Tape 17

32 9 8
                                    

Kev

INT. RUMAH DEO – SORE HARI

Kamera bergoyang-goyang sambil menampakkan kaki yang sedang menaiki tangga. Di kejauhan terdengar suara Bu Sandra dan Pak Lukman sedang berbicara.

Bu Sandra (Wajahnya tidak tampak di kamera) : ...dak boleh lembek ngadepin Deo! Lihat nilai-nilainya di sekolah, Mas! Itu karena permainan di laptop, dia juga jarang olahraga akhir-akhir ini.

Pak Lukman (Wajahnya juga tidak tampak di kamera, tapi punggungnya terlihat) : Tapi dia jadi sering minjem laptopku buat ngerjain tugasnya, aku 'kan harus ngerjain tugas kantor juga. Beliin aja yang murah, yang gak ada game-nya.

Bu Sandra : Jadi, kamu nyuruh aku beli laptop lagi padahal baru minggu kemarin aku jual laptopnya? Gak akan!

Kamera bergerak menjauh dari kamar Bu Sandra dan Pak Lukman, lalu bergerak ke pintu kamar di samping kiri tangga. Terlihat banyak stiker yang berserakan di pintu itu.

Tangan Kev mengetuk pintu.

Kev (VO) : Deo... (Berbisik)

Samar, masih terdengar suara pertengkaran Bu Sandra dan Pak Lukman. Sebelum akhirnya pintu terbuka, memperlihatkan wajah Deo yang memenuhi kamera. Kev memundurkan kamera.

Deo (Wajahnya terlihat sangat lelah, tapi sinar matanya menunjukkan kalau dia sedang bingung) : Ngapain bawa kamera?

Kamera memasuki kamar Deo yang meski hanya lewat kamera, bau busuk di kamarnya akan terasa. Ada tumpukan baju kotor di dekat ranjang, remahan kripik berserakan di lantai, kaus kaki kotor dan handuk basah di atas ranjang.

Kev (VO) : Gue sedang ngerekam.

Deo (Menutup pintu) : Tau, tapi ngapain ngerekam di sini?

Kev (VO) : Buat ngerekam.

Deo (Makin kebingungan) : Masa bodohlah. Gue gak ada waktu buat bercanda. Jadi, lo sudah tahu tentang laptop gue?

Kev (VO) : Lo udah bilang 45 kali.

Deo : Kalau begitu bakal gue genapin jadi 46 kali. Ibu menjualnya, itu hanya terdiri dari dua kata, tapi asal tahu aja, dua kata itu bisa ngebunuh gue. (Berbaring di karpet) Gue udah ngebentuk tim buat lomba di luar kota, kemungkinan tim itu udah ngeluarin gue dan gue gak bisa ngikutin lomba game paling bergengsi sedunia! Padahal tanpa gue, mungkin mereka bakal kalah! Gue itu semacam penyerang terbaik di sana, tidak ada tangan yang selihai tangan gue dalam menembak, lo tahu itu? Dan yang lebih parah, ponsel gue juga diganti dengan ini (Menunjukkan ponsel persegi empat mirip batu bata, dengan tombol sebesar kerikil) Nokia! Astaga, gue hanya bisa mainin ular yang gak boleh gigit ekornya sendiri!

Kev (VO) : Kupikir kalau lo mau naikin nilai di sekolah-

Deo : Persetan! Keluar sajalah.

Kev (VO) : Gue sedang merekam.

Deo : Terus kenapa? (Melempar kaus kaki dan mengenai kamera sehingga kamera memperlihatkan kerak tanah di kaus kaki itu)

Kamera mundur seketika, dan bergoyang menuju pintu.

Kev (VO) : Yah, setidaknya ini bukan rekaman tentang jamur.

***

Bu Sandra mencegatku ketika keluar dari kamar Deo. Dia menatapku dengan sungguh-sungguh seolah akan mengatakan kalau besok meteor akan menghantam bumi. "Kev, Tante tahu sudah meminta bantuanmu begitu sering. Tapi, kali ini Tante benar-benar tidak tahu harus meminta bantuan pada siapa lagi."

RekamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang