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang